Langsung ke konten utama

EYD VI

 

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) adalah pedoman resmi yang dapat dipergunakan oleh instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

  •  Penggunaan Huruf

A.

Huruf Abjad

A. Huruf Abjad

Huruf dalam abjad bahasa Indonesia ada 26 seperti dalam tabel berikut.

Huruf Kapital

Huruf Nonkapital

Nama

Ucapan

A

a

a

a

B

b

be

be

C

c

ce

ce

D

d

de

de

E

e

e

e

F

f

ef

ef

G

g

ge

ge

H

h

ha

ha

I

i

i

i

J

j

je

je

K

k

ka

ka

L

l

el

el

M

m

em

em

N

n

en

en

O

o

o

o

P

p

pe

pe

Q

q

qi

ki

R

r

er

er

S

s

es

es

T

t

te

te

U

u

u

u

V

v

ve

fe

W

w

we

we

X

x

eks

eks

Y

y

ye

ye

Z

z

zet

zet

B.

Huruf Vokal

B. Huruf Vokal

Vokal dalam bahasa Indonesia dilambangkan menjadi lima huruf, yaitu aeio, dan u.

Huruf Vokal

Contoh
Posisi Awal

Contoh
Posisi Tengah

Contoh
Posisi Akhir

a

api

padi

lusa

e*

enak

petak

sore

 

emas

kena

tipe

i

itu

simpan

murni

o

oleh

kota

radio

u

ulang

bumi

ibu

*) Untuk membedakan pengucapan, pada huruf e pepet dapat diberikan tanda diakritik (ê) yang dilafalkan [ə].

Misalnya:

  • Anak-anak bermain di teras.
  • Upacara itu dihadiri pejabat teras [têras] Bank Indonesia.

  • Kami menonton film seri.
  • Pertandingan itu berakhir seri [sêri].

  • Seret saja barang itu jika berat!
  • Makanan ini membuat kerongkonganku seret [sêrêt].

C.

Huruf Konsonan

C. Huruf Konsonan

Konsonan dalam bahasa Indonesia dilambangkan menjadi 21 huruf, yaitu bcdfghjklmnpqrstvwxy, dan z.

Huruf Konsonan

Contoh
Posisi Awal

Contoh
Posisi Tengah

Contoh
Posisi Akhir

b

bahasa

sebut

adab

c

cakap

kaca

-

d

dua

ada

abad

f

fakir

kafan

maaf

g

guna

tiga

mug

h

hari

saham

tuah

j

jalan

manja

mikraj

k

kami

paksa

politik

l

lekas

alas

akal

m

maka

kami

diam

n

nama

tanah

daun

p

pasang

apa

siap

q*

qariah

iqra

Benuaq

r

raih

bara

putar

s

sampai

asli

tangkas

t

tali

mata

rapat

v

variasi

lava

molotov

w

wanita

hawa

takraw

x*

xenon

marxisme

Max

y

yakin

payung

alay

z

zeni

lazim

juz

*) Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan bidang tertentu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s] dan pada posisi tengah atau akhir diucapkan [ks].

D.

Gabungan Huruf Vokal

D. Gabungan Huruf Vokal

1. Monoftong

Monoftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vokal eu yang dilafalkan [ɘ].

Monoftong

Contoh
Posisi Awal

Contoh
Posisi Tengah

Contoh
Posisi Akhir

eu

eurih

seudati

sadeu

2. Diftong

Diftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vokal aiauei, dan oi.

Diftong

Contoh
Posisi Awal

Contoh
Posisi Tengah

Contoh
Posisi Akhir

ai

aikido

kailan

pandai

au

audit

taufik

harimau

ei

eigendom

geiser

survei

oi

oikumene

boikot

koboi

E.

Gabungan Huruf Konsonan

E. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan khngny, dan sy melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan Huruf Konsonan

Contoh
Posisi Awal

Contoh
Posisi Tengah

Contoh
Posisi Akhir

kh

khusus

akhir

tarikh

ng

ngarai

bangun

senang

ny

nyata

banyak

-

sy

syarat

musyawarah

arasy

F.

Huruf Kapital

F. Huruf Kapital

1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama awal kalimat.

Misalnya:

  • Apa maksudnya?
  • Tolong ambilkan buku itu!
  • Kita harus bekerja keras.
  • Pekerjaan itu akan selesai dalam 1 jam.

2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

Misalnya:

  • Amir Hamzah
  • Dewi Sartika
  • André-Marie Ampère
  • James Watt
  • Mujair
  • Rudolf Diesel
  • Bapak Koperasi
  • Jenderal Kancil

3. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

  • ampere
  • 15 watt
  • ikan mujair
  • mesin diesel

4. Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum, dan rumus.

Misalnya:

  • teori Darwin
  • hukum Archimedes
  • rumus Phytagoras

5. Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna 'anak dari', seperti binbintiboru, dan van, kecuali dituliskan sebagai awal nama atau huruf pertama kata tugas dari.

Misalnya:

  • Abdul Rahman bin Zaini
  • Fatimah binti Salim
  • Indani boru Sitanggang
  • Ayam Jantan dari Timur
  • Charles Adriaan van Ophuijsen
  • Salah satu pencetak gol terbanyak adalah Van Basten.

6. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Misalnya:

  • Ibu berpesan, "Berhati-hatilah, Nak!"
  • "Mereka berhasil meraih medali emas," katanya.
  • "Besok pagi," kata Rino, "mereka akan berangkat."

7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam hal tertentu yang berkaitan dengan nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti Tuhan serta singkatan nama Tuhan.

Misalnya:

  • Buddha
  • Hindu
  • Islam
  • Kristen
  • Konghucu
  • Al-Qur'an
  • Alkitab
  • Weda
  • Allah
  • Tuhan
  • Allah Yang Maha Kuasa akan menunjukkan jalan-Nya.
  • Ya, Tuhan, bimbinglah hamba ke jalan yang Engkau beri rahmat.
  • Tuhan YME (Yang Maha Esa)
  • Allah Swt. (Subhanahuwataala)

8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, kebangsawanan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang dan gelar akademik yang mengikuti nama orang.

Misalnya:

  • Mahaputra Yamin
  • Teuku Umar
  • La Ode Khairudin
  • Kiai Haji Hasjim Asy'ari
  • Doktor Mohammad Hatta
  • Irwansyah, Magister Humaniora

9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan.

Misalnya:

  • Selamat datang, Yang Mulia.
  • Semoga berbahagia, Raden.
  • Terima kasih, Kiai.
  • Selamat pagi, Dokter.
  • Silakan duduk, Prof.
  • Siap, Jenderal.

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

  • Wakil Presiden Adam Malik
  • Perdana Menteri Nehru
  • Profesor Anton M. Moeliono
  • Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
  • Proklamator Republik Indonesia
  • Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri
  • Gubernur Papua Barat

11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama seperti pada nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara.

Misalnya:

  • bangsa Indonesia
  • suku Dani
  • bahasa Tolaki
  • aksara Kaganga

12. Huruf kapital tidak digunakan pada nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara yang berupa bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

  • pengindonesiaan kata asing
  • keinggris-inggrisan
  • kesunda-sundaan

13. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama, seperti pada nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.

Misalnya:

  • tahun Hijriah
  • bulan Agustus
  • hari Jumat
  • hari Lebaran
  • tarikh Masehi
  • bulan Maulid
  • hari Galungan
  • hari Natal

14. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:

  • Konferensi Asia Afrika
  • Perang Dunia II
  • Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
  • Hari Pendidikan Nasional

15. Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama ditulis dengan huruf nonkapital.

Misalnya:

  • Kami memperingati proklamasi kemerdekaan setiap tahun.
  • Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

16. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:

  • Benua Afrika
  • Asia Tenggara
  • Pulau Miangas
  • Jazirah Arab
  • Dataran Tinggi Dieng
  • Gunung Semeru
  • Pegunungan Himalaya
  • Bukit Barisan
  • Danau Toba
  • Ngarai Sianok
  • Lembah Baliem
  • Sungai Mamberamo
  • Tanjung Harapan
  • Selat Lombok
  • Teluk Persia
  • Terusan Suez
  • Jawa Barat
  • Jakarta
  • Kabupaten Konawe
  • Kota Kupang
  • Kecamatan Rengasdengklok
  • Distrik Samofa
  • Desa Sentul
  • Kelurahan Rawamangun
  • Jalan Polonia
  • Gang Kelinci
  • Lantai II Gedung Tabrani
  • Ruang Poerwadarminta Gedung Yudistira

17. Huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti nama diri ditulis dengan huruf nonkapital.

Misalnya:

  • berlayar ke teluk
  • mandi di sungai
  • menyeberangi selat
  • berenang di danau

18. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan huruf nonkapital.

Misalnya:

  • jeruk bali (Citrus maxima)
  • kacang bogor (Voandzeia subterranea)
  • nangka belanda (Anona muricata)
  • petai cina (Leucaena glauca)

Catatan:

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.

Misalnya:

  • Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
  • Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.

19. Huruf kapital digunakan untuk nama geografi yang menyatakan asal daerah.

Misalnya:

  • batik Cirebon
  • bubur Manado
  • film Indonesia
  • kopi Gayo
  • satai Madura
  • soto Banjar
  • tari Bali

20. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk unsur bentuk ulang utuh) seperti pada nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas.

