A. Pengertian
Teks Eksplanasi:
Pengertian Teks Eksplanasi
adalah teks yang berisi tentang penjelasan terhadap suatu suatu hal yang dapat
disaksikan dengan dengan pancaindra dan diterangkan dengan ilmiah atau masuk
akal. Misalnya, berkaitan dengan fenomena alam yaitu bagaimana terjadi hujan?
Berdasarkan fenomena sosial, kenapa harga masker mahal di era pandemi? Untuk
mengetahui informasi tentang fenomena tersebut maka perlu membaca teks
eksplanasi.
- Pernyataan
umum/identifikasi fenomena, berisi pernyataan umum tentang topik yang akan
dijelaskan pada proses terjadinya atau proses keberadaannya.
- Deretan
penjelasan berisi proses terjadinya atau sebab akibat atas suatu fenomena
yang disajikan secara urut atau bertahap dari yang awal hingga akhir.
- Interpretasi
atau ulasan berisi simpulan dari topik yang telah dijelaskan
- Strukturnya
terdiri dari pernyataan umum, urutan sebab akibat, serta interpretasi.
- Informasi
yang dimuat berdasarkan fakta (faktual).
- Faktual
tersebut memuat informasi yang bersifat ilmiah/keilmuan, contohnya seperti
sains.
- Bersifat
informatif serta tidak berusaha untuk mempengaruhi pembaca untuk bisa
percaya terhadap hal yang dibahas.
- Memiliki/menggunakan
sequence markers. contohnya pertama, kedua, ketiga, dan sebagainya. Bisa
juga dengan menggunakan: pertama, berikutnya, terakhir.
- Fokus
pada hal umum (generik), bukan partisipan manusia. Contoh: tsunami,
banjir, gempa bumi, hujan, dan lainnya.
D. Tujuan dari Teks Eksplanasi
- Menjelaskan
fenomena yang terjadi
- Menjelaskan
sebab-akibat satu peristiwa
Dengan
membaca teks eksplanasi, pembaca diharapkan mendapatkan informasi sesuai dengan
fakta dengan sejelas-jelasnya. Bahkan, teks eksplanasi dapat dikatakan berupa
kumpulan informasi fakta.
TEKS EKSPLANASI MENURUT PARA
AHLI
Anderson & Anderson (2000, hlm.80)
Teks
eksplanasi adalah teks yang berujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di
dunia kita. Dari pengertian teks eksplanasi di atas, bisa ditarik kesimpulan
bahwa teks ini adalah jenis teks yang menjelaskan proses atau alasan sesuatu
dapat terjadi, bisa berupa peristiwa alam, sosial, ataupun budaya.
CONTOH TEKS EKSPLANASI BESERTA STRUKTURNYA
Tsunami Selat Sunda
Pernyataan umum
(Pembuka)
Tsunami selat sunda merupakan salah satu
peristiwa dahsyat yang terjadi beberapa bulan lalu. Tsunami ini menerjang dua
wilayah di Indonesia dalam waktu yang bersamaan, yakni wilayah Banten dan
Lampung. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 22 Desember 2018, bertepatan dengan peringatan hari ibu.
Deretan Penjelas (Isi)
Sebelum tsunami benar-benar
terjadi, telah ada peringatan dini dari BMKG kepada masyarakat sekitar bahwasanya
perairan di kawasan selat sunda telah
mencapai tinggi 1,5-2,5 meter. Pada saat itu gunung Anak Krakatau sedang dalam
keaadan erupsi dengan tinggi kolom abu sekitar 400 meter di atas puncak dan 738
meter di atas permukaan laut. Hal ini
menyebabkan gunung Anak Krakatau berada pada status waspada.
Erupsi gunung Anak Krakatau
memicu terjadinya longsor di lereng gunung Krakatau seluas 64 Hektare pada
Sabtu (22/12) pukul 20.56 WIB. Selanjutnya, pukul 21.03 WIB tercatat di sensor seismograph
BMKG di Cigeulis Pandeglang (CGJ) dan beberapa sensor di wilayah Banten serta
Lampung. Namun, sistem proses otomatis gempa BMKG tidak memproses secara
otomatis, karena sinyal getaran yang tercatat bukan merupakan sinyal gempa bumi
tektonik .
