Langsung ke konten utama

Dari Siksa Jadi Bisa


Nekat, adalah kata yang selalu aku genggam erat dengan tanganku yang selalu ku bawa setiap saat. Anggap saja, saat ini aku telah nekat memilih jurusan IPA dengan modal IQ 85. Namun, hatiku selalu berkata bahwa usahalah yang dapat membawaku ke titik bahagia. Hari ini adalah jadwal bagi SMA Garuda kelas XI IPA 2 dibagikan hasil ulangan Fisika yang sudah kami jalani kemarin. Di saat pak Samsul memanggil nama Keisa Aqila, kakiku gemetar seakan vektor yang menjadi materi ulangan kemarin membius tubuhku.Terlihat sebuah kursi kuning yang diatasnya duduk seseorang yang sedang tersenyum kepadaku. Kulihat dengan pelan selembar kertas putih yang terdapat lingkaran merah yang tengahnya terisi angka.

“Tidak apa-apa, semoga ulangan selanjutnya lebih baik” kata pak Samsul.

“Iya pak maafkan aku” kataku sambil menundukkan kepala.

Sinar terang yang masuk melewati retina mataku membuatku terbangun, pagi ini. Reaksi biasa saja timbul, padahal jam dinding kamarku menunjukkan pukul 07.00. Sebuah kata malas terbayang dipikiranku ketika mengingat resiko yang terjadi apabila hari ini aku pergi sekolah. Namun, dari balik pintu terdengar suara ibu yang memanggil dan menyuruhku untuk siap-siap ke sekolah. Kemudian pikiranku yang labil menunjukkanku pada sebuah motivasi yang terang. Teringat sebuah deret geometri yang mampu melompat jauh dengan rasionya. Apabila deret geometri itu makin panjang, maka lompatannya pun akan semakin jauh, apalagi didukung oleh rasio yang makin tinggi. Rasio itulah sebuah usaha, mimpi yang tinggi akan tercapai dengan usaha yang keras. 

Seragam pramuka yang menempel di badanku menandakan bahwa aku telah siap berangkat ke sekolah. Hanya dengan balutan selembar roti yang diisi sayur mayur, mengawali sarapanku pagi ini. 

“Semangat” kata ibuku sambil memajukkan  genggaman tangannya. 

“Iya bu” jawabku.

Jam pertama dan kedua telah aku lewati bersama sejumlah orang di kelasku.

“Kei, apakah kamu sudah belajar?” Tanya seorang temanku.

“Belajar apa?” Sahutku.

“Hari ini kita ulangan kimia” Sambutnya lagi.

“Ah, masa sih? Jangan bercandalah” Jawabku dengan nada tidak percaya.

“Aku tidak bercanda, minggu kemarin bu Yuli beritahu bahwa kita ulangan”

Tubuhku lemas ketika informasi ulangan itu masuk melewati gendang telingaku. Termokimia yang menempel pada lembaran kertas telah datang kepadaku dengan membawa perubahan enthalpi suhu tubuhku. Entah tawakkal seperti apa yang harus ku lakukan hari ini. Apakah aku harus pura-pura sakit untuk menunda ulangan agar lebih siap lagi? “Percuma” Kataku. Hentakan kaki yang seolah olah seperti terompet sangkakala pun terdengar. 

“Baik anak-anak, sesuai kesepakatan kita kemarin hari ini kita ulangan” Kata bu Yuli ketika sampai di dalam kelas.

“Iya bu” Serentak siswa menjawab.

Kini selembar kertas yang tidak diharapkan kehadirannya berada tepat didepanku. Satu persatu kubaca soal yang tertera pada kertas tersebut. Kutulis apa yang masih tersisa di ingatanku meski aku tak yakin akan hal itu. Semua siswa bergantian ke depan meja guru membawa secarik kertas yang menandakan mereka sudah selesai. Bel sekolah berbunyi seolah-olah memaksa jemariku untuk berhenti menulis lagi. Ku coba untuk berdiri, ditemani kertas yang masih aku tatap dengan wajah cemas. Namun, aku yakin bahwa selalu ada benang fibrin yang akan menjahit luka dihatiku suatu saat nanti.  

“Kantin yuk!” Ajak seseorang, sebut saja namanya Caca.

“Ayok, aku juga berniat ke sana” Jawabku pelan.

Aku berjalan di belakang Caca melewati koridor sekolah menuju kantin.

“Kak” Tiba-tiba terdengar suara di belakangku. 

“Iya” Jawabku sambil memalingkan wajah.

Terlihat gadis menuju ke arahku dengan membawa buku.

“Maaf kak ganggu, bisakah kakak menjelaskan rumus ini?” tanya gadis tersebut.

Aku kaget mendengar pertanyaan itu, apalagi sampul buku tersebut terbaca Matematika. Remedi yang menghantuiku selama ini menjadi alasan pertamaku tidak yakin untuk bisa menjelaskan rumus tersebut. Aku bingung, alasan apa yang akan kulontarkan pada gadis tersebut untuk menolak permintaannya.

“Aku lupa, dek” kataku sambil tersenyum.

“Tidak apa-apa, kak” Jawab gadis tersebut dengan wajah agak kecewa.

Saat pulang sekolah, aku mampir di ruang BK karena salah seorang teman memberitahuku bahwa aku di panggil oleh pak Mahli.

“Nak, bapak harap ini adalah ujian terakhir kamu mendapatkan nilai merah” Kata pak Mahli sambil menunjukkan hasil ulangan kimia tadi pagi.

