Langsung ke konten utama

ARKHANZA


            Khanza Humaira Az Zahra, namanya cantik seperti orangnya. Ia gadis yang banyak menarik perhatian lawan jenisnya dengan paras dan akhlak yang dimilikinya. Ia juga menjadi kesayangan para guru karena kepintaran dan sifatnya yang sangat menghormati guru. Khanza, gadis berusia 17 tahun, berkulit putih dengan khimar menutup kepalanya sudah berdiri didepan sekolahnya. Jam ditangannya menunjukkan pukul enam lebih dua puluh menit. Dia menggendong  tas berwarna abu kesukaannya, tersenyum lebar menatap pintu masuk dengan hati berdebar.

             Hari ini, hari pertama masuk sekolah setelah libur selama beberapa minggu. Dengan bersemangat Khanza memasuki halaman SMA Cendekia. Sekolah dengan gedung dua lantai dan lapangan yang sangat luas itu sudah ramai didatangi oleh para siswa. Sesekali Khanza memberikan senyumannya kepada siswa yang ia kenal selama perjalanan kekelasnya yang ada dilantai dua. Melewati taman sekolah, Khanza berhenti. Matanya mengarah ke taman, tempat yang biasa digunakan para siswa untuk bersantai. Melihat taman itu mengingatkan Khanza dengan kenangan indah masa kecilnya, saat ia masih memiliki sahabat sekaligus pelindungnya. Arkan Al Ghifari. Laki laki yang lebih tua setahun darinya itu sudah sejak kecil menjadi sahabatnya. Mengingat masa kecilnya dengan Arkan terkadang membuat Khanza tersenyum sendiri.

“ Kak Arkan kalo udah besar mau jadi apa? tanya Khanza kecil dengan mata bulatnya yang lucu

“ Kakak mau jadi orang kaya aja biar bisa beliin apa yang Humaira mau” balas Arkan dengan senyum jahilnya karena ia tahu Khanza tidak suka dipanggil Humaira

“ Kak Arkan kenapa selalu panggil Khanza Humaira sih?” ucap Khanza dengan nada kesalnya

“ Kakak suka kalo panggil Khanza dengan Humaira dan juga itu panggilan kesayangan kakak buat kamu, jadi nggak masalah kan kalo kakak panggil kamu Humaira biar kakak panggilnya beda dengan orang lain”

“ Iya boleh deh, kan Kakak kesayangannya Khanza juga” ucap Khanza disertai dengan senyum lebarnya

            Sejak peristiwa itu Arkan selalu memanggil Khanza dengan Humaira dan hanya Arkan yang akan memanggil Khanza dengan Humaira. Bertahun-tahun sudah mereka lewati dengan selalu bersama. Namun saat memasuki SMA Arkan mulai berubah, ia sudah tidak mau lagi berbicara dengan Khanza. Arkan selalu mengindar untuk berbicara dengan Khanza.   Hal itu semakin Khanza rasakan saat ia  juga mulai memasuki SMA yang sama dengan Arkan.

 

“ Za! Pagi pagi udah ngelamun aja, mikirin apa sih?” seru Alisha Salsabila  teman Khanza sejak masuk SMA

“ Eh ada Shasa, aku nggak lagi mikirin apa apa kok”

“ Aku tau kamu lagi mikirin kakak itu kan? Udah lupain aja sih Za bikin kamu sakit aja”

‘ Kamu tau kan Sha aku nggak mungkin bisa lupain kak Arkan, dia itu sahabat aku”

“ Aku tau kok Za kalau kamu itu suka kan sama Kak Arkan? Kalau kamu nggak suka nggak mungkin kamu sampai sesakit ini kalau lagi mikirin dia” ucap Alisha dengan sedikit kesal. Alisha berkata seperti itu karena ia sudah kesal setiap ia melihat mata sahabatnya yang menggambarkan kesedihan saat ia mengingat Arkan.

            Khanza terdiam mencerna apa yang dikatakan sahabatnya itu. Apa mungkin dia menyukai Arkan sahabatnya sejak kecil. Khanza tidak tahu apa bisa rasa kecewa yang ia rasakan saat melihat Arkan berbicara dengan teman perempuannya itu dikatakan rasa suka atau rasa bahagia yang ia rasakan saat Arkan tiba tiba berbicara dengannya meski yang dibicarakan itu hanya hal yang sepele. Khanza tidak tahu apakah semua rasa yang ia rasakan itu bisa dianggap sebagai rasa suka. Terkadang Khanza merasa ingin kembali lagi disaat ia dan Arkan masih menjadi sahabat, saat Arkan masih mau bebicara dan perhatian dengannya. Tapi itu semua hanya harapan semata, Arkan yang sekarang berbeda dengan Arkan yang dulu.