Misalnya:

  • Bosnia dan Herzegovina
  • Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
  • Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
  • Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
  • Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia
  • Perserikatan Bangsa-Bangsa

21. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur bentuk ulang utuh) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah, serta nama media massa, kecuali kata tugas yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

  • Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
  • Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
  • Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
  • Berita berjudul "Listrik Sahabat Petani" dimuat di paktani.com.
  • Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".

22. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan nama pangkat.

Misalnya:

S.E.

sarjana ekonomi

M.Si.

magister sains

Hj.

hajah

Pdt.

pendeta

Dg.

daeng

Dt.

datuk

K.R.T.

kanjeng raden tumenggung

Kol.

kolonel

23. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapakibukakak, dan adik serta kata atau ungkapan lain (termasuk unsur bentuk ulang utuh) yang digunakan sebagai sapaan.

Misalnya:

  • "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan.
  • Dedi bertanya, "Itu apa, Bu?"
  • "Silakan duduk, Dik!" kata Rani.
  • Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
  • "Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?"
  • "Selamat belajar, Anak-Anak."
  • "Sampai berjumpa kembali, Teman-Teman."

Catatan:

a. Kata Anda ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

  • Sudahkah Anda tahu?
  • Hanya teman Anda yang mengerti masalah itu.

b. Kata atau ungkapan yang digunakan dalam pengacuan ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

  • "Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak."
  • Besok Paman akan datang bersama kakakmu.

c. Istilah kekerabatan yang diikuti oleh kata yang menunjukkan kepemilikan ditulis dengan huruf nonkapital.

Misalnya:

  • Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
  • Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

G.

Huruf Miring

G. Huruf Miring

1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, judul film, judul album lagu, judul acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.

Misalnya:

  • Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
  • Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
  • Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
  • Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Acara Bulan Bahasa dimuat di kabarbahasa.com.
  • Sinetron Keluarga Cemara sudah ditayangkan sebanyak belasan episode.
  • Film Habibie dan Ainun diangkat dari kisah nyata.
  • Menteri Pendidikan meluncurkan album Simfoni Merdeka Belajar.
  • Siniar Celetuk Bahasa mengangkat tema kebahasaan.
  • Lakon Petruk Jadi Raja dipentaskan semalam suntuk.

2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.

Misalnya:

  • Huruf terakhir kata abad adalah d.
  • Imbuhan ber- pada kata berjasa bermakna 'memiliki'.
  • Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan tanda baca.
  • Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan!

3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.

Misalnya:

  • Kita perlu memperhitungkan rencana kegiatan dengan baik agar tidak malapeh awo.
  • Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
  • Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
  • Ungkapan tut wuri handayani merupakan semboyan pendidikan.
  • Istilah men sana in corpore sano sering digunakan dalam bidang olahraga.

Catatan:

a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, organisasi, atau merek dagang dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
b. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah satu.

H.

Huruf Tebal

H. Huruf Tebal

1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.

Misalnya:

  • Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
  • Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.

Catatan:

Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak tebal ditandai dengan garis bawah dua.

2. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian karangan, seperti bab atau subbab.

Misalnya:

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang dan Masalah
    Kondisi kebahasaan di Indonesia saat ini diwarnai oleh bahasa standar ….
  1.1.1 Latar Belakang
    Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap beragam ….
  1.1.2 Masalah
    Penelitian ini hanya membatasi perencanaan bahasa ….
  1.2 Tujuan
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa ….

  •  Penulisan Kata

A.

Kata Dasar

A. Kata Dasar

Kata dasar ditulis secara mandiri.

Misalnya:

  • kantor
  • pergi
  • ramai
  • sangat

B.

Kata Turunan

B. Kata Turunan

1. Kata Berimbuhan

a. Kata yang mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan imbuhannya.

Misalnya:

  • berjalan
  • mempermudah
  • menulis
  • dijual
  • pembaca
  • semula
  • terbatas

  • gelembung
  • kemilau
  • kinerja

  • gerejawi
  • kamerawan
  • lukisan
  • seniman
  • sukuisme

  • kemauan
  • pemungutan
  • perbaikan

b. Kata yang mendapat bentuk terikat ditulis serangkai jika mengacu pada konsep keilmuan tertentu.

Misalnya:

  • adibusana
  • aerodinamika
  • antargolongan
  • antikekerasan
  • awahama
  • bikarbonat
  • biokimia
  • dekameter
  • demoralisasi
  • dwiwarna
  • ekabahasa
  • ekstrakurikuler
  • infrastruktur
  • inkonvensional
  • kontraindikasi
  • kosponsor
  • lokakarya
  • mancanegara
  • makroekonomi
  • mikrobiologi
  • multilateral
  • narapidana
  • nirgagasan
  • nonkolaborasi
  • paripurna
  • pascakebenaran
  • pascasarjana
  • praanggapan
  • prajabatan
  • pramusaji
  • pramuwisata
  • proaktif
  • purnawirawan
  • saptakrida
  • semiprofesional
  • subbagian
  • supercepat
  • swadaya
  • tansuara
  • telewicara
  • transmigrasi
  • tritunggal
  • tunakarya
  • ultramodern
  • wiraswasta
  • ayahanda
  • egosentris
  • oktahedron

c. Kata yang diawali huruf kapital dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan dengan tanda hubung (-).

Misalnya:

  • non-Indonesia
  • pan-Afrika
  • pro-Barat

  • anti-PKI
  • non-ASEAN
  • non-Korpri
  • pasca-Orba

d. Kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan dengan tanda hubung (-).

Misalnya:

  • anti-mainstream
  • pasca-reshuffle
  • pra-Aufklaerung
  • super-jegeg

e. Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan.

Misalnya:

  • Yang Maha Esa
  • Tuhan Yang Maha Kuasa

  • Yang Maha Pengasih
  • Tuhan Yang Maha Pengampun
  • Tuhan Yang Maha Pemberi Rezeki

2. Bentuk Ulang

a. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.

Misalnya:

  • anak-anak
  • berjalan-jalan
  • biri-biri
  • buku-buku
  • cumi-cumi
  • hati-hati
  • kuda-kuda
  • kupu-kupu
  • kura-kura
  • lauk-pauk
  • mencari-cari
  • mondar-mandir
  • porak-poranda
  • ramah-tamah
  • sayur-mayur
  • serba-serbi
  • terus-menerus
  • tunggang-langgang
  • cas-cis-cus
  • dag-dig-dug

b. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.

Misalnya:

kapal barang

kapal-kapal barang

kereta api cepat

kereta-kereta api cepat

rak buku

rak-rak buku

surat kabar

surat-surat kabar

3. Gabungan Kata

a. Unsur gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.

Misalnya:

  • cendera mata
  • duta besar
  • ibu kota
  • kambing hitam
  • mata acara
  • meja tulis
  • model linear
  • orang tua
  • rumah sakit
  • segi empat
  • simpang lima
  • wali kota

b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur unsurnya.

Misalnya:

buku-sejarah baru

'buku sejarah yang baru, bukan buku bekas'

buku sejarah-baru

'buku tentang sejarah baru'

ibu-bapak kami

'ibu dan bapak kami'

ibu bapak-kami

'ibu dari bapak kami (nenek)'

c. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.

Misalnya:

  • dilipatgandakan
  • menggarisbawahi
  • menyebarluaskan
  • penghancurleburan
  • pertanggungjawaban

d. Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis terpisah.

Misalnya:

  • bertepuk tangan
  • menganak sungai
  • garis bawahi
  • sebar luaskan

e. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya:

  • acapkali
  • adakala
  • apalagi
  • bagaimana
  • barangkali
  • beasiswa
  • belasungkawa
  • bilamana
  • bumiputra
  • daripada
  • darmabakti
  • dukacita
  • hulubalang
  • kacamata
  • karyawisata
  • kasatmata
  • kosakata
  • manasuka
  • matahari
  • olahraga
  • padahal
  • peribahasa
  • perilaku
  • puspawarna
  • saputangan
  • sediakala
  • segitiga
  • sukacita
  • sukarela
  • syahbandar

C.

Pemenggalan Kata

C. Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya:

  • bu-ah
  • ma-in
  • ni-at
  • sa-at

b. Monoftong eu tidak dipenggal.

Misalnya:

  • ci-leun-cang
  • seu-da-ti
  • seu-lu-mat

c. Diftong aiauei, dan oi tidak dipenggal.

Misalnya:

  • pan-dai
  • sau-da-ra
  • sur-vei
  • am-boi

d. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.

Misalnya:

  • ba-pak
  • de-ngan
  • ke-nyang
  • la-wan
  • mu-ta-khir
  • mu-sya-wa-rah

e. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.

Misalnya:

  • Ap-ril
  • ban-tu
  • man-di
  • som-bong
  • swas-ta

f. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:

  • am-bruk
  • ben-trok
  • in-fra
  • ul-tra
  • in-stru-men

g. Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.

Misalnya:

  • ba-nyak
  • kong-res
  • makh-luk
  • masy-hur

2. Pemenggalan kata pada kata berimbuhan dilakukan sebagai berikut.

a. Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.

