HUBUNGAN
TEORI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
DALAM
AL-QUR’AN DENGAN TEORI BIG BANG
A. LATAR
BELAKANG
Al-Qur’an
diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui perantara malaikat
jibril. Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat dan
tanda kenabian Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al-Qur’an banyak
sekali ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berfikir dan mengkaji segala
sesuatu ataupun kejadian yang terjadi di alam semesta ini. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Apakah kamu
tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar[39]:41)
Manusia
diciptakan oleh Allah SWT dengan memiliki akal dan pikiran. Akal dan pikiran
ini haruslah digunakan untuk mengamati dan mengkaji fenomena-fenomena yang ada
di alam semesta ini. Karena itu, manusia pada zaman dahulu banyak memikirkan
dan mempertanyakan segala sesuatu di dunia ini. Mereka itulah yang kemudian
akan menjadi ilmuwan. Hasil pikiran mereka kemudian diolah dalam rangkaian
kata-kata sehinngga menjadi teori. Dengan bantuan alat sederhana, ilmuwan zaman
dahulu mampu untuk menjelaskan tentang banyak hal yang ada di alam semesta ini
dengan teori-teori yang ditemukannya.
Ilmuwan
muslim pada zaman dahulu dalam melakukan penelitian tentunya tidak lepas dari
ayat-ayat Al-Qur’an. Berbeda dengan zaman sekarang ini, kebanyakan muslim hanya
menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab yang hanya dibaca atau bahkan hanya
dijadikan sebagai pajangan saja. Sangat jarang orang yang mau mengkaji
ayat-ayat Al-Qur’an dan menghubungkannya dengan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.
Karena Al-Qur’an bukan hanya kitab yang membahas ilmu tentang agama dan
hubungan antar manusia saja. Namun, juga mengandung berbagai macam ilmu. Seperti
ilmu fisika, astronomi, kimia, geografi, kebumian, dan lain-lain. Namun, tentu
seluruh ilmu yang ada dalam Al-Qur’an hanya
dapat diperoleh oleh orang-orang yang mau berfikir dan mengkaji tanda-tanda
kebesaran Allah SWT. Karena dengan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan tanta-tanda
kebesaran Allah maka para ilmuwan muslim zaman dahulu dapat melahirkan berbagai
macam teori yang masih digunakan sampai sekarang.
Teori-teori
sains yang ada pada zaman dahulu tentu ada yang mengalami perubahan berkat
kemajuan teknologi. Berkat kemajuan teknologi juga banyak masalah yang sulit
dipecahkan menjadi lebih mudah untuk diselesaikan. Begitu juga dengan teori
proses pembentukan alam semesta ini. Para ilmuwan di zaman ini telah melahirkan
banyak teori baru tentang pembentukan alam semsta. Salah satu teori pembentukan
alam semesta yang terkenal adalah teori Big Bang. Namun, teori yang ada
belum tentu benar tidak seperti kebenaran Al-Qur’an yang bersifat mutlak.
Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap agar orang orang tidak hanya
menganggap Al-Qur’an sebagai kitab yang hanya berisi aturan-aturan keagamaan
saja. Namun juga, sebagai sumber ilmu-ilmu yang ada.
Karena
itulah, penulis mengambil judul “Hubungan Teori Penciptaan
Alam Semesta Dalam Al-Qur’an Dengan Teori Big Bang” untuk mencari hubungan
antara teori Big Bang dengan teori penciptaan alam semesta dalam
Al-Qur’an.
B. RUMUSAN
MASALAH
Bagaimana
hubungan penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an dengan teori Big Bang ?
C. BATASAN
MASALAH
Penelitian ini hanya
difokuskan pada hubungan Teori Big Bang dengan teori penciptaan alam
semesta dalam QS. Al-Anbiya’[21]:30 dengan menggunakan Tafsir Ibnu Katsir.
D. TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
penelitian kali ini adalah untuk mengetahui hubungan penciptaan alam semesta
dalam Al-Qur’an dengan teori Big Bang.
E. MANFAAT
PENELITIAN
1. Manfaat
Teoritis
Memberikan informasi
kepada pembaca tentang hubungan penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an
dengan teori Big Bang.
2. Manfaat
Praktis
Sebagai referensi untuk peneliti yang
ingin mengambil penelitian serupa.
F. KAJIAN
PUSTAKA
a. Definisi
Istilah dan Teori
1. Penciptaan
dan Alam Semesta
Menurut KBBI (1994:191)
penciptaan berasal dari kata cipta (kesanggupan) yang berarti pikiran
untuk mengadakan sesuatu yang baru. Menurut A. W. Munawir (1997:966) Kata ‘alam (العالم) secara bahasa berarti seluruh alam
semesta. Jika dikatakan al-kauny (الكوني):
al-‘alamy (العالمي) artinya yang
meliputi seluruh dunia. Alam semesta fisik didefinisikan sebagai keseluruhan ruang
dan waktu (secara kolektif ruang-waktu) dan isinya (Michael Zeilik dan Stephen A. Gregory : 1998) .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta
adalah proses pengadaan sesuatu yang baru yaitu berupa ruang-waktu dan segala
isi di dalamnya. Baik itu berupa bintang, planet, asteroid dan benda-benda
lainnya. Penciptaan alam semesta ini sangatlah teratur sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. Al-Anbiya[21]:33
وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
“Dan Dialah yang manciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT
menciptakan alam semesta ini dengan sangat teratur. Karena setiap benda yang
ada di alam semesta ini selalu beredar dalam garis edarnya masing-masing.
Sehingga, benda-benda tersebut tidak akan saling berbenturan.
2. Pengertian
Al-Qur’an
Ansori (2013:17)
berpendapat bahwa Al-Qur’an ecara bahasa diambil dari kata: قرا – يقرا – قراة yang berarti sesuatu
yang dibaca. Menurut Quraish Shihab (2007:3) Al-Qur’an secara harfiah berarti
“bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena
tiada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang
lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an
Al-Karim, bacaan yang sempurna lagi mulia itu.
Ansori (