***

            Beberapa bulan setelah peristiwa itu Khanza selalu memikirkan apa yang dikatakan oleh Alisha. Hingga ia menyadari bahwa ternyata perasaannya kepada Arkan sudah berubah. Ia tidak lagi menganggap Arkan hanya sebagai sahabatnya, ia menyadari bahwa rasa suka itu sudah lama muncul, namun ia telat menyadarinya. Khanza bertekad untuk menjaga rasa sukanya kepada Arkan agar tidak melewati batas, karena Khanza tahu mencintai seseorang yang belum halal baginya itu tidak pantas.  

            Saat berada dikelas tiba tiba Alisha datang menghampiri Khanza dengan langkah tergesa.

“ Za, kamu tahu nggak kalau Kak Arkan itu dapat beasiswa ke luar negeri. ” Ucap Alisha dengan nada yang bersemangat

“ Kamu tahu darimana Sha?  “ Tanya Khanza penasaran, karena ia juga tidak tahu kalau Arkan akan melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.

“ Aku tadi habis  dari ruang guru dan nggak sengaja denger kalau Arkan itu dapat beasiswa

“ Kok aku nggak tahu apa apa ya?” lirih Khanza dalam hati

“ Kamu tau nggak kapan dia berangkat?”

“ Yang aku denger kayaknya kak Arkan itu berangkatnya lusa deh, coba kamu tanya aja sendiri “

            Mendengar hal itu Khanza langsung berlari keluar untuk menemui Arkan. Khanza berlari menuju kelas Arkan namun saat melewati taman Khanza melihat Arkan sedang berbicara dengan teman perempuannya, Kak Lia. Satu sekolah tahu bahwa Arkan dan Lia memang sering bersama dan terlihat dekat, karena kedekatan mereka itulah banyak yang mengira kalau mereka itu berpacaran. Mereka pasangan yang serasi yang satunya tampan dan yang satunya lagi cantik. Itulah yang dipikirkan oleh Khanza saat melihat kedekatan Arkan dan Lia, mereka sangat cocok.

            Tapi tanpa sepengetahuan Khanza, Lia menyadari keberadaannya.

“ Khanza! “ Teriak Lia

“ Eh…” Khanza gelagapan “ Kok kak Lia panggil aku ya? “ ucap Khanza dalam hati

“ Khanza sini, daritadi Arkan nungguin kamu loh “ teriak Lia lagi disertai senyum jahilnya kepada Arkan

Dari tempat nya berdiri Khanza dapat melihat Arkan sepertinya marah kepada Lia karena Lia memanggilnya

“ Segitu bencikah kak Arkan kepadaku “ pikir Khanza

            Saat tengah melamun tiba tiba seseorang menarik tangan Khanza, ternyata orang itu adalah Lia. Lia menarik Khanza hingga tiba di depan Arkan. Khanza melihat Arkan mengalihkan pandangannya. Terlihat sekali bahwa Arkan sangat menghindarinya.

 “ Arkan nih gue udah bawain bidadari lo “ ucap Lia sambil tersenyum jahil

“ Kak Lia apaan sih “ ucap Khanza sambil menunduk karena malu

“ Eh kok Khanza mukanya merah sih. Wah parah sih ini Kan, cewek lo cepet banget blushing nya jadi pengen godain lagi deh “ ucap Lia sembari menggoda Khanza

“ Lia mending lo pergi deh, sana godain orang lain aja!” ucap Arkan jengah karena Lia terus saja mengganggu Khanza hingga pipi Khanza memerah. Arkan tidak suka melihat pipi Khanza memerah ditempat umum karena pasti banyak orang yang melihatnya dan Arkan tidak mau itu terjadi. Karena Khanza dengan pipinya yang memerah membuatnya  nampak semakin cantik.

“ Astagfirullah “ ucap Arkan yang hanya dapat didengar dirinya sendiri. Ia malu sendiri dengan apa yang dipikirkannya itu

“ Ya udah deh gue pergi, nih bidadari lo semoga jadi ya” ucap Lia sambil berlalu dengan tawa lebarnya

            Kini tinggal Khanza dan Arkan saja yang ada di taman. Suasana menjadi canggung karena mereka sudah lama tidak berbicara. Arkan ingin memulai pembicaraan namun ia juga canggung begitu juga dengan Khanza.

“Humaira” “ Kak Arkan” sontak mereka terkejut karena saling memanggil secara bersamaan. Setelah kejadian itu, hening lagi-lagi menghampiri mereka.

