Kompetensi Dasar:
3.16
Mengidentifikasi suasana, tema, dan makna beberapa
puisi yang terkandung dalam antologi
puisi yang diperdengarkan atau dibaca.
Tujuan
Pembelajaran:
1.
Menentukan suasana
dalam puisi
2.
Menentukan tema
dalam puisi
3.
Menentukan makna
kata dalam puisi
4.
Menentukan makna
puisi
Sebelum kita
menentukan suasana, tema, dan makna puisi terlebih dahulu kita mengetahui
unsur-unsur pembangun puisi. Unsur pembangun puisi yaitu unsur intrinsik dan
ekstrinsik.
Unsur Intrinsik yaitu
tema, rasa/perasaan, nada, dan suasana.
1.
Tema
Tema adalah pokok persoalan
yang akan diungkapkan penyair. Pokok persoalan itu begitu mendesak dalam jiwa
penyair sehingga menjadi landasan utam pengucapannya. Tema tersirat dalam
keseluruhan isi puisi. Persoalan-persoalan yang diungkapkan itu merupakan
penggambaran suasana batin. Tema tersebut bisa pula berupa respon penyair
terhadap kenyataan sosial budaya sekitarnya.
2.
Rasa/Perasaan
Puisi merupakan karya
sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu
dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, alam,
atau Sang Khalik. Oleh karena itu, Bahasa dalam puisi akan terasa sangat
ekspresif dan lebih padat.
3.
Nada
Nada adalah sikap
penyair terhadap pembaca puisinya. Sikap penyair bias saja menggurui,
menasihati, mengejek, menyindir, berduka, atau bersikap lugas hanya
menceritakan sesuatu kepada pembaca.
4.
Suasana
Suasana adalah keadaan
jiwa pembaca setelah membaca puisi. Jika nada penyair berduka, maka dapat
menimbulkan suasana sedih dalam diri pembaca.
Unsur ekstrinsik yaitu
diksi, pengimajian, kata konkret, majas, rima/ritma, dan tipografi.
1.
Diksi
Penyair
sangat cermat dalam memilih kata-kata. Kata-kata yang ditulis sangat
dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata
itu dalam hubungan dengan kata lain, serta kedudukan kata dalam keseluruhan
puisi itu.
Pemilihan
kata dalam puisi mempertimbangkan berbagai aspek estetis. Kata-kata dalam puisi
juga bersifat konotatif. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata
itu juga mempunyai efek keindahan dan berbeda dengan kata-kata yang biasa kita
pakai sehari-hari.
2.
Pengimajian
Pengimajian dapat
didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman imajinasi. Dengan daya imajinasi yang diciptakan penyair, pada
kata-kata puisi itu seolah-olah tercipta sesuatu yang dapat didengar, dilihat,
ataupun dirasakan pembacanya.
3.
Kata konkret
Untuk membangkitkan
imaji pembaca, kata-kata harus diperkonkret. Jika penyair mahir memperkonret
kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang
diungkapkan oleh penyair. Jika imaji pembaca akibat dari pengimajian yang
diciptakan penyair, maka kata konkret merupakan sebab terjadinya pengimajian
itu. Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas
peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair.
4.
Majas
Majas adalah Bahasa yang
digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasaan, yakni secara
tidak langsung mengungkapkan makna. Majas digunakan penyair untuk menyampaikan
perasaan, pengalaman batin, harapan, suasana hati, ataupun semangat hidupnya. (Untuk
lebih jelas tentang majas, silahkan baca pembahasan majas!)
5. Rima/Ritma
Rima adalah pengulangan
bunyi dalam puisi. Rima berfungsi untuk membentuk musikalitas orkestrasi. Dengan
adanya rima itulah, efek bunyi makna yang dikehendaki penyair semakin indah dan
makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat.
6. Tipografi
Tipografi adalah
perbedaan yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi
tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait-bait.
A.
Menentukan
Suasana Dalam Puisi
Bacalah contoh
puisi berikut ini!
Dibawa Gelombang oleh: Sanusi Pane
Alun membawa bidukku
perlahan
Dalam kesunyian malam
waktu
Tidak berpawang tidak
berkawan
Entah kemana aku tak tahu
Jauh di atas bintang
kemilau
Seperti sudah
berabad-abad
Dengan damai mereka
meninjau
Kehidupan bumi yang
kecil amat
Aku bernyanyi dengan
suara
Seperti bisikan angin
di daun
Suaraku hilang dalam
udara
Dalam laut yang
beralun-alun
Alun membawa bidukku
perlahan
Dalam kesunyian malam
waktu
Tidak berpawang tidak
berkawan
Entah kemana aku tak tahu
Perhatikan diksi yang
digunakan penyair dalam puisi di atas yang menyatakan kepasrahan dalam
hidupnya.