Misalnya:

  • ber-jalan
  • di-ambil
  • ke-kasih
  • mem-bantu
  • peng-intai
  • per-buat
  • se-buah
  • ter-bawa
  • letak-kan
  • makan-an
  • ke-kuat-an
  • me-rasa-kan
  • per-buat-an

  • di-per-jual-beli-kan
  • per-tanggung-jawab-kan
  • mem-per-tanggung-jawab-kan

  • non-aktif
  • swa-foto
  • apa-kah
  • apa-tah
  • pergi-lah

b. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pemenggalan pada kata dasar.

Misalnya:

  • me-ma-kai
  • me-ngun-ci
  • me-nu-tup
  • me-nya-pu
  • pe-mi-kir
  • pe-nga-rang
  • pe-no-long
  • pe-nye-but

c. Pemenggalan kata yang mendapat sisipan dilakukan seperti pada kata dasar.

Misalnya:

  • ge-lem-bung
  • ge-mu-ruh
  • ge-ri-gi
  • si-nam-bung
  • te-lun-juk

d. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan.

Misalnya:

 

Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan oleh pembicara.

Walaupun makanan itu gratis, mereka tidak ma-
u mengambilnya.

Penerapan protokol kesehatan adalah cara termudah mengakhir-
i pandemi ini.

Penulisan yang seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut.

Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan oleh pembicara.

Walaupun makanan itu gratis, mereka tidak
mau mengambilnya.

Penerapan protokol kesehatan adalah cara termudah meng-
akhiri pandemi ini.

3. Jika kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.

Misalnya:

biografi

bio-grafi

biodata

bio-data

fotografi

foto-grafi

fotokopi

foto-kopi

introspeksi

intro-speksi

introjeksi

intro-jeksi

kilogram

kilo-gram

kilometer

kilo-meter

pascapanen

pasca-panen

pascasarjana

pasca-sarjana

4. Nama orang yang terdiri atas dua kata atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara kata tersebut.

Misalnya:

  • Pencetus nama bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda adalah Mohammad
    Tabrani.
  • Lagu "Indonesia Raya" dikumandangkan pada Kongres Pemuda II oleh Wage
    Rudolf Supratman.
  • Layar Terkembang yang terbit pada 1937 dikarang oleh Sutan Takdir
    Alisjahbana.

5. Singkatan tidak dipenggal.

Misalnya:

Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di BKK-
BN.

Semua pengguna kendaraan bermotor wajib membawa ST-
NK.

Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.

Penulisan yang seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut.

Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di
BKKBN.

Semua pengguna kendaraan bermotor wajib membawa
STNK.

Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar
R.Ng. Rangga Warsita.

D.

Kata Depan

D. Kata Depan

Kata depan, seperti dike, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

  • Di mana dia sekarang?
  • Mereka ada di mana-mana.
  • Kain itu disimpan di dalam lemari.
  • Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
  • Mari, kita berangkat ke kantor.
  • Saya pergi ke luar kota.
  • Ia keluar dari rumah.
  • Ia berasal dari Pulau Penyengat.
  • Cincin itu terbuat dari emas.

E.

Partikel

E. Partikel

1. Partikel -lah-kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

  • Bacalah buku itu baik-baik!
  • Bertepuk tanganlah mengikuti irama!
  • Apakah yang tersirat dalam surat itu?
  • Siapakah gerangan dia?
  • Apatah gunanya bersedih hati?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

  • Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
  • Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
  • Jangankan dua kali, sekali kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.

3. Bentuk pun yang merupakan bagian kata penghubung seperti berikut ditulis serangkai.

  • adapun
  • andaipun
  • ataupun
  • bagaimanapun
  • biarpun
  • jikapun
  • kalaupun
  • kendatipun
  • maupun
  • meskipun
  • sekalipun
  • sementangpun
  • sungguhpun
  • walaupun

Misalnya:

  • Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
  • Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
  • Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
  • Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
  • Sekalipun teman dekat, dia belum pernah sekali pun datang ke rumahku.
  • Sementangpun aku ini bukan sanak-saudaramu, tidak sampai hati juga aku melihat penderitaanmu itu.

4. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', 'mulai', atau 'melalui' ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

  • Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
  • Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
  • Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
  • Dia menghubungiku per telepon.

F.

Singkatan

F. Singkatan

1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di setiap unsur singkatan itu.

Misalnya:

A.H. Nasution

Abdul Haris Nasution

H. Hamid

Haji Hamid

Suman Hs.

Suman Hasibuan

dr.

dokter

Dr.

doktor

Dr. (H.C.)

doktor honoris causa

M.B.A.

master of business administration

M.Hum.

magister humaniora

M.Si.

magister sains

Ph.D.

philosophiae doctor (doctor of philosophy)

Prof.

profesor

S.E.

sarjana ekonomi

S.I.P.

sarjana ilmu politik

S.K.M.

sarjana kesehatan masyarakat

S.Kom.

sarjana komputer

S.Sos.

sarjana sosial

Sp.A.

spesialis anak

R.M. Syahid

Raden Mas Syahid

Sdr. Lukman

Saudara Lukman

Kol. Inf. Hendri

Kolonel Infanteri Hendri

A.K.B.P. Purnomo

Ajun Komisaris Besar Polisi Purnomo

2. Singkatan nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik.

Misalnya:

LS

Lilis Suryaningsih

SDD

Sapardi Djoko Damono

STA

Sutan Takdir Alisjahbana

3. Singkatan, termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

KTP

kartu tanda penduduk

KUHP

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

NKRI

Negara Kesatuan Republik Indonesia

PBB

Perserikatan Bangsa-Bangsa

PGRI

Persatuan Guru Republik Indonesia

PT

perseroan terbatas

SD

sekolah dasar

UI

Universitas Indonesia

WHO

World Health Organization

BIG

Badan Informasi Geospasial

BIN

Badan Intelijen Negara

LAN

Lembaga Administrasi Negara

MAN

madrasah aliah negeri

NIP

nomor induk pegawai

PASI

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

PAUD

pendidikan anak usia dini

SIM

surat izin mengemudi

4.a Singkatan yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen atau surat-menyurat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

dkk.

dan kawan-kawan

dll.

dan lain-lain

dsb.

dan sebagainya

dst.

dan seterusnya

hlm.

halaman

sda.

sama dengan di atas

ttd.

tertanda

ybs.

yang bersangkutan

yth.

yang terhormat

4.b Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen atau surat-menyurat diikuti tanda titik pada setiap huruf.

Misalnya:

a.n.

atas nama

d.a.

dengan alamat

s.d.

sampai dengan

u.b.

untuk beliau

u.p.

untuk perhatian

4.c Singkatan yang lazim digunakan dalam penulisan alamat dapat ditulis dengan dua huruf atau lebih dan diakhiri tanda titik.

Misalnya:

Gd. Tabrani

Gedung Tabrani

Jl. Rawamangun

Jalan Rawamangun

Gg. Kelinci

Gang Kelinci

Kav. 5

Kaveling 5

Km. 57

Kilometer 57

Lt. 2

Lantai 2

No. 9

Nomor 9

5. Singkatan satuan ukuran, takaran, dan timbangan; lambang kimia; dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Misalnya:

kVA

kilovolt-ampere

km

kilometer

kg

kilogram

l

liter

Cu

kuprum

Rp

rupiah

6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Bappenas

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Bulog

Badan Urusan Logistik

Kalteng

Kalimantan Tengah

Kowani

Kongres Wanita Indonesia

Mabbim

Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia

Suramadu

Surabaya-Madura

Wita

Waktu Indonesia Tengah

7. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf nonkapital.

Misalnya:

iptek

ilmu pengetahuan dan teknologi

pemilu

pemilihan umum

puskesmas

pusat kesehatan masyarakat

rapim

rapat pimpinan

rudal

peluru kendali

tilang

bukti pelanggaran

G.

Angka dan Bilangan

G. Angka dan Bilangan

1. Angka Arab atau angka Romawi lazim digunakan sebagai lambang bilangan atau nomor.

Angka Arab

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi

I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)

2. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian.

Misalnya:

  • Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
  • Koleksi pribadi saya lebih dari seribu buku.
  • Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
  • Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

3. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan persentase.

Misalnya:

  • 0,5 sentimeter
  • 5 kilogram
  • 4 hektare
  • 10 liter
  • 2 tahun 6 bulan 5 hari
  • 1 jam 20 menit

  • Rp5.000,00
  • US$3,50
  • £5,10
  • ¥100
  • 5%
  • 7 persen

4. Bilangan berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kata didahului kata seperti sebanyaksejumlah, dan sebesar atau diubah susunan kalimatnya.

Misalnya:

  • Sebanyak 2.500 orang peserta diundang panitia.
  • Sejumlah 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
  • Panitia mengundang 2.500 orang peserta.
  • Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.

5. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

  • Sebanyak 500 ribu dosis vaksin telah didistribusikan ke beberapa wilayah.
  • Dia mendapatkan bantuan 90 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
  • Perusahaan itu baru saja mendapatkan pinjaman 55 miliar rupiah.
  • Proyek nasional pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya 7 triliun rupiah.

6. Angka digunakan sebagai bagian dari alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.

Misalnya:

  • Jalan Kartika I No. 15
  • Jalan Kartika I/15
  • Jalan Raya Dumai Kav. 14
  • Jalan Raya Subrantas Km. 4
  • Hotel Mahameru, Kamar 169
  • Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

7. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau bagian kitab suci.