Jengah dengan keheningan diantara mereka Khanza memberanikan diri untuk berbicara terlebih dahulu.

“ Kak Arkan bener nungguin aku ? “ kata Khanza dengan kepala yang terus menunduk

“ Siapa yang bilang kakak nungguin kamu? “ balas Arkan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

“ Tadi kak Lia bilang gitu “ balas Khanza dengan suara kecil karena takut kalau tadi ia salah dengar

“ Oh Lia bilang gitu ya tadi, kok kakak nggak denger sih “ balas Arkan sambil tersenyum jahil melihat Khanza yang semakin menunduk

“ Jadi kakak beneran nungguin aku atau nggak sih, kalau nggak ya udah aku pergi aja deh! “ balas Khanza yang sudah mulai kesal karena malu

“ Eh jangan pergi dong, kamu nggak takut nyesel nanti? Bentar lagi kakak mau pergi loh “

            Mendengar hal itu Khanza menjadi ingat apa tujuan utamanya mencari Arkan.

“ Kok kakak nggak pernah bilang aku sih kalau kakak ikut beasiswa “ tanya Khanza masih sambil menunduk  “ Oh ya aku lupa kakak kan benci sama aku, jadi mana mungkin kakak mau cerita tentang hal ini ke aku “ ucap Khanza dengan perasaan kecewa.

“ Siapa yang bilang kakak benci sama kamu?” balas Arkan dengan nada heran

“ Kalau nggak benci terus apa, sejak masuk SMA kakak udah nggak mau lagi ngomong sama aku, kakak selalu menghindar kalau kita ketemu ”

            Setelah mengucapkan hal itu Khanza hendak berbalik pergi meninggalkan Arkan.

“ Humaira, jangan pergi dulu “ cegah Arkan

“ Kamu nggak mau denger penjelasan kakak? “

“ Apa lagi yang mau kakak jelasin, semuanya kan udah jelas. Kakak nggak pernah tau perasaan aku saat liat kakak lebih milih berteman dengan kak Lia “ dalas Khanza dengan nada sedihnya

“ Kamu cemburu kakak sama Lia? “  tanya Arkan

“ Iya”

“ Kamu suka sama kakak? “ tanya Arkan lagi

“ Iya “ ucap Khanza tanpa sadar karena ia sudah dikuasai oleh kemarahan dan kekecewaan.

“ Kamu beneran suka sama kakak?” tanya Arkan memastikan kembali

“ Iy.. Eh ” Khanza menunduk malu merutuki kebodohannya. “ Enggak kok, aku nggak suka sama kakak ” ucap Khanza semakin menunduk untuk menutupi rasa malunya.

“ Kalau kamu suka beneran juga nggak masalah kok “ ucap Arkan sambil menatap Khanza yang semakin menunduk

“ Eh… kok gitu “ balas Khanza heran

“ Iya nggak papa, karena kakak juga suka sama kamu “ ucap Arkan disertai senyum manisnya

Khanza yang mendengar hal itu semakin malu dibuatnya. Ia tidak menyangka kalu Arkan juga suka kepadanya.

“ Kalau kak Arkan suka terus kenapa kak Arkan ngejauhin aku? “ tanya Khanza penasaran

“ Kakak nggak ngejauhin kamu kok, kakak selalu ngejagain kamu dari jauh. Mungkin kakak nggak pernah ngomong sama kamu lagi karena kakak pengen ngejaga kamu. Nanti kalau kita tetap ketemu dan ngobrol seperti biasa kakak takut nggak bisa ngejaga perasaan kakak yang semakin tumbuh buat kamu, karena kamu tahu kan hukumnya mencintai orang yang belum halal untuk kita. Karena itu kakak berusaha ngejaga jarak dari kamu biar kita berdua terhindar dari hal itu. Tapi kakak sadar semakin kakak ngehindar dari kamu, semakin besar juga perasaan kakak tumbuh buat kamu. “ jelas Arkan dengan senyum yang terus menghiasi bibirnya.

“ Terus sekarang gimana? “ balas Khanza dengan malu

“ Gimana apanya? “ tanya Arkan dengan nada jahilnya yang sangat jelas

“ Ih itu maksudnya sekarang kita gimana? “ tanya Khanza lagi sambil menahan malu

“ Kamu tahu kakak sengaja nyuruh Alisha bilang ke kamu kalau kakak dapet beasiswa biar kamu nyari kakak dan kakak bisa bilang hal ini ke kamu….” Setelah mengatakan hal itu Arkan terdiam cukup lama. Khanza yang jengah dengan hening yang kembali melanda mulai tidak sabar dengan apa yang akan dikatakan oleh Arkan.

“ Kakak mau bilang apa sih, lama banget mikirnya “ ucap Khanza dengan sedikit kesal karena Arkan yang terus menggantung ucapannya.

“ Humaira kamu tungu dulu ya, kamu nggak tahu kalau kakak lagi mempersiapkan diri karena apa yang kakak ucapkan nanti itu akan merubah hidup kita “ balas Arkan gemas karena Khanza yang semakin membuatnya gugup

“ Ya udah aku tunggu “ ucap Khanza pasrah

Setelah sekian lama terdiam Arkan mulai berbicara.

“ Humaira, kamu tahu kan kakak suka sama kamu? “ ucap Arkan yang mulai serius

“ Iya aku baru tahu tadi kok “ balas Khanza sambil tersenyum malu

“ Kamu tahu kan kalau mencintai seseorang yang belum halal itu dosa, apalagi sampai menjalin hubungan? ” tanya Arkan melanjutkan perkataan yang belum selesai

Khanza hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Arkan

“ Jadi karena hal itu kakak pengin kamu tungguin kakak. Tunggu kakak selesain sekolah kakak dan dapat perkerjaan yang layak dan jadi orang kaya seperti kata kakak dulu ke kamu. Kakak janji setelah itu kakak akan datang ke Ayah untuk minta izinnya biar bisa jagain kamu selamanya. Kamu mau kan? “

Tanya Arkan dengan hati berdebar menunggu jawaban dari Khanza.

            Mendengar hal itu air mata Khanza jatuh.Khanza hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Arkan.  Ia terharu mendengar apa yang dikatakan oleh Arkan. Ia tidak percaya bahwa tenyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata Arkannya juga memilki rasa yang sama seperti dirinya. Dan selama ini ia sudah salah sangka terhadap sikap Arkan yang selalu menjauhinya dan tidak pernah mau lagi berbicara dengannya ternyata Arkan melakukan itu demi menjaga dirinya agar tidak terjerumus ke dalam lubang dosa.

 

 

 

 

 

 

 

 

Postingan populer dari blog ini

Teks Ceramah

 A. Definisi dan Ciri-Ciri Ceramah     1. Definisi Ceramah          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal atau pengetahuan. Ceramah juga berarti penuturan bahan pembelajaran secara lisan. Ceramah merupakan pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk mengenai suatu permasalahan kepada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Secara umum, ceramah mempunyai pengertian tentang suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu.         Pada dasarnya, pidato, ceramah, dan khotbah memiliki persamaan, yakni pengungkapan pikiran di hadapan banyak orang. Namun, dalam pelaksanaannya, antara pidato, ceramah, dan khotbah memiliki perbedaan. Pidato sering kita ikuti dalam acara-acara resmi, misalnya seminar, rafat pleno,. Ceramah diadakan untuk acara-acara tertentu, misalnya ceramah tentang kedisiplinan berlalu lintas, ceramah tentan

Teks Laporah Hasil Observasi

            Sebuah laporan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan. Kamu sering melakukan observasi atau pengamatan, tetapi belum memahami cara menyusun teks laporannya dengan baik. Untuk itu, kamu perlu memerhatikan penyusunan laporan hasil observasi yang kamu dengar atau kamu baca dari media televisi, koran, majalah, atau internet. A. Pengertian, Ciri-Ciri, Sifat, dan Contoh Teks Laporan Hasil Observasi 1. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi          Teks laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi/pengamatan. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi. 2. Ciri-Ciri Teks Laporan Hasil Observasi     Teks laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan teks lain.     1. Bersifat objektif, global, dan universal     2. Objek yang dibicar

ANEKDOT

A. Definisi. Ciri, dan Jenis Anekdot   1. Definisi Teks Anekdot     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau orang terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Orang-orang penting yang diceritakan dalam anekdot bermacam-macam, seperti tokoh politik, sosial, dan agama.  Sementara itu, peristiwa yang diceritakan dalam anekdot merupakan peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring perkembangan zaman anekdot juga digunakan untuk menceritakan tokoh dan peristiwa fiktif.     Anekdot mengandung humor. Humor dalam anekdot dibentuk dengan kelucuan atau kekonyolan tokoh. Tindakan ataupun ucapan tokoh menimbulkan humor karena adanya peristiwa ganjil yang mendasarinya. Humor juga dapat diciptakan melalui permainan kata, makna, ataupun pelesetan terhadap suatu kata ataupun frasa.     Humor dalam anekdot bukan hanya bersifat menghibur. Biasanya, dalam humor suatu anekdot terdap