Langsung ke konten utama

Postingan

SURAT UNTUK EMI

Sina Asalica atau yang biasa dipanggil Aca adalah remaja 17 tahun yang lahir di lingkungan keluarga yang berkecukupan. Ia merupakan anak sulung dan perempuan satu-satunya dari 3 bersaudara. Meskipun lahir dari keluarga berkecukupan, orang tuanya tidak selalu mengikuti apa yang ia inginkan. Orang tua Aca juga tidak terlalu membebaskan dia untuk keluar rumah, kecuali untuk hal-hal yang sangat penting. Aca bersekolah di Cendana Islamic Boarding School (CIBS), yang mengharuskan siswanya untuk tinggal di asrama. Salah satu alasan Aca bersekolah di CIBS karena ia ingin merasakan kebebasan tanpa kekangan dari orang tuanya. Di CIBS Aca memiliki sahabat yang bernama Emi Salsa Annisa. Emi merupakan anak pengusaha rumput laut yang terkenal di Lombok. Ayah Emi memiliki toko yang menjual dodol rumput laut. Tokonya berpusat di Lombok Tengah. Emi adalah sahabat Aca sejak awal Matsama. Emi berada di kelas IPS 1, sedangkan aca berada   di kelas IPA 2. Suatu hari di kelas IPA ketika pelajaran ma...

Rintih Hujan Menuju Jepang

                Suara informan yang memberikan pengumuman bahwa penerbangan menuju Jepang segera berangkat, ditemani oleh derasnya hujan dan gemuruh Guntur pada siang hari itu. Aku melihatnya dari lobby terminal bandara. Seorang gadis cantik yang kukenal itu tersenyum kepadaku dari dalam ruangan security check, senyum manis yang terlihat samar terhalang oleh kaca ruangan itu mewakili ucapan selamat tinggalnya. Tanpa kusadari, air mataku mengalir membasahi pipiku. Hingga gadis cantik itu sudah tidak terlihat lagi.                 1 Bulan yang lalu                 “Tit…Tit…Tit”                 Aku terbangun oleh suara alarmku yang berbunyi, jarumnya menunjuk pukul 06.00 pagi hari. Aku ber...

Pejuang Lomba Terakhir

Mentari bersinar terang di angkasa. Seorang gadis setinggi kira-kira satu setengah meter terlihat gembira berjalan ke sekolah menyambut hari barunya. Di jilbabnya tertambat sebuah name tag bertuliskan Zinnia Patma yang berkilau tertimpa cahaya matahari. Gadis kelas 12 itu menggandeng sebuah tote bag yang terisi penuh oleh buku-buku di tangan kanannya, dengan punggung yang sudah membawa tas ransel sebelumnya. Seseorang tiba-tiba menghampirinya dari sebelah kanan dan menawarkan diri untuk membantu membawa tote bag itu. “Zin, sinikan tote bag -mu, biar aku bawakan. Kamu sudah seperti unta saja membawa bawaan yang berat sekali.” “Tidak perlu, Vi. Aku sudah biasa membawa ransel seberat ini. Kamu tahu, kan? Lagipula, kamu juga membawa ransel.” “Hei, kamu tak lihat seberapa ringan ransel ini? Kelihatannya akan sama dengan kenyataannya. Percayalah padaku,” ungkap gadis itu sambil menyambar tas selempang dari tangan kanan Zin. "Di mana kamu taruh buku-bukumu?" "Aku...