Tepat pukul 21.30 WIB, petugas Pusat
Gempa bumi dan Tsunami BMKG mendapat laporan kepanikan masyarakat di wilayah
Banten dan Lampung, karena air laut pasang yang tidak normal. BMKG langsung
melakukan pemeriksaan marigram Tide Gauge Badan Informasi Geospasial (BIG). Hasilnya, terindikasi perubahan permukaan air
laut di beberapa wilayah seperti di Pantai Jambu, Kabupaten Serang, dengan
ketinggian air mencapai 0,9 meter, di Pelabuhan Ciwandan, Banten ketinggian
airnya 0,35 meter, di Kota Agung, Lampung ketinggian air tercatat 0,36 meter,
dan di Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung tercatat ketinggian air 0,28
meter.
Melihat dari hasil catatan marigran tide gauge BIG, BMKG meyakini bahwa ini merupakan gelombang tsunami. Pukul 22.30 WIB, BMKG segera mengeluarkan keterangan pers terkait tsunami yang melanda Banten dan Lampung ini tidak dipicu oleh gempa bumi tektonik.
Berdasarkan fakta yang ada, terdapat sekitar 430 jiwa yang menjadi korban tsunami . Korban-korban ini tersebar di 5 kabupaten yang berbeda dari dua wilayah, di antaranya Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus. Menurut BNPB, kabupaten Pandeglang mengalami kerusakan yang paling parah, dengan 290 orang meninggal dunia. Lampung selatan 108 orang, Kabupaten Serang 29 orang, Pesawaran dan Tanggamus masing-masing 1 orang. BNPB juga mencatatat bahwa terdapat 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang, dan 16.802 orang yang mengungsi di berbagai daerah.
Penutup (Interpretasi)
Dilihat dari akibatnya, Tsunami selat sunda
menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kematian di Indonesia. Walaupun
angka kematian yang diakibatkan oleh peristiwa ini tidak mencapai ribuan jiwa
layaknya tsunami di Kota Palu setahun yang lalu, peristiwa ini tetap saja
membangkitkan kenangan kelam beberapa tahun silam, yakni pasca meletusnya
gunung Krakatau.
Ciri Kebahasaan Teks Eksplanasi
a. Penggunaan Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna, konsep proses, keadaan, atau sifat khas dalam bidang tertentu. Contoh kata istilah dalam teks Tsunami Selat Sunda adalah kata Tsunami.
b. Penggunaan Kata Keterangan Waktu
Keterangan adalah fungsi kalimat yang mudah berpindah posisi. Keternagan dapat berada di awal, di akhir, bahkan di tengah kalimat. Keterangan berfungsi memberikan informasi tambahan dalam suatu kalimat.
Contohnya:
1. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 22 Desember 2018, bertepatan dengan peringatan hari ibu.
2. Erupsi gunung Anak Krakatau memicu terjadinya longsor di lereng gunung Krakatau seluas 64 Hektare pada Sabtu (22/12) pukul 20.56 WIB.
3. Tepat pukul 21.30 WIB, petugas Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG mendapat laporan kepanikan masyarakat di wilayah Banten dan Lampung, karena air laut pasang yang tidak normal.
c. Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat dan Antar Kalimat
1. Konjungsi Pertentangan (sedangkan)
2. Konjungsi Antar Kalimat Pertentangan ( akan tetapi, namun, biarpun demikian, sekalipun demikian, walaupun demikian, meskipun demikian, dan sungguhpun demikian).
Contohnya:
Namun, sistem proses otomatis gempa BMKG tidak memproses secara otomatis, karena sinyal getaran yang tercatat bukan merupakan sinyal gempa bumi tektonik .
3. Konjungsi Penambahan ( tambahan pula, dan, selain itu).
4. Konjungsi penguatan (malahan, bahkan).
5. Konjungsi antar kalimat temporal atau waktu (sebelumnya, setelah itu, selanjutnya, kemudian, akhirnya).
Contohnya:
Selanjutnya, pukul 21.03 WIB tercatat di sensor seismograph BMKG di Cigeulis Pandeglang (CGJ) dan beberapa sensor di wilayah Banten serta Lampung.
6. Konjungsi antar kalimat konsekuensi ( dengan demikian, dengan ... itu)