Misalnya:

  • Bab II, Pasal 3, halaman 13
  • "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!" (Surah Al-'Alaq [96]: 1)
  • "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21: 22)

8. Penulisan bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan utuh ditulis secara mandiri.

Misalnya:

dua belas

(12)

tiga puluh lima

(35)

lima puluh lima ribu

(55.000)

b. Bilangan pecahan ditulis dengan per- yang dilekatkan pada bilangan penyebut yang mengikutinya.

Misalnya:

setengah atau seperdua

(½)

seperenam belas

(⅟16)

tiga perempat

(¾)

dua persepuluh

(²∕₁₀)

tiga dua-pertiga

(3⅔)

satu persen

(1%)

satu permil

(1‰)

9. Penulisan bilangan tingkat dapat menggunakan angka Romawi, gabungan awalan ke- dan angka Arab, atau huruf.

Misalnya:

  • abad VII
  • abad ke-7
  • abad ketujuh

  • Perang Dunia II
  • Perang Dunia Ke-2
  • Perang Dunia Kedua

10. Penulisan angka dan akhiran -an dirangkaikan dengan tanda hubung (-).

Misalnya:

  • lima lembar uang 5.000-an (lima lembar uang lima ribuan)
  • seharga 5.000-an (seharga lima ribuan)
  • tahun 2000-an (tahun dua ribuan)

11. Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, akta, atau kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf.

Misalnya:

  • Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
  • Pada hari ini, Rabu, tanggal 13-10-2021 (tiga belas Oktober dua ribu dua puluh satu) telah hadir di hadapan saya, Noviansyah, notaris yang berkedudukan di Kota Batam.
  • Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).

12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf secara serangkai.

Misalnya:

  • Kelapadua
  • Limapuluhkoto
  • Rajaampat
  • Simpanglima
  • Tigaraksa

H.

Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya

H. Kata Ganti ku-kau--ku-mu, dan -nya

1. Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku-mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

  • Rumah itu telah kujual.
  • Majalah ini boleh kaubaca.
  • Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
  • Rumahnya sedang diperbaiki.

2. Kata ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan kata yang lain.

Misalnya:

  • Aku ingin kau bersungguh-sungguh dengan apa yang kaukatakan.
  • Kau masih muda, Bung.
  • Sebaiknya, kau mengurus adikmu saja.

I.

Kata Sandang si dan sang

I. Kata Sandang si dan sang

1. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

  • Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
  • Dalam cerita itu si Pitung berhasil menolong penduduk.
  • Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.

  • Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
  • Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
  • Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

2. Kata sang ditulis dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur nama Tuhan.

Misalnya:

  • Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
  • Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
  •  Penggunaan Tanda Baca

A.

Tanda Titik (.)

A. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat pernyataan.

Misalnya:

  • Mereka duduk di sana.
  • Dia akan datang pada pertemuan itu.

2. Tanda titik digunakan untuk mengakhiri pernyataan lengkap yang diikuti perincian berupa kalimat baru, paragraf baru, atau subjudul baru.

Misalnya:

Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standar dan nonstandar, ratusan bahasa daerah, dan ditambah beberapa bahasa asing membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.

1. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.

2. Masalah

Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.

3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar, terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia.

3. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu daftar, perincian, tabel, atau bagan.

a. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Daftar

 I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
  A. Bahasa Indonesia
   1. Kedudukan
   2. Fungsi
  B. Bahasa Daerah
   1. Kedudukan
   2. Fungsi
  C. Bahasa Asing
   1. Kedudukan
   2. Fungsi

b. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Perincian

 I. Patokan Umum
 II. Patokan Khusus

c. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Tabel

contoh

d. Contoh Penggunaan Tanda Titik dalam Bagan

contoh

4. Tanda titik tidak digunakan di belakang angka terakhir pada deret nomor dalam perincian.

Misalnya:

contoh

5. Tanda titik tidak digunakan pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam perincian.

Misalnya:

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi sebagai, antara lain,
 a) lambang kebanggaan nasional,
 b) identitas nasional,
 c) alat pemersatu bangsa, dan
 d) sarana perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya;
2) bahasa negara ....

6. Tanda titik tidak digunakan di belakang angka terakhir, baik satu digit maupun lebih, dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

Misalnya:

  • Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
  • Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
  • Bagan 2 Struktur Organisasi
  • Bagan 2.1 Bagian Umum
  • Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
  • Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
  • Gambar 1 Gedung Cakrawala
  • Gambar 1.1 Ruang Rapat

7. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.

Misalnya:

  • pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
  • 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
  • 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
  • 00.00.30 jam (30 detik)

8. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

Misalnya:

  • Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
  • Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
  • Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.

9. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

  • Dia lahir pada tahun 1998 di Bandung.
  • Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi V), halaman 1553.
  • Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
  • Dia diangkat sebagai PNS dengan NIP 199701112015041002.

10. Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul dan subjudul.

Misalnya:

  • Bentuk dan Kedaulatan (Bab I, UUD 1945)
  • Gambar 3 Alat Ucap Manusia
  • Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan

11. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat penerima surat serta tanggal surat.

Misalnya:

  • Yth. Rahmat Hidayat, S.T.
    Jalan Sumbawa I/18
    Sumurbandung
    Bandung
  • Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
    Jalan Daksinapati Barat IV
    Rawamangun
    Jakarta Timur
  • 12 Oktober 2021
  • Jakarta, 12 Oktober 2021 (tanpa alamat lengkap pada kop surat)

B.

Tanda Koma (,)

B. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam perincian berupa kata, frasa, atau bilangan.

Misalnya:

  • Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang mewah lagi.
  • Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
  • Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
    (1) akta kelahiran,
    (2) ijazah terakhir, dan
    (3) surat keterangan kesehatan.
  • Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma digunakan sebelum kata penghubung, seperti tetapimelainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk pertentangan.

Misalnya:

  • Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
  • Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
  • Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

3. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat.

Misalnya:

  • Kalau diundang, saya akan datang.
  • Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
  • Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

4. Tanda koma tidak digunakan jika induk kalimat mendahului anak kalimat.

Misalnya:

  • Saya akan datang kalau diundang.
  • Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
  • Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

5. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itujadidengan demikiansehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.

Misalnya:

  • Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
  • Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, dia berhasil menjadi penulis terkenal.
  • Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

6. Tanda koma digunakan sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti oyawahaduh, atau hai, dan kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti BuDik, atau Nak.

Misalnya:

  • O, begitu?
  • Wah, bukan main!
  • Hati-hati, ya, jalannya licin!
  • Nak, kapan kuliahmu selesai?
  • Siapa namamu, Dik?
  • Dia baik sekali, Bu.

7. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

  • Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
  • "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia adalah makhluk sosial."

8. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung yang diakhiri tanda tanya atau tanda seru dari bagian kalimat yang mengikutinya.

Misalnya:

  • "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
  • "Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
  • "Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.

9. Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan.

Misalnya:

  • Sdr. Rahmat Hidayat, Jalan Sumbawa I/18, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumurbandung, Bandung 40113
  • Direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jl. Pangeran Diponegoro No. 71, Jakarta 10430
  • Surabaya, 10 Mei 1960
  • Sofifi, Maluku Utara

10. Tanda koma digunakan sesudah salam pembuka (seperti dengan hormat atau salam sejahtera), salam penutup (seperti salam takzim atau hormat kami), dan nama jabatan penanda tangan surat.

Misalnya:

  • Dengan hormat,
  • Salam sejahtera,
  • Salam takzim,
  • Hormat kami,

  • Kepala Badan,
  • Rektor,

  • a.n. Kepala Badan
      Sekretaris Badan,

      (tanda tangan)

      Hurip Danu Ismadi
      NIP 196110051988031002

11. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, nama keluarga, atau nama marga.

Misalnya:

  • B. Ratulangi, S.E.
  • Ny. Khadijah, M.A.
  • Bambang Irawan, M.Hum.
  • Siti Aminah, S.H., M.H.
  • Dr. dr. Rahayu Ningtyas, Sp.A., Subsp.End.(K).
  • Prof. Dr. Muh. Muhlis, S.E., M.A., Ph.D.

Catatan:

a. Bandingkan Siti Khadijah, M.A. (Siti Khadijah, Master of Arts) dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
b. Spasi digunakan untuk memisahkan unsur nama dan singkatannya serta antargelar dan singkatannya.

12. Tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya:

  • 12,5 m
  • 27,3 kg
  • Rp500,50
  • Rp750,00

13. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.

Misalnya:

  • Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
  • Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti pelatihan paduan suara.
  • Soekarno, Presiden I Republik Indonesia, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
  • Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari.

Bandingkan dengan keterangan pewatas yang penggunaannya tidak diapit tanda koma!

  • Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa tes.

14. Tanda koma dapat digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah pengertian.

Misalnya:

  • Dalam pengembangan bahasa Indonesia, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
  • Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan kalimat berikut.

  • Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
  • Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

C.

Tanda Titik Koma (;)

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

  • Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
  • Kerbau melenguh; kambing mengembik; kuda meringkik.
  • Ayah menyelesaikan pekerjaan; ibu menulis makalah; adik membaca cerita pendek.

2. Tanda titik koma digunakan pada bagian perincian yang berupa frasa verbal.

Misalnya:

Syarat mengikuti ujian penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian perincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.

