Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD) adalah pedoman resmi yang
dapat dipergunakan oleh instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
- Penggunaan
Huruf
A. |
A. Huruf Abjad Huruf dalam
abjad bahasa Indonesia ada 26 seperti dalam tabel berikut.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
B. |
B. Huruf Vokal Vokal dalam
bahasa Indonesia dilambangkan menjadi lima huruf, yaitu a, e, i, o,
dan u.
*) Untuk
membedakan pengucapan, pada huruf e pepet dapat diberikan
tanda diakritik (ê) yang dilafalkan [ə]. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
C. |
C. Huruf
Konsonan Konsonan dalam
bahasa Indonesia dilambangkan menjadi 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y,
dan z.
*) Huruf q dan x khusus
digunakan untuk nama diri dan keperluan bidang tertentu. Huruf x pada
posisi awal kata diucapkan [s] dan pada posisi tengah atau akhir diucapkan
[ks]. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
D. |
D. Gabungan
Huruf Vokal 1. Monoftong Monoftong dalam
bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vokal eu yang
dilafalkan [ɘ].
2. Diftong Diftong dalam
bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei,
dan oi.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
E. |
E. Gabungan
Huruf Konsonan Gabungan huruf
konsonan kh, ng, ny, dan sy melambangkan
satu bunyi konsonan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
F. |
F. Huruf Kapital 1. Huruf kapital
digunakan sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
2. Huruf kapital
digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Misalnya:
3. Huruf
kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
4. Huruf kapital
digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum, dan rumus. Misalnya:
5. Huruf
kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru,
dan van, kecuali dituliskan sebagai awal nama atau huruf pertama
kata tugas dari. Misalnya:
6. Huruf kapital
digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya:
7. Huruf kapital
digunakan sebagai huruf pertama dalam hal tertentu yang berkaitan dengan nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti Tuhan serta
singkatan nama Tuhan. Misalnya:
8. Huruf kapital
digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, kebangsawanan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang dan gelar
akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
9. Huruf kapital
digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang digunakan sebagai
sapaan. Misalnya:
10. Huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat. Misalnya:
11. Huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama seperti pada nama bangsa, suku,
bahasa, dan aksara. Misalnya:
12. Huruf
kapital tidak digunakan pada nama bangsa, suku, bahasa, dan
aksara yang berupa bentuk dasar kata turunan. Misalnya:
13. Huruf
kapital digunakan pada huruf pertama, seperti pada nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
14. Huruf
kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya:
15. Huruf
pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama ditulis dengan
huruf nonkapital. Misalnya:
16. Huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
17. Huruf
pertama unsur geografi yang tidak diikuti nama diri ditulis dengan huruf
nonkapital. Misalnya:
18. Huruf
pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan
huruf nonkapital. Misalnya:
Nama yang
disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau
disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya. Misalnya:
19. Huruf
kapital digunakan untuk nama geografi yang menyatakan asal daerah. Misalnya:
20. Huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk unsur bentuk
ulang utuh) seperti pada nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata tugas. Misalnya:
21. Huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur bentuk
ulang utuh) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah, serta nama
media massa, kecuali kata tugas yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
22. Huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan nama
pangkat. Misalnya:
23. Huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, kakak, dan adik serta
kata atau ungkapan lain (termasuk unsur bentuk ulang utuh) yang digunakan
sebagai sapaan. Misalnya:
a. Kata Anda ditulis
dengan huruf awal kapital. Misalnya:
b. Kata atau
ungkapan yang digunakan dalam pengacuan ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
c. Istilah
kekerabatan yang diikuti oleh kata yang menunjukkan kepemilikan ditulis
dengan huruf nonkapital. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
G. |
G. Huruf Miring 1. Huruf miring
digunakan untuk menuliskan judul buku, judul film, judul album lagu, judul
acara televisi, judul siniar, judul lakon, dan nama media massa yang dikutip
dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya:
2. Huruf miring
digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat. Misalnya:
3. Huruf miring
digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa
asing. Misalnya:
a. Nama diri,
seperti nama orang, lembaga, organisasi, atau merek dagang dalam bahasa asing
atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
H. |
H. Huruf Tebal 1. Huruf tebal
digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Misalnya:
Dalam naskah
tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak
tebal ditandai dengan garis bawah dua. 2. Huruf tebal
digunakan untuk menegaskan bagian karangan, seperti bab atau subbab. Misalnya: BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang dan Masalah |
- Penulisan
Kata
A. |
A. Kata Dasar Kata dasar
ditulis secara mandiri. Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
B. |
B. Kata Turunan 1. Kata
Berimbuhan a. Kata yang
mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan imbuhannya. Misalnya:
b. Kata yang
mendapat bentuk terikat ditulis serangkai jika mengacu pada konsep keilmuan
tertentu. Misalnya:
c. Kata yang
diawali huruf kapital dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan dengan tanda
hubung (-). Misalnya:
d. Kata yang
ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat dirangkaikan dengan
tanda hubung (-). Misalnya:
e. Bentuk
terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang
mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital
sebagai pengkhususan. Misalnya:
2. Bentuk Ulang a. Bentuk ulang
ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
b. Bentuk ulang
gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama. Misalnya:
3. Gabungan Kata a. Unsur
gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya:
b. Gabungan kata
yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda
hubung (-) di antara unsur unsurnya. Misalnya:
c. Gabungan kata
yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya:
d. Gabungan kata
yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis terpisah. Misalnya:
e. Gabungan kata
berikut ditulis serangkai. Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
C. |
C. Pemenggalan
Kata 1. Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika di
tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
b.
Monoftong eu tidak dipenggal. Misalnya:
c. Diftong ai, au, ei,
dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
d. Jika di
tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan
itu. Misalnya:
e. Jika di
tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:
f. Jika di
tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan
yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
g. Gabungan
huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Misalnya:
2. Pemenggalan
kata pada kata berimbuhan dilakukan sebagai berikut. a. Pemenggalan
kata berimbuhan dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Misalnya:
b. Pemenggalan
kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti
pemenggalan pada kata dasar. Misalnya:
c. Pemenggalan
kata yang mendapat sisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
d. Pemenggalan
kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak
dilakukan. Misalnya:
Penulisan yang
seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut.
3. Jika kata
terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung
dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Misalnya:
4. Nama orang
yang terdiri atas dua kata atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
kata tersebut. Misalnya:
5. Singkatan
tidak dipenggal. Misalnya:
Penulisan yang
seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
D. |
D. Kata Depan Kata depan,
seperti di, ke, dan dari, ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
E. |
E. Partikel 1.
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
2.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
3. Bentuk pun yang
merupakan bagian kata penghubung seperti berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
4.
Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', 'mulai', atau
'melalui' ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
F. |
F. Singkatan 1. Singkatan
nama orang, gelar, sapaan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di setiap
unsur singkatan itu. Misalnya:
2. Singkatan
nama orang dalam bentuk inisial ditulis tanpa tanda titik. Misalnya:
3. Singkatan,
termasuk akronim, yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
4.a Singkatan
yang terdiri atas lebih dari dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen
atau surat-menyurat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
4.b Singkatan
yang terdiri atas dua huruf yang lazim digunakan dalam dokumen atau
surat-menyurat diikuti tanda titik pada setiap huruf. Misalnya:
4.c Singkatan
yang lazim digunakan dalam penulisan alamat dapat ditulis dengan dua huruf
atau lebih dan diakhiri tanda titik. Misalnya:
5. Singkatan
satuan ukuran, takaran, dan timbangan; lambang kimia; dan mata uang tidak
diikuti tanda titik. Misalnya:
6. Akronim nama
diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
7. Akronim bukan
nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata atau gabungan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf nonkapital. Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
G. |
G. Angka dan
Bilangan 1. Angka Arab
atau angka Romawi lazim digunakan sebagai lambang bilangan atau nomor.