“Iya pak” Jawabku.

“Bapak akan maafkan, tapi dengan satu syarat kamu harus ujian ulang minggu depan, mata pelajarannya adalah matematika, fisika, dan kimia”

“Tapi pak...!” Jawabku kaget.

“Tidak ada tapi-tapi. Sesuai peraturan, bapak harus mengeluarkan kamu apabila nilaimu tetap seperti ini.” Lanjut pak Mahli dengan nada yang lebih tinggi.

“Baik pak” Jawabku lesu.

Ketika hening malam menemani kebingunganku, teringat tadi pagi yaitu rasa malu dan takut bersatu mengisi sudut-sudut volume otakku. Tiba-tiba, teringat pesan guru ngajiku bahwa air wudhu dapat menenangkan hati. Ku coba melemparkan butiran bening ke arah mukaku, lalu kubasuh tangan, rambut hingga kaki dengan bersih. Ku gelar sajadahku, kemudian ku kepal tanganku. Sungguh khsuknya aku malam ini.

Ku buat daftar kegiatan yang hampir 80% adalah waktu belajar dirumah. Di sekolah, setiap jam istirahat kuhabiskan ke perpustakaan untuk membaca buku. Hingga dua hari menjelang ujian, aku sakit. Hanya muka pucat dan tubuh lemas yang tersisa. Terlihat jarum jam itu seolah olah semakin cepat menyusul hari ujianku. “Apa yang harus aku lakukan?” Pertanyaan itu muncul berapa kali. 

Akhirnya, hari antara hidup dan mati datang menghampiri. Aku terbangun dari tidurku dalam keaadaan tubuh masih lemas. Aku paksakan pergi sekolah meski ibu tidak mengizinkan. Ibuku tidak tahu bahwa hari ini aku ada ujian penting, kerena aku takut jika dia tahu maka akan menjadi kekhawatiran yang lebih dengan keadaanku. Usaha dan doa yang maksimal kurasa cukup untuk modal ujianku kali ini. Meski, jantungku berdetak tak karuan diguncang oleh rasa takut dan penasaran. Kini, awal dan akhir dari sebuah perjuangan akan terelaksasikan lewat tulisan. Ujian pun sudah tiba, ku coba goyangkan jariku dengan indah supaya terjawab soal-soal didepan mata. 

Hari pengunguman hasil ujianku telah tiba, dengan rasa penasaran ku langkahkan kakiku menuju ruang BK. Ternyata hasilnya memuaskan, waktu dan tenaga yang ku korbankan  menjadi pahlawan. Aku belajar keluar dari dekapan dengan sifat logaritma, aku juga belajar dari gravitasi tentang kesederhanaan, serta aku selalu mencoba berusaha memberikan suatu yang kecil namun manfaatnya besar melalui gaya hidrolik. Kini hari-hariku berjalan dengan rasa optimis. Bisa disimpulkan, IQ tidak menjamin semuanya. Usaha dan keinginanlah yang paling penting. Aku selalu yakin akan mimpi-mimpiku, lewat  SMA Garuda menuju luar angkasa.



Postingan populer dari blog ini

Teks Ceramah

 A. Definisi dan Ciri-Ciri Ceramah     1. Definisi Ceramah          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal atau pengetahuan. Ceramah juga berarti penuturan bahan pembelajaran secara lisan. Ceramah merupakan pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk mengenai suatu permasalahan kepada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Secara umum, ceramah mempunyai pengertian tentang suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu.         Pada dasarnya, pidato, ceramah, dan khotbah memiliki persamaan, yakni pengungkapan pikiran di hadapan banyak orang. Namun, dalam pelaksanaannya, antara pidato, ceramah, dan khotbah memiliki perbedaan. Pidato sering kita ikuti dalam acara-acara resmi, misalnya seminar, rafat pleno,. Ceramah diadakan untuk acara-acara tert...

Teks Laporah Hasil Observasi

            Sebuah laporan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan. Kamu sering melakukan observasi atau pengamatan, tetapi belum memahami cara menyusun teks laporannya dengan baik. Untuk itu, kamu perlu memerhatikan penyusunan laporan hasil observasi yang kamu dengar atau kamu baca dari media televisi, koran, majalah, atau internet. A. Pengertian, Ciri-Ciri, Sifat, dan Contoh Teks Laporan Hasil Observasi 1. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi          Teks laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi/pengamatan. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi. 2. Ciri-Ciri Teks Laporan Hasil Observasi     Teks laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri yang membedakann...

ANEKDOT

A. Definisi. Ciri, dan Jenis Anekdot   1. Definisi Teks Anekdot     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau orang terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Orang-orang penting yang diceritakan dalam anekdot bermacam-macam, seperti tokoh politik, sosial, dan agama.  Sementara itu, peristiwa yang diceritakan dalam anekdot merupakan peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring perkembangan zaman anekdot juga digunakan untuk menceritakan tokoh dan peristiwa fiktif.     Anekdot mengandung humor. Humor dalam anekdot dibentuk dengan kelucuan atau kekonyolan tokoh. Tindakan ataupun ucapan tokoh menimbulkan humor karena adanya peristiwa ganjil yang mendasarinya. Humor juga dapat diciptakan melalui permainan kata, makna, ataupun pelesetan terhadap suatu kata ataupun frasa.     Humor dalam anekdot bukan hanya bersifat menghibur. Bia...