Misalnya:

  • Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; serta pisang, apel, dan jeruk.
  • Agenda rapat ini meliputi
    a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
    b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; serta
    c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

4. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan sumber-sumber kutipan.

Misalnya:

  • Kasus perencanaan bahasa di Indonesia dianggap sebagai salah satu yang paling berhasil (Fishman, 1974; Moeliono, 1985; Samuel, 2008; Wardhaugh dan Fuller, 2015).
  • Tentang plagiarisme, para penulis (Keraf, 1997; Putra, 2011; Wibowo, 2013) sama-sama mengingatkan pentingnya pengutipan dan perujukan secara cermat untuk menghindari cap plagiat.

D.

Tanda Titik Dua (:)

D. Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang langsung diikuti perincian atau penjelasan.

Misalnya:

  • Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
  • Saya akan membeli alat tulis kantor: kertas, tinta, spidol, dan pensil.

2. Tanda titik dua tidak digunakan jika perincian atau penjelasan itu merupakan bagian dari kalimat lengkap.

Misalnya:

  • Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
  • Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
    a. persiapan,
    b. pengumpulan data,
    c. pengolahan data, dan
    d. pelaporan.

3. Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau frasa yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

a.

 Ketua

:

 Ahmad Wijaya

 Wakil Ketua

:

 Deni Simanjuntak

 Sekretaris

:

 Siti Aryani

 Bendahara

:

 Aulia Arimbi

b.

 Narasumber

:

 Prof. Dr. Saputra Effendi

 Pemandu

:

 Abdul Gani, M.Hum.

 Pencatat

:

 Sri Astuti Amelia, S.Pd.

4. Tanda titik dua digunakan dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ibu

:

 "Bawa koper ini, Nak!"

Amir

:

 "Baik, Bu."

Ibu

:

 "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"

5. Tanda titik dua digunakan di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, serta (c) judul dan anak judul suatu karangan.

Misalnya:

  • Ultimart 5 (2): 98–105
  • Surah Ibrahim: 2–5
  • Matius 2: 1–3
  • Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Mastera

6. Tanda titik dua dapat digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.

Misalnya:

  • pukul 01:35:20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
  • 01:35:20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
  • 00:20:30 jam (20 menit, 30 detik)
  • 00:00:30 jam (30 detik)

Catatan:

Lihat penggunaan tanda titik (kaidah A butir 7)!

7. Tanda titik dua digunakan untuk menuliskan rasio dan hal lain yang menyatakan perbandingan dalam bentuk angka.

Misalnya:

  • Skala peta ini 1:10.000.
  • Jumlah peserta didik laki-laki dan perempuan di kelas itu adalah 2:3.

E.

Tanda Hubung (-)

E. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.

Misalnya:

  • Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
    ra baru ….
  • Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
    put laut.
  • Kini ada cara yang baru untuk meng-
    ukur panas.
  • Parut jenis ini memudahkan kita me-
    ngukur kelapa.

2. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur bentuk ulang.

Misalnya:

  • anai-anai
  • anak-anak
  • berulang-ulang
  • kemerah-merahan
  • mengorek-ngorek

3. Tanda hubung digunakan untuk (a) menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka, (b) menyambung huruf dalam kata yang dieja satu demi satu, dan (c) menyatakan skor pertandingan.

Misalnya:

  • 11-11-2022
  • p-a-n-i-t-i-a
  • 2-1

4. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.

Misalnya:

  • ber-evolusi
  • meng-urus (merawat; memelihara; mengatur)
  • dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
  • ²³∕₂₅ (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
  • mesin hitung-tangan (mesin untuk menghitung tangan)

Bandingkan dengan contoh di bawah ini!

  • be-revolusi
  • me-ngurus (menjadi kurus)
  • dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
  • 20 ³∕₂₅ (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
  • mesin-hitung tangan (mesin hitung manual yang dioperasikan dengan tangan)

5. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur yang berbeda, yaitu di antara huruf kapital dan nonkapital serta di antara huruf dan angka.

Misalnya:

  • se-Indonesia
  • peringkat ke-2
  • tahun 2000-an
  • hari-H
  • ber-KTP
  • di-SK-kan
  • ciptaan-Nya
  • D-3
  • S-1
  • KTP-mu

6. Tanda hubung tidak digunakan di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

Misalnya:

  • BP2MI (Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia)
  • P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
  • P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

7. Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah, bahasa asing, atau slang.

Misalnya:

  • di-slepet 'dijepret' (bahasa Betawi)
  • ber-pariban 'bersaudara sepupu' (bahasa Batak)
  • mem-back up 'menyokong; membantu' (bahasa Inggris)
  • di-tafṣīl 'dijelaskan' (bahasa Arab)
  • di-bokisin 'dibohongi' (slang)

8. Tanda hubung digunakan untuk menandai imbuhan atau bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

Misalnya:

  • Imbuhan pe- pada pekerja bermakna 'orang yang' atau 'pelaku'.
  • Bentuk terikat pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
  • Bentuk terikat -anda (-nda atau -da) terdapat pada kata seperti ayahandaibundapamanda.

9. Tanda hubung digunakan untuk menandai dua unsur yang merupakan satu kesatuan.

Misalnya:

  • suami-istri
  • Soekarno-Hatta
  • Konferensi Asia-Afrika

F.

Tanda Pisah (—)

F. Tanda Pisah (—)

1. Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

Misalnya:

  • Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
  • Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

2. Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang merupakan bagian utama kalimat dan dapat saling menggantikan dengan bagian yang dijelaskan.

Misalnya:

  • Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama jalan di beberapa kota di Indonesia.
  • Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
  • Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.

3. Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan, tanggal (hari, bulan, tahun), atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.

Misalnya:

  • Tahun 2019—2022
  • Tanggal 5—10 April 2022
  • Senin—Jumat
  • Jakarta—Bandung

G.

Tanda Tanya (?)

G. Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.

Misalnya:

  • Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
  • Siapa pencipta lagu "Indonesia Raya"?

2. Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya:

  • Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
  • Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

H.

Tanda Seru (!)

H. Tanda Seru (!)

Tanda seru digunakan untuk mengakhiri ungkapan yang menggambarkan kekaguman, kesungguhan, emosi yang kuat, seruan, atau perintah.

Misalnya:

  • Alangkah indahnya Taman Laut Bunaken!
  • Saya tidak melakukannya!
  • Merdeka!
  • Hai!
  • Bayarlah pajak tepat waktu!

I.

Tanda Elipsis (…)

I. Tanda Elipsis (…)

1. Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.

Misalnya:

  • Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
  • Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ...
  • ..., lain lubuk lain ikannya.

2. Tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Misalnya:

  • "Menurut saya, ..., seperti .... Bagaimana, Bu?"
  • "Jadi, simpulannya .... Oh, sudah saatnya kita beristirahat!"

3. Tanda elipsis digunakan untuk menandai jeda panjang dalam tuturan yang dituliskan.

Misalnya:

  • Maju ... jalan!
  • Kamera ... siap!
  • Satu, dua, ... tiga!

4. Tanda elipsis di akhir kalimat diikuti dengan tanda baca akhir kalimat berupa tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.

Misalnya:

  • Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ....
  • "Jadi, mengapa selama ini dia bekerja sebagai ...?"
  • "Pergi dari sini jika kamu ...!"

J.

Tanda Petik ("…")

J. Tanda Petik ("…")

1. Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

  • "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
  • "Kerjakan tugas ini sekarang," perintah atasannya, "karena besok akan dibahas dalam rapat!"
  • Menurut Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan."

2. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul puisi, judul lagu, judul artikel, judul naskah, judul bab buku, judul pidato/khotbah, atau tema/subtema yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

  • Puisi "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
  • Marilah, kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
  • Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
  • Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
  • Perhatikan "Hubungan Antarklausa" dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
  • Ceramah subuh minggu lalu di Masjid Istiqlal berjudul "Hikmah dan Tujuan Berpuasa Ramadan".
  • Kongres Bahasa Indonesia XI bertema "Menjayakan Bahasa dan Sastra Indonesia".

3. Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya:

  • "Peladen" komputer ini sudah tidak berfungsi.
  • Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

K.

Tanda Petik Tunggal ('…')

K. Tanda Petik Tunggal ('…')

1. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.

Misalnya:

  • Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
  • "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
  • "Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya' berkumandang di arena Asian Games," kata Ketua KONI.

2. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit makna, padanan, atau penjelasan kata atau ungkapan.

Misalnya:

tergugat

'yang digugat'

retina

'dinding mata sebelah dalam'

noken

'tas khas Papua'

tadulako

'panglima'

marsiadap ari

'saling bantu'

tuah sakato

'sepakat demi manfaat bersama'

self quarantine

'karantina mandiri'

lockdown

'karantina wilayah'

marhūn bih

'utang' atau 'pinjaman'

L.

Tanda Kurung ((…))

L. Tanda Kurung ((…))

1. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan tambahan, seperti singkatan atau padanan kata asing.

Misalnya:

  • Bahasa Indonesia mempunyai tes standar yang disebut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
  • Banyak pemengaruh (influencer) yang mendapat apresiasi karena konten yang membangun.

2. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

Misalnya:

  • Puisi Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
  • Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.