Alun membawa bidukku
perlahan
Dalam kesunyian malam
waktu
Tidak berpawang tidak
berkawan
Entah kemana aku tak
tahu
Oleh karena itu, suasana
dalam puisi di atas adalah pasrah.
B.
Menentukan
Tema Puisi
Perhatikan kembali
puisi “Dibawa Gelombang”!
Alun membawa bidukku
perlahan
Dalam kesunyian malam
waktu
Tidak berpawang tidak
berkawan
Entah kemana aku tak tahu
Jauh di atas bintang
kemilau
Seperti sudah
berabad-abad
Dengan damai mereka
meninjau
Kehidupan bumi yang
kecil amat
Aku bernyanyi dengan
suara
Seperti bisikan angin
di daun
Suaraku hilang dalam
udara
Dalam laut yang
beralun-alun
Alun membawa bidukku
perlahan
Dalam kesunyian malam
waktu
Tidak berpawang tidak
berkawan
Entah kemana aku tak tahu
Jika kita
memperhatikan diksi yang digunakan Sanusi Pane dalam puisi tersebut, kita dapat
menyimpulkan bahwa tema puisi tersebut adalah kehidupan
C.
Menentukan
Makna Kata dan Puisi
Mari kita perhatikan
kembali puisi “Dibawa Gelombang”!
Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam
waktu
Tidak berpawang tidak
berkawan
Entah kemana aku tak tahu
Penyair
mengungkapkan kehidupannya dengan menggunakan kata alun dan biduk.
Kata alun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gelombang yang
memanjang dan bergulung-gulung, biasanya lebih kecil dari ombak dan lebih besar dari riak. Sedangkan kata biduk
berarti perahu kecil yang dipakai untuk menangkap ikan atau mengangkat barang-barang
di sungai. Alun membawa bidukku perlahan dapat kita maknai dengan
gelombang kehidupan membawa diriku perlahan.
Sedangkan
kepasrahan penyair diungkapkan dalam larik Entah kemana aku tak tahu. Kalimat
tanya yang menunjukkan orang yang pasrah akan keadaan pada dirinya.
Dapat
kita simpulkan makna yang ada dalam bait puisi tersebut adalah gelombang
kehidupan yang membawa sang penyair, tetapi entah ke arah mana ia tak tahu, dan
ia hanya pasrahkan saja semua itu.
Demikian
contoh menentukan suasana, tema, dan makna dalam puisi. Agar pengetahuan dan
kemampuan anda semakin meningkat, temukanlah suasana, tema, dan makna dalam
puisi pada puisi-puisi yang lain.
Kompetensi Dasar:
3.17
Menganalisis unsur pembangun puisi.
Tujuan pembelajaran:
1.
Menemukan rasa/perasaan
dalam puisi
2.
Menemukan nada
dalam puisi
3.
Menemukan kata
yang menunjukkan imaji dalam puisi
4.
Melengkapi puisi
dengan larik bermajas
5.
Menemukan larik
yang menunjukkan kata konkret
6.
Menemukan rima/ritma
dalam puisi
Bacalah
contoh puisi berikut ini!
Aku
karya: Khairil Anwar
Kalau sampai
waktuku
Kumahu tak seorang
kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu
sedan itu
Aku ini binatang
jalang
Dari kumpulannya
terbuang
Biar peluru
menembus kulitku
Aku tetap meradang
menerjang
Luka dan bisa kubawa
berlari
Berlari
Hingga hilang
pedih peri
Dan aku akan lebih
tidak peduli
Aku mahu hidup
seribu tahun lagi
Kalau
kita perhatikan bait-bait puisi di atas, penyair mengungkapkan rasa/perasaan semangat
. hal ini dapat kita lihat pada beberapa larik, seperti Aku tetap meradang
menerjang, Luka dan bisa kubawa berlari, Berlari, dan Aku mahu hidup
seribu tahun lagi.
Kemudian,
nada yang disampaikan dalam puisi tersebut yaitu mengajak untuk tetap
semangat. Sedangkan kata-kata imaji yang digunakan penyair yaitu berkaitan
dengan indra penglihatan melalui kata-kata merayu, terbuang, menembus,
meradang, menerjang, dan berlari.
Larik
bermajas dalam puisi tersebut yaitu Aku ini binatang jalang. Dalam puisi
ini penyair menggunakan majas perbandingan jenis perumpamaan. Penyair mengumpamakan
dirinya dengan binatang jalang untuk mempertegas kata-katanya.
Puisi
di atas termasuk puisi yang tidak mempedulikan bunyi akhir atau tidak terikat dengan
bunyi akhir.