2. Bilangan
dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika digunakan secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
3. Angka
digunakan untuk menyatakan (a) ukuran, seperti ukuran panjang, berat, luas,
isi, dan waktu, serta (b) nilai, seperti nilai uang dan persentase. Misalnya:
4. Bilangan
berupa angka pada awal kalimat yang terdiri atas lebih dari satu kata
didahului kata seperti sebanyak, sejumlah, dan sebesar atau
diubah susunan kalimatnya. Misalnya:
5. Angka yang
menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih
mudah dibaca. Misalnya:
6. Angka
digunakan sebagai bagian dari alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau
kamar. Misalnya:
7. Angka
digunakan untuk menomori bagian karangan atau bagian kitab suci. Misalnya:
8. Penulisan
bilangan dengan huruf seperti dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan
kuitansi dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh
ditulis secara mandiri. Misalnya:
b. Bilangan
pecahan ditulis dengan per- yang dilekatkan pada bilangan
penyebut yang mengikutinya. Misalnya:
9. Penulisan
bilangan tingkat dapat menggunakan angka Romawi, gabungan awalan ke- dan
angka Arab, atau huruf. Misalnya:
10. Penulisan
angka dan akhiran -an dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Misalnya:
11. Bilangan
seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, akta, atau kuitansi
dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf. Misalnya:
12. Bilangan
yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf secara
serangkai. Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
H. |
Kata
Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya H. Kata
Ganti ku-, kau-, -ku, -mu,
dan -nya 1. Kata
ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
2. Kata
ganti kau yang bukan bentuk terikat ditulis terpisah dengan
kata yang lain. Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
I. |
I. Kata
Sandang si dan sang 1. Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
2. Kata sang ditulis
dengan huruf awal kapital jika merupakan unsur nama Tuhan. Misalnya:
|
- Penggunaan
Tanda Baca
A. |
A. Tanda Titik
(.) 1. Tanda titik
digunakan pada akhir kalimat pernyataan. Misalnya:
2. Tanda titik
digunakan untuk mengakhiri pernyataan lengkap yang diikuti perincian berupa
kalimat baru, paragraf baru, atau subjudul baru. Misalnya: Kondisi
kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standar dan nonstandar,
ratusan bahasa daerah, dan ditambah beberapa bahasa asing membutuhkan
penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar
belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada
paparan berikut. 1. Latar
Belakang Masyarakat
Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam terhadap
penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap
bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga
terhadap bahasa Indonesia. 2. Masalah Penelitian ini
hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan terhadap
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan
sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil. 3. Tujuan Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan,
khususnya yang tinggal di kota besar, terhadap bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia. 3. Tanda titik
digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu daftar, perincian, tabel,
atau bagan. a. Contoh
Penggunaan Tanda Titik dalam Daftar I. Kondisi
Kebahasaan di Indonesia b. Contoh
Penggunaan Tanda Titik dalam Perincian I. Patokan Umum c. Contoh
Penggunaan Tanda Titik dalam Tabel d. Contoh
Penggunaan Tanda Titik dalam Bagan 4. Tanda
titik tidak digunakan di belakang angka terakhir pada deret
nomor dalam perincian. Misalnya: 5. Tanda
titik tidak digunakan pada angka atau huruf yang sudah
bertanda kurung dalam perincian. Misalnya: Bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai 6. Tanda
titik tidak digunakan di belakang angka terakhir, baik satu
digit maupun lebih, dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar. Misalnya:
7. Tanda titik
digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
atau jangka waktu. Misalnya:
8. Tanda titik
digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah. Misalnya:
9. Tanda
titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
10. Tanda
titik tidak digunakan pada akhir judul dan subjudul. Misalnya:
11. Tanda
titik tidak digunakan di belakang alamat penerima surat
serta tanggal surat. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
B. |
B. Tanda Koma
(,) 1. Tanda koma
digunakan di antara unsur-unsur dalam perincian berupa kata, frasa, atau
bilangan. Misalnya:
2. Tanda koma
digunakan sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan,
dan sedangkan, dalam kalimat majemuk pertentangan. Misalnya:
3. Tanda koma
digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. Misalnya:
4. Tanda
koma tidak digunakan jika induk kalimat mendahului anak
kalimat. Misalnya:
5. Tanda koma
digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian. Misalnya:
6. Tanda koma
digunakan sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
atau hai, dan kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Nak. Misalnya:
7. Tanda koma
digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
8. Tanda
koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung yang
diakhiri tanda tanya atau tanda seru dari bagian kalimat yang mengikutinya. Misalnya:
9. Tanda koma
digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan. Misalnya:
10. Tanda koma
digunakan sesudah salam pembuka (seperti dengan hormat atau salam
sejahtera), salam penutup (seperti salam takzim atau hormat
kami), dan nama jabatan penanda tangan surat. Misalnya:
11. Tanda koma
digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, nama keluarga, atau nama marga. Misalnya:
a.
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. (Siti Khadijah, Master of Arts) dengan Siti
Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung). 12. Tanda koma
digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka. Misalnya:
13. Tanda koma
digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya:
Bandingkan
dengan keterangan pewatas yang penggunaannya tidak diapit tanda koma!
14. Tanda koma
dapat digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk
menghindari salah pengertian. Misalnya:
Bandingkan
dengan kalimat berikut.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
C. |
C. Tanda Titik
Koma (;) 1. Tanda titik
koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya:
2. Tanda titik
koma digunakan pada bagian perincian yang berupa frasa verbal. Misalnya: Syarat mengikuti
ujian penerimaan pegawai di lembaga ini adalah 3. Tanda titik
koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian perincian dalam kalimat yang
sudah menggunakan tanda koma. Misalnya:
4. Tanda titik
koma digunakan untuk memisahkan sumber-sumber kutipan. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
D. |
D. Tanda Titik
Dua (:) 1. Tanda titik
dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang langsung diikuti
perincian atau penjelasan. Misalnya:
2. Tanda titik
dua tidak digunakan jika perincian atau penjelasan itu
merupakan bagian dari kalimat lengkap. Misalnya:
3. Tanda titik
dua digunakan sesudah kata atau frasa yang memerlukan pemerian. Misalnya:
4. Tanda titik
dua digunakan dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan. Misalnya:
5. Tanda titik
dua digunakan di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, serta (c) judul dan anak judul suatu karangan. Misalnya:
6. Tanda titik
dua dapat digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya:
Lihat penggunaan
tanda titik (kaidah A butir 7)! 7. Tanda titik
dua digunakan untuk menuliskan rasio dan hal lain yang menyatakan
perbandingan dalam bentuk angka. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
E. |
E. Tanda Hubung
(-) 1. Tanda hubung
digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris. Misalnya:
2. Tanda hubung
digunakan untuk menyambung unsur bentuk ulang. Misalnya:
3. Tanda hubung
digunakan untuk (a) menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan
dengan angka, (b) menyambung huruf dalam kata yang dieja satu demi satu, dan
(c) menyatakan skor pertandingan. Misalnya:
4. Tanda hubung
digunakan untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan. Misalnya:
Bandingkan
dengan contoh di bawah ini!
5. Tanda hubung
digunakan untuk merangkaikan unsur yang berbeda, yaitu di antara huruf
kapital dan nonkapital serta di antara huruf dan angka. Misalnya:
6. Tanda
hubung tidak digunakan di antara huruf dan angka jika angka
tersebut melambangkan jumlah huruf. Misalnya:
7. Tanda hubung
digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah,
bahasa asing, atau slang. Misalnya:
8. Tanda hubung
digunakan untuk menandai imbuhan atau bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan. Misalnya:
9. Tanda hubung
digunakan untuk menandai dua unsur yang merupakan satu kesatuan. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
F. |
F. Tanda Pisah
(—) 1. Tanda pisah
dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat. Misalnya:
2. Tanda pisah
dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang merupakan
bagian utama kalimat dan dapat saling menggantikan dengan bagian yang
dijelaskan. Misalnya:
3. Tanda pisah
digunakan di antara dua bilangan, tanggal (hari, bulan, tahun), atau tempat
yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
G. |
G. Tanda Tanya
(?) 1. Tanda tanya
digunakan pada akhir kalimat tanya. Misalnya:
2. Tanda tanya
digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
diragukan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
H. |
H. Tanda Seru
(!) Tanda seru
digunakan untuk mengakhiri ungkapan yang menggambarkan kekaguman,
kesungguhan, emosi yang kuat, seruan, atau perintah. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
I. |
I. Tanda Elipsis
(…) 1. Tanda elipsis
digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian
yang dihilangkan atau tidak disebutkan. Misalnya:
2. Tanda elipsis
digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Misalnya:
3. Tanda elipsis
digunakan untuk menandai jeda panjang dalam tuturan yang dituliskan. Misalnya:
4. Tanda elipsis
di akhir kalimat diikuti dengan tanda baca akhir kalimat berupa tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
J. |
J. Tanda Petik
("…") 1. Tanda petik
digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:
2. Tanda petik
digunakan untuk mengapit judul puisi, judul lagu, judul artikel, judul
naskah, judul bab buku, judul pidato/khotbah, atau tema/subtema yang terdapat
di dalam kalimat. Misalnya:
3. Tanda petik
digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
K. |
K. Tanda Petik
Tunggal ('…') 1. Tanda petik
tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. Misalnya:
2. Tanda petik
tunggal digunakan untuk mengapit makna, padanan, atau penjelasan kata atau
ungkapan. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
L. |
L. Tanda Kurung
((…)) 1. Tanda kurung
digunakan untuk mengapit keterangan tambahan, seperti singkatan atau padanan
kata asing. Misalnya:
2. Tanda kurung
digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
kalimat. Misalnya:
3. Tanda kurung
digunakan untuk mengapit kata yang keberadaannya di dalam teks dapat
dimunculkan atau dihilangkan. Misalnya:
4. Tanda kurung
digunakan untuk mengapit huruf atau angka sebagai penanda perincian yang
ditulis ke samping atau ke bawah di dalam kalimat. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
M. |
M. Tanda Kurung
Siku ([…]) 1. Tanda kurung
siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain. Misalnya:
2. Tanda kurung
siku digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat
dalam tanda kurung. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
N. |
N. Tanda Garis
Miring (/) 1. Tanda garis
miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa 1
tahun yang terbagi dalam 2 tahun takwim. Misalnya:
2. Tanda garis
miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau,
serta setiap. Misalnya:
3. Tanda garis
miring digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli
yang ditulis orang lain. Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
O. |
O. Tanda
Apostrof (') Tanda apostrof
dapat digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun dalam konteks tertentu. Misalnya:
Penggunaan tanda
apostrof ini lazim dalam ragam nonstandar. |
- Penulisan
Unsur Serapan
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap
unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa,
Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
Kelompok pertama merupakan unsur
bahasa sumber yang tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force
majeure, de facto, de jure, dan l’exploitation
de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu digunakan dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi penulisan dan pelafalannya masih mengikuti cara asing.
Kelompok kedua merupakan unsur
bahasa sumber yang penulisan dan pelafalannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diupayakan agar ejaannya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Unsur bahasa sumber diserap ke
dalam bahasa Indonesia dengan memprioritaskan bentuk. Penyerapan bentuk
tersebut meliputi huruf, gabungan huruf, dan imbuhan. Kaidah yang berkaitan
dengan imbuhan dijelaskan dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI).
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan
dijelaskan di bawah ini. Di dalam kaidah ini ada asal bahasa yang dicantumkan
di dalam tanda kurung, misalnya (Wolio), yang berarti berasal dari bahasa
Wolio.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
A. |
A. Penulisan
Unsur Serapan Umum 1. Harakat fatah
atau bunyi /a/ (Arab) yang dilafalkan pendek atau panjang
menjadi a. Misalnya:
2. Huruf 'ain (ﻉ Arab) pada awal suku kata menjadi a, i,
atau u. Misalnya:
3. Huruf 'ain (ﻉ Arab) pada akhir suku kata menjadi k. Misalnya:
4. Huruf hamzah (ء Arab) yang dibaca vokal menjadi a, i,
atau u. Misalnya:
5. Gabungan
huruf aa (Belanda) menjadi a. Misalnya:
6. Gabungan
huruf ae yang bervariasi dengan e menjadi e. Misalnya:
7. Gabungan
huruf ae yang tidak bervariasi dengan e tetap ae. Misalnya:
8. Gabungan
huruf ai tetap ai. Misalnya:
9. Gabungan
huruf au tetap au. Misalnya:
10. Gabungan
huruf bl tetap bl. Misalnya:
11. Huruf c (Inggris)
yang diikuti a, o, u, atau konsonan
menjadi k. Misalnya:
12. Huruf c yang
diikuti e, i, oe, atau y menjadi s. Misalnya:
13. Gabungan
huruf cc yang diikuti o, u, atau
konsonan menjadi k. Misalnya:
14. Gabungan
huruf cc yang diikuti e dan i menjadi ks. Misalnya:
15. Gabungan
huruf cch menjadi k. Misalnya:
16. Gabungan
huruf ch yang diikuti a, o, atau konsonan
menjadi k. Misalnya:
17. Gabungan
huruf ch yang dilafalkan /s/ atau /sy/ menjadi s. Misalnya:
18. Gabungan
huruf ch yang dilafalkan /c/ menjadi c. Misalnya:
19. Gabungan
huruf ck menjadi k. Misalnya:
20. Gabungan
huruf cr (Belanda, Inggris, Prancis) menjadi kr. Misalnya:
21. Gabungan
huruf ct pada akhir kata menjadi k. Misalnya:
22. Huruf ç (Sanskerta)
menjadi s. Misalnya:
23. Huruf dal dan ḍad (
د dan ض
Arab) menjadi d. Misalnya:
24. Gabungan
huruf dh menjadi d. Misalnya:
25. Huruf e tetap e. Misalnya:
26. Gabungan
huruf ea yang dilafalkan /i/ menjadi i. Misalnya:
27. Gabungan
huruf ea yang dilafalkan bukan /i/ tetap ea. Misalnya:
28. Gabungan
huruf ee menjadi e. Misalnya:
29. Gabungan
huruf ei tetap ei. Misalnya:
30. Gabungan
huruf eo tetap eo. Misalnya:
31. Gabungan
huruf eu tetap eu. Misalnya:
32. Gabungan
huruf eu (Aceh, Sunda, Rejang) yang dilafalkan /ɘ/ tetap eu. Misalnya:
33. Huruf fa (ﻑ Arab) menjadi f. Misalnya:
34. Huruf f tetap f. Misalnya:
35. Gabungan
huruf gh menjadi g. Misalnya:
36. Huruf gain (غ Arab) menjadi g. Misalnya:
37. Huruf ḥa dan ha (ح dan ه
Arab) menjadi h. Misalnya:
38. Huruf hamzah (ء Arab) pada tengah kata menjadi k. Misalnya:
39. Huruf hamzah (ﺀ Arab) pada akhir kata dihilangkan. Misalnya:
40. Harakat kasrah atau bunyi /i/ (Arab)
yang dilafalkan pendek atau panjang menjadi i. Misalnya:
41. Huruf i pada
awal suku kata dan diikuti a atau o tetap i. Misalnya:
42. Gabungan
huruf ie (Belanda) yang dilafalkan /i/ menjadi i. Misalnya:
43. Gabungan
huruf ie (Latin) tetap ie. Misalnya:
44. Huruf jim (ﺝ Arab) menjadi j. Misalnya:
45. Huruf kha (ﺥ Arab) menjadi kh. Misalnya:
46. Gabungan
huruf kl tetap kl. Misalnya:
47. Gabungan
huruf kr tetap kr. Misalnya:
48. Huruf n (Jepang,
Cina) di depan p menjadi m. Misalnya:
49. Gabungan
huruf ng tetap ng. Misalnya:
50. Gabungan
huruf oe (oi Yunani) menjadi e. Misalnya:
51. Gabungan
huruf oi (Belanda, Inggris, Prancis) tetap oi. Misalnya:
52. Gabungan
huruf oo (Belanda) menjadi o. Misalnya:
53. Gabungan
huruf oo yang dilafalkan /u/ menjadi u. Misalnya:
54. Gabungan
huruf oo (vokal ganda) tetap oo. Misalnya:
55. Gabungan
huruf ou yang dilafalkan /u/ menjadi u. Misalnya:
56. Gabungan
huruf ou yang dilafalkan bukan /u/ tetap ou. Misalnya:
57. Gabungan
huruf ph menjadi f. Misalnya:
58. Gabungan
huruf pl tetap pl. Misalnya:
59. Gabungan
huruf pr tetap pr. Misalnya:
60. Gabungan
huruf ps tetap ps. Misalnya:
61. Rangkaian
huruf pt tetap pt. Misalnya:
62. Huruf q menjadi k. Misalnya:
63. Huruf qaf (ﻕ Arab) menjadi k. Misalnya:
64. Gabungan
huruf rh menjadi r. Misalnya:
65. Huruf śa, sin,
dan ṣad (ث ,س ,dan ص Arab) menjadi s. Misalnya:
66. Huruf syin (ﺵ Arab) menjadi sy. Misalnya:
67. Gabungan
huruf sc yang diikuti a, o, u,
atau konsonan menjadi sk. Misalnya:
68. Gabungan
huruf sc yang diikuti e, i,
atau y menjadi s. Misalnya:
69. Gabungan
huruf sch yang diikuti vokal menjadi sk. Misalnya:
70. Gabungan
huruf sr tetap sr. Misalnya:
71. Huruf t yang
diikuti i dan dilafalkan /s/ menjadi s. Misalnya:
72. Huruf ṭa (ﻁ Arab) menjadi t. Misalnya:
73. Gabungan
huruf th menjadi t. Misalnya:
74. Gabungan
huruf tr tetap tr. Misalnya:
75. Gabungan
huruf ts (Jepang) tetap ts. Misalnya:
76. Huruf u
tetap u. Misalnya:
77. Harakat
damah atau bunyi /u/ (Arab) yang dilafalkan pendek atau
panjang menjadi u. Misalnya:
78. Gabungan
huruf ua tetap ua. Misalnya:
79. Gabungan
huruf ue tetap ue. Misalnya:
80. Gabungan
huruf ui tetap ui. Misalnya:
81. Gabungan
huruf uo tetap uo. Misalnya:
82. Gabungan
huruf uu menjadi u. Misalnya:
83. Huruf v tetap v. Misalnya:
84. Huruf wau (و Arab) yang tidak terletak pada akhir
kata tetap w. Misalnya:
85. Huruf wau (ﻭ Arab) yang terdiri atas dua konsonan dan
didahului u dihilangkan. Misalnya:
86. Huruf x pada
awal suku kata tetap x. Misalnya:
87. Huruf x pada
tengah kata atau akhir suku kata menjadi ks. Misalnya:
88. Gabungan
huruf xc yang diikuti e atau i menjadi ks. Misalnya:
89. Gabungan
huruf xc yang diikuti a, o, u,
atau konsonan menjadi ksk. Misalnya:
90. Huruf y yang
dilafalkan /y/ tetap y. Misalnya:
91. Huruf y yang
dilafalkan /ai/ atau /i/ menjadi i. Misalnya:
92. Huruf ya (ﻱ Arab) pada awal suku kata menjadi y. Misalnya:
93. Huruf ya (ﻱ Arab) yang didahului i dihilangkan. Misalnya:
94. Huruf z tetap z. Misalnya:
95. Huruf zai, żal,
dan ẓa (ز ,ذ ,dan ظ Arab) menjadi z. Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
B. |
B. Penulisan
Unsur Serapan Khusus 1. Deret
konsonan pada akhir kata bahasa Arab disisipi vokal yang sama dengan vokal
sebelumnya (/a/, /i/, atau /u/) di antara deret konsonan
tersebut. Misalnya:
2. Deret
konsonan pada akhir kata bahasa Arab dapat ditambah vokal /u/. Misalnya:
3. Konsonan
ganda diserap menjadi konsonan tunggal. Misalnya:
Konsonan rangkap
dipertahankan jika menimbulkan ketaksaan atau konotasi negatif. Misalnya:
4. Unsur serapan
yang sudah lazim digunakan dan tidak sesuai dengan kaidah umum penulisan
unsur serapan tidak diubah. Misalnya:
|