3. Tanda kurung digunakan untuk mengapit kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.

Misalnya:

  • Dia berangkat ke kantor dengan (bus) Transjakarta.
  • Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

4. Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau angka sebagai penanda perincian yang ditulis ke samping atau ke bawah di dalam kalimat.

Misalnya:

  • Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
  • Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
    (1) daftar riwayat hidup,
    (2) ijazah terakhir, dan
    (3) surat keterangan kesehatan.

M.

Tanda Kurung Siku ([…])

M. Tanda Kurung Siku ([…])

1. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Misalnya:

  • Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
  • Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
  • Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.

2. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.

Misalnya:

  • Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

N.

Tanda Garis Miring (/)

N. Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun takwim.

Misalnya:

  • Nomor: 7/PK/II/2022
  • Jalan Kramat III/10

2. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata danatau, serta setiap.

Misalnya:

Semua organisasi harus memiliki AD/ART.

'Semua organisasi harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga'

Dalam susunan kepanitiaan dia tercatat sebagai ketua/anggota.

'Dalam susunan kepanitiaan dia tercatat sebagai ketua dan anggota.'

Pilih salah satu moda transportasi darat/laut!

'Pilih salah satu moda transportasi darat atau laut!'

Yang harus mengambil rapor adalah orang tua/wali peserta didik masing-masing.

'Yang harus mengambil rapor adalah orang tua atau wali peserta didik masing-masing.'

Buku dan/atau majalah dapat dijadikan sumber rujukan.

'Buku dan majalah atau buku atau majalah dapat dijadikan sumber rujukan.'

Staf yang berhalangan hadir diwajibkan mengganti hari dan/atau bertukar jadwal dengan staf lain.

'Staf yang berhalangan hadir diwajibkan mengganti hari dan bertukar jadwal dengan staf lain atau staf yang berhalangan hadir diwajibkan mengganti hari atau bertukar jadwal dengan staf lain.'

Harga kain itu Rp75.000,00/meter.

'Harga kain itu Rp75.000,00 setiap meter.'

Kecepatan mobil ini dapat mencapai 150 km/jam.

'Kecepatan mobil ini dapat mencapai 150 km setiap jam.'

3. Tanda garis miring digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Misalnya:

  • Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
  • Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
  • Maka adalah seorang/-orang/raja di dalam Bidakara.
  • Syahdan, /maka/ beberapa dipersembahkan oleh segala wazir /perdana menteri/ yang besar-besar kepada baginda.
  • Jika demikian, /itu dan/ marilah, kita mufakat dan musyawarah.

O.

Tanda Apostrof (')

O. Tanda Apostrof (')

Tanda apostrof dapat digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.

Misalnya:

  • Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
  • Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
  • Diriku s'lalu dimanja. (s'lalu = selalu)
  • 5-2-'21 ('21 = 2021)

Catatan:

Penggunaan tanda apostrof ini lazim dalam ragam nonstandar.

  •  Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.

Kelompok pertama merupakan unsur bahasa sumber yang tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeurede factode jure, dan l’exploitation de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan pelafalannya masih mengikuti cara asing.

Kelompok kedua merupakan unsur bahasa sumber yang penulisan dan pelafalannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diupayakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Unsur bahasa sumber diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan memprioritaskan bentuk. Penyerapan bentuk tersebut meliputi huruf, gabungan huruf, dan imbuhan. Kaidah yang berkaitan dengan imbuhan dijelaskan dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI).

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan dijelaskan di bawah ini. Di dalam kaidah ini ada asal bahasa yang dicantumkan di dalam tanda kurung, misalnya (Wolio), yang berarti berasal dari bahasa Wolio.

 


 

A.

Serapan Umum

A. Penulisan Unsur Serapan Umum

1. Harakat fatah atau bunyi /a/ (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang menjadi a.

Misalnya:

'umrah

(ع ْمَرةٌ)

umrah

yatīm

(يَتِيْمٌ)

yatim

ḥalāl

(حَلاَل)

halal

riḍā'

(رِضًا)

rida

2. Huruf 'ain ( Arab) pada awal suku kata menjadi ai, atau u.

Misalnya:

'ajā'ib

(عَجَائِبُ)

ajaib

sadah

(سَعَادَةٌ)

saadah

'ilm

(عِلْمٌ)

ilmu

'idah

(قَاعِدَةٌ)

kaidah

'uzr

(عُذْرٌ)

uzur

ṭān

(طَاعُوْنٌ)

taun

3. Huruf 'ain ( Arab) pada akhir suku kata menjadi k.

Misalnya:

i'tiqād

(اِعْتِقَادٌ)

iktikad

ta'rīf

(تَعْرِيْفٌ)

takrif

rukū'

(رُكُوْعٌ)

rukuk

simā'

(سِمَاعٌ)

simak

4. Huruf hamzah (ء Arab) yang dibaca vokal menjadi ai, atau u.

Misalnya:

amr

(أَمْرٌ)

amar

mas'alah

(مَسْئَلَةٌ)

masalah

isyārah

(إِشَارَةٌ)

isyarat

'ib

(نَائِبٌ )

naib

ufuq

(أُفُقٌ)

ufuk

uṣūl

(أُصُوْلٌ)

usul

5. Gabungan huruf aa (Belanda) menjadi a.

Misalnya:

baal

bal

octaaf

oktaf

paal

pal

6. Gabungan huruf ae yang bervariasi dengan e menjadi e.

Misalnya:

aestheticsesthetic

estetika

haemoglobinhemoglobin

hemoglobin

palaeographypaleography

paleografi

7. Gabungan huruf ae yang tidak bervariasi dengan e tetap ae.

Misalnya:

aerobe

aerob

aerosol

aerosol

taekwondo (Korea)

taekwondo

8. Gabungan huruf ai tetap ai.

Misalnya:

detail

detail

retail

retail

trailer

trailer

9. Gabungan huruf au tetap au.

Misalnya:

aura

aura

caustic

kaustik

hydraulic

hidraulik

10. Gabungan huruf bl tetap bl.

Misalnya:

bleganjur (Bali)

bleganjur

bleketepe (Jawa)

bleketepe

blok (Belanda)

blok

11. Huruf c (Inggris) yang diikuti aou, atau konsonan menjadi k.

Misalnya:

calomel

kalomel

catalyst

katalis

construction

konstruksi

consul

konsul

cubic

kubik

cursor

kursor

cluster

kluster

crystal

kristal

12. Huruf c yang diikuti eioe, atau y menjadi s.

Misalnya:

cent

sen

central

sentral

circulation

sirkulasi

circus

sirkus

abiocoen

abiosen

coelom

selom

cyber

siber

cylinder

silinder

13. Gabungan huruf cc yang diikuti ou, atau konsonan menjadi k.

Misalnya:

accomodation

akomodasi

accordeon (Belanda)

akordeon

acculturation

akulturasi

accumulation

akumulasi

acclimatization

aklimatisasi

accreditation

akreditasi

14. Gabungan huruf cc yang diikuti e dan i menjadi ks.

Misalnya:

accent

aksen

accessory

aksesori

accidental

aksidental

vaccine

vaksin

15. Gabungan huruf cch menjadi k.

Misalnya:

ecchymosis

ekimosis

saccharin

sakarin

zucchini

zukini

16. Gabungan huruf ch yang diikuti ao, atau konsonan menjadi k.

Misalnya:

charisma

karisma

mechanic

mekanik

cholera

kolera

chorus

korus

chromosome

kromosom

technique

teknik

17. Gabungan huruf ch yang dilafalkan /s/ atau /sy/ menjadi s.

Misalnya:

attaché

[ətaʃeɪ]

atase

brochure

[brəʃʊə]

brosur

echelon

[ɛʃəlɒn]

eselon

18. Gabungan huruf ch yang dilafalkan /c/ menjadi c.

Misalnya:

charter

[tʃɑːtə]

carter

kimchi (Korea)

[kimtʃi]

kimci

mochi (Jepang)

[mɔtʃi]

moci

19. Gabungan huruf ck menjadi k.

Misalnya:

check

cek

racket

raket

ticket

tiket

20. Gabungan huruf cr (Belanda, Inggris, Prancis) menjadi kr.

Misalnya:

creatief (Belanda)

kreatif

crematie (Belanda)

kremasi

cresol (Inggris)

kresol

critic (Inggris)

kritik

crêpe (Prancis)

krep

croissant (Prancis)

kroisan

21. Gabungan huruf ct pada akhir kata menjadi k.

Misalnya:

abstract

abstrak

contact

kontak

contract

kontrak

22. Huruf ç (Sanskerta) menjadi s.

Misalnya:

çabda

sabda

çastra

sastra

çi

rasi

23. Huruf dal dan ḍad ( د dan ض Arab) menjadi d.

Misalnya:

da'wah

(دَعْوَةٌ)

dakwah

qā'idah

(قَاعِدَةٌ)

kaidah

a'īf

(ضَعِيْفٌ)

daif

ḥāir

(حَاضِرٌ)

hadir

24. Gabungan huruf dh menjadi d.

Misalnya:

dhandhang (Jawa)

dandang

dharma (Sanskerta)

darma

dhingklik (Jawa)

dingklik

25. Huruf e tetap e.

Misalnya:

effect

efek

regulation

regulasi

synthesis

sintesis

26. Gabungan huruf ea yang dilafalkan /i/ menjadi i.

Misalnya:

cream

[kriːm]

krim

gear

[ɡɪə]

gir

team

[tiːm]

tim

27. Gabungan huruf ea yang dilafalkan bukan /i/ tetap ea.

Misalnya:

alinea

[alɪnea]

alinea

pancreas

[pankreas]

pankreas

theater

[teatər]

teater

28. Gabungan huruf ee menjadi e.

Misalnya:

apotheek (Belanda)

apotek

idee (Belanda)

ide

nominee (Inggris)

nomine

29. Gabungan huruf ei tetap ei.

Misalnya:

eidetic

eidetik

meiosis

meiosis

protein

protein

30. Gabungan huruf eo tetap eo.

Misalnya:

geometry

geometri

stereo

stereo

zeolite

zeolit

31. Gabungan huruf eu tetap eu.

Misalnya:

neutron

neutron

eugenol

eugenol

europium

europium

32. Gabungan huruf eu (Aceh, Sunda, Rejang) yang dilafalkan /ɘ/ tetap eu.

Misalnya:

meunasah (Aceh)

meunasah

keukeuh (Sunda)

keukeuh

sadeu (Rejang)

sadeu

33. Huruf fa ( Arab) menjadi f.

Misalnya:

afḍal

(أَفْضَلُ)

afdal

ʼārif

(عَارِفٌ)

arif

faṣīḥ

(فَصِيْحٌ)

fasih

34. Huruf f tetap f.

Misalnya:

factor

faktor

fanatic

fanatik

fossil

fosil

35. Gabungan huruf gh menjadi g.

Misalnya:

laghu (Sanskerta)

lagu

sorghum

sorgum

spaghetti

spageti

36. Huruf gain (غ Arab) menjadi g.

Misalnya:

gībah

(غِيْبَةٌ)

gibah

magfirah

(مَغْفِرَةٌ)

magfirah

magrib

(مَغْرِبٌ)

magrib

37. Huruf ḥa dan ha (ح dan ه Arab) menjadi h.

Misalnya:

ākim

(حَاكِمٌ)

hakim

iṣlā

(إِصْلَاحٌ)

islah

hawā'

(هَوَاءٌ)

hawa

sahm

(سَهْمٌ)

saham

38. Huruf hamzah (ء Arab) pada tengah kata menjadi k.

Misalnya:

ma'mūm

(مَأْمُوْمٌ)

makmum

mu'mīn

(مُؤْمِنٌ)

mukmin

ta'wīl

(تَأْوِيْلٌ)

takwil

39. Huruf hamzah ( Arab) pada akhir kata dihilangkan.

Misalnya:

imlā'

(إِمْلَاءٌ)

imla

munsyi'

(مُنْشِئٌ)

munsyi

wuḍū'

(وُضُوْءٌ)

wudu

40. Harakat kasrah atau bunyi /i/ (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang menjadi i.

Misalnya:

i'tikāf

(اِعْتِكَافٌ)

iktikaf

qiyāmah

(قِيَامَةٌ)

kiamat

naṣīḥah

(نَصِيْحَةٌ)

nasihat

ṣaḥī

(صَحِيْحٌ)

sahih

41. Huruf i pada awal suku kata dan diikuti a atau o tetap i.

Misalnya:

iambus

iambus

ion

ion

iota

iota

42. Gabungan huruf ie (Belanda) yang dilafalkan /i/ menjadi i.

Misalnya:

favoriet

[favorit]

favorit

politiek

[politik]

politik

riem

[rim]

rim

43. Gabungan huruf ie (Latin) tetap ie.

Misalnya:

caries

karies

species

spesies

varietas

varietas

44. Huruf jim ( Arab) menjadi j.

Misalnya:

ḥijāb

(حِجَابٌ)

hijab

ijāzah

(إِجَازَةٌ)

ijazah

juz'

(جُزْءٌ)

juz

45. Huruf kha ( Arab) menjadi kh.

Misalnya:

khuṣūṣ

(خُصُوْصٌ)

khusus

makhlūq

(مَخْلُوْقٌ)

makhluk

tārīkh

(تَارِيْخٌ)

tarikh

46. Gabungan huruf kl tetap kl.

Misalnya:

klem (Belanda)

klem

klenik (Jawa)

klenik

kliniek (Belanda)

klinik

47. Gabungan huruf kr tetap kr.

Misalnya:

krans (Belanda)

krans

kri (Aceh)

kri

krida (Sanskerta)

krida

48. Huruf n (Jepang, Cina) di depan p menjadi m.

Misalnya:

kenpo (Jepang)

kempo

lunpia (Cina)

lumpia

tenpura (Jepang)

tempura

49. Gabungan huruf ng tetap ng.

Misalnya:

contingent

kontingen

congress

kongres

linguistiek (Belanda)

linguistik

50. Gabungan huruf oe (oi Yunani) menjadi e.

Misalnya:

amoebaamoibe

ameba

foetus

fetus

oestrogen

estrogen

51. Gabungan huruf oi (Belanda, Inggris, Prancis) tetap oi.

Misalnya:

croissant (Prancis)

kroisan

point (Inggris)

poin

reservoir (Belanda)

reservoir

52. Gabungan huruf oo (Belanda) menjadi o.

Misalnya:

astroloog

astrolog

bioscoop

bioskop

provoost

provos

53. Gabungan huruf oo yang dilafalkan /u/ menjadi u.

Misalnya:

cartoon

[kɑːtuːn]

kartun

pool

[puːl]

pul

proof

[pruːf]

pruf

54. Gabungan huruf oo (vokal ganda) tetap oo.

Misalnya:

kamomoose (Wolio)

kamomoose

noosphère

noosfer

zoology

zoologi

55. Gabungan huruf ou yang dilafalkan /u/ menjadi u.

Misalnya:

contour

[kɒntʊə]

kontur

coupon

[kuːpɒn]

kupon

souvenir

[suːvənɪə]

suvenir

56. Gabungan huruf ou yang dilafalkan bukan /u/ tetap ou.

Misalnya:

coulrophobia

[koʊlrəfoʊbiə]

koulrofobia

mondou (Fakfak)

[mɔndɔw]

mondou

voucher

[vaʊtʃə]

voucer

57. Gabungan huruf ph menjadi f.

Misalnya:

microphone

mikrofon

phase

fase

spectograph

spektograf

58. Gabungan huruf pl tetap pl.

Misalnya:

amplang

amplang

implant

implan

pleno

pleno

59. Gabungan huruf pr tetap pr.

Misalnya:

apron

apron

praja

praja

product

produk

60. Gabungan huruf ps tetap ps.

Misalnya:

pseudonym

pseudonim

psychiatry

psikiatri

psychosomatic

psikosomatik

61. Rangkaian huruf pt tetap pt.

Misalnya:

pterodactyl

pterodaktil

pteropoda

pteropoda

ptyalin

ptialin

62. Huruf q menjadi k.

Misalnya:

aquarium

akuarium

equator

ekuator

frequency

frekuensi

63. Huruf qaf ( Arab) menjadi k.

Misalnya:

maqām

(مَقَامٌ)

makam

muṭlaq

(مُطْلَقٌ)

mutlak

qurūn

(قُرُوْنٌ)

kurun

64. Gabungan huruf rh menjadi r.

Misalnya:

rhesus

resus

rhinoscope

rinoskop

rhombus

rombus

65. Huruf śasin, dan ṣad (ث ,س ,dan ص Arab) menjadi s.

Misalnya:

aśiri

(ﴽﺜﻳﺮي)

asiri

wāriś

(وَارِثٌ)

waris

asās

(أَسَاسٌ)

asas

silsilah

(سِلْسِلَةٌ)

silsilah

 

khuū

(خُصُوْصٌ)

khusus

aḥḥ

(صَحَّ)

sah

66. Huruf syin ( Arab) menjadi sy.

Misalnya:

'arsy

(عَرْشٌ)

arasy

syiq

(عَاشِقٌ)

asyik

syukr

(شُكْرٌ)

syukur

67. Gabungan huruf sc yang diikuti aou, atau konsonan menjadi sk.

Misalnya:

scallop

skalop

scandium

skandium

score

skor

scotopia

skotopia

scuba

skuba

scutella

skutela

sclerosis

sklerosis

manuscript

manuskrip

68. Gabungan huruf sc yang diikuti ei, atau y menjadi s.

Misalnya:

adolescence

adolesens

luminescence

luminesens

oscilator

osilator

scintillation

sintilasi

hyoscyamine

hiosiamina

scyphistoma

sifistoma

69. Gabungan huruf sch yang diikuti vokal menjadi sk.

Misalnya:

schema

skema

schizophrenia

skizofrenia

scholastiek

skolastik

70. Gabungan huruf sr tetap sr.

Misalnya:

asrār (Arab)

asrar

asri (Sanskerta)

asri

srisip (Jawa)

srisip

71. Huruf t yang diikuti i dan dilafalkan /s/ menjadi s.

Misalnya:

garantie

[xarɑn(t)si]

garansi

patient

[patiënt]

pasien

politie

[poli(t)si]

polisi

72. Huruf ṭa ( Arab) menjadi t.

Misalnya:

mulaq

(مُطْلَقٌ)

mutlak

syar

( شَرْطٌ )

syarat

abīb

(طَبِيْبٌ)

tabib

73. Gabungan huruf th menjadi t.

Misalnya:

bathok (Jawa)

batok

methode (Belanda)

metode

thesis

tesis

74. Gabungan huruf tr tetap tr.

Misalnya:

putren

putren

transfer

transfer

matra

matra

75. Gabungan huruf ts (Jepang) tetap ts.

Misalnya:

jujitsu

jujitsu

mochitsuki

mocitsuki

tsunami

tsunami

76. Huruf u tetap u.

Misalnya:

bus

bus

modus

modus

unit

unit

77. Harakat damah atau bunyi /u/ (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang menjadi u.

Misalnya:

mubāḥ

(مُبَاحٌ)

mubah

ufuq

(أُفُقٌ)

ufuk

mafhūm

(مَفْهُوْمٌ)

mafhum

qāmūs

(قَامُوْسٌ)

kamus

78. Gabungan huruf ua tetap ua.

Misalnya:

aquarium

akuarium

dualism

dualisme

equator

ekuator

79. Gabungan huruf ue tetap ue.

Misalnya:

consequent

konsekuen

duet

duet

frequency

frekuensi

80. Gabungan huruf ui tetap ui.

Misalnya:

conduite

konduite

equinox

ekuinoks

equivalent

ekuivalen

81. Gabungan huruf uo tetap uo.

Misalnya:

duodenum

duodenum

fluorescence

fluoresens

quota

kuota

82. Gabungan huruf uu menjadi u.

Misalnya:

lectuur

lektur

prematuur

prematur

vacuum

vakum

83. Huruf v tetap v.

Misalnya:

evacuation

evakuasi

vision

visi

vitamin

vitamin

84. Huruf wau (و Arab) yang tidak terletak pada akhir kata tetap w.

Misalnya:

jadwal

(جَدْوَلٌ)

jadwal

taqwā

(تَقْوًى)

takwa

wujūd

(وُجُوْدٌ)

wujud

85. Huruf wau ( Arab) yang terdiri atas dua konsonan dan didahului u dihilangkan.

Misalnya:

nubuwwah

(نُبُوَّةٌ)

nubuat

quwwah

(قُوَّةٌ)

kuat

ukhuwwah

(أُخُوَّةٌ)

ukhuah

86. Huruf x pada awal suku kata tetap x.

Misalnya:

macroxenoglossophobia

makroxenoglosofobia

xenon

xenon

xylophone

xilofon

87. Huruf x pada tengah kata atau akhir suku kata menjadi ks.

Misalnya:

executive

eksekutif

taxi

taksi

complex

kompleks

latex

lateks

88. Gabungan huruf xc yang diikuti e atau i menjadi ks.

Misalnya:

exception

eksepsi

excess

ekses

excision

eksisi

excitation

eksitasi

89. Gabungan huruf xc yang diikuti aou, atau konsonan menjadi ksk.

Misalnya:

excalatie

ekskalasi

excavatie

ekskavasi

excomunnicatie

ekskomunikasi

excoriation

ekskoriasi

excubation

ekskubasi

excursie

ekskursi

exclusief

eksklusif

excretie

ekskresi

90. Huruf y yang dilafalkan /y/ tetap y.

Misalnya:

yakitori (Jepang)

[yakitɔri]

yakitori

yoga (Sanskerta)

[yoga]

yoga

yuan (Cina)

[yuán]

yuan

91. Huruf y yang dilafalkan /ai/ atau /i/ menjadi i.

Misalnya:

cyber

[sʌɪbə]

siber

psychodrama

[sʌɪkə(ʊ)drɑːmə]

psikodrama

dynamo (Belanda)

[dinamo]

dinamo

yttrium

[ɪtrɪəm]

itrium

92. Huruf ya ( Arab) pada awal suku kata menjadi y.

Misalnya:

hidāyah

(هِدَايَةٌ)

hidayah

ya'nī

(يَعْنِي)

yakni

yaqīn

(يَقِيْنٌ)

yakin

93. Huruf ya ( Arab) yang didahului i dihilangkan.

Misalnya:

khiyānah

(خِيَانَةٌ)

khianat

qiyās

(قِيَاسٌ)

kias

ziyārah

(زِيَارَةٌ)

ziarah

94. Huruf z tetap z.

Misalnya:

zenith

zenit

zodiac

zodiak

zygote

zigot

95. Huruf zaiżal, dan ẓa (ز ,ذ ,dan ظ Arab) menjadi z.

Misalnya:

zamān

(زَمَانٌ)

zaman

zuhd

(زُهْدٌ)

zuhud

ustāż

(أُسْتَاذُ)

ustaz

żāt

(ذَاتٌ)

zat

 

ḥāfi

(حَافِظٌ)

hafiz

ālim

(ظَالِمٌ)

zalim

 

B.

Serapan Khusus

B. Penulisan Unsur Serapan Khusus

1. Deret konsonan pada akhir kata bahasa Arab disisipi vokal yang sama dengan vokal sebelumnya (/a/, /i/, atau /u/) di antara deret konsonan tersebut.

Misalnya:

'aqd

(عَقْدٌ)

akad

fajr

(فَجْرٌ)

fajar

jild

(جِلْدٌ)

jilid

milk

(مِلْكٌ)

milik

syukr

(شُكْرٌ)

syukur

'umr

(عُمْرٌ)

umur

2. Deret konsonan pada akhir kata bahasa Arab dapat ditambah vokal /u/.

Misalnya:

farḍ

(فَرْضٌ)

fardu

ṡalj

(ثَلْجٌ)

salju

waqt

(وَقْتٌ)

waktu

3. Konsonan ganda diserap menjadi konsonan tunggal.

Misalnya:

accu

aki

'allāmah

alamah

ballet

balet

commission

komisi

effect

efek

espresso

espreso

ferrum

ferum

gabbro

gabro

kaffah

kafah

onnagata

onagata

pizza

piza

salfeggio

salfegio

tafakkur

tafakur

tammat

tamat

terracotta

terakota

ummat

umat

Konsonan rangkap dipertahankan jika menimbulkan ketaksaan atau konotasi negatif.

Misalnya:

mann

manna

(bandingkan dengan mana)

mass

massa

(bandingkan dengan masa)

teller

teller

(bandingkan dengan teler)

4. Unsur serapan yang sudah lazim digunakan dan tidak sesuai dengan kaidah umum penulisan unsur serapan tidak diubah.

Misalnya:

  • alamat
  • bengkel
  • dongkrak
  • faedah
  • heran
  • kabar
  • Kamis
  • khotbah
  • koperasi
  • lafal
  • lahir
  • majedub
  • majelis
  • majemuk
  • majenun
  • makalah
  • medan
  • nalar
  • napas
  • paham
  • perlu
  • pikir
  • populer
  • proyek
  • Rabu
  • sahabat
  • sehat
  • Selasa
  • Senin
  • setan
  • sirsak
  • soal
  • syahadat
  • telefon
  • terjemah
  • trayek

 

Postingan populer dari blog ini

Teks Ceramah

 A. Definisi dan Ciri-Ciri Ceramah     1. Definisi Ceramah          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal atau pengetahuan. Ceramah juga berarti penuturan bahan pembelajaran secara lisan. Ceramah merupakan pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk mengenai suatu permasalahan kepada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Secara umum, ceramah mempunyai pengertian tentang suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu.         Pada dasarnya, pidato, ceramah, dan khotbah memiliki persamaan, yakni pengungkapan pikiran di hadapan banyak orang. Namun, dalam pelaksanaannya, antara pidato, ceramah, dan khotbah memiliki perbedaan. Pidato sering kita ikuti dalam acara-acara resmi, misalnya seminar, rafat pleno,. Ceramah diadakan untuk acara-acara tert...

Teks Laporah Hasil Observasi

            Sebuah laporan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan. Kamu sering melakukan observasi atau pengamatan, tetapi belum memahami cara menyusun teks laporannya dengan baik. Untuk itu, kamu perlu memerhatikan penyusunan laporan hasil observasi yang kamu dengar atau kamu baca dari media televisi, koran, majalah, atau internet. A. Pengertian, Ciri-Ciri, Sifat, dan Contoh Teks Laporan Hasil Observasi 1. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi          Teks laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi/pengamatan. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi. 2. Ciri-Ciri Teks Laporan Hasil Observasi     Teks laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri yang membedakann...

ANEKDOT

A. Definisi. Ciri, dan Jenis Anekdot   1. Definisi Teks Anekdot     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau orang terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Orang-orang penting yang diceritakan dalam anekdot bermacam-macam, seperti tokoh politik, sosial, dan agama.  Sementara itu, peristiwa yang diceritakan dalam anekdot merupakan peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring perkembangan zaman anekdot juga digunakan untuk menceritakan tokoh dan peristiwa fiktif.     Anekdot mengandung humor. Humor dalam anekdot dibentuk dengan kelucuan atau kekonyolan tokoh. Tindakan ataupun ucapan tokoh menimbulkan humor karena adanya peristiwa ganjil yang mendasarinya. Humor juga dapat diciptakan melalui permainan kata, makna, ataupun pelesetan terhadap suatu kata ataupun frasa.     Humor dalam anekdot bukan hanya bersifat menghibur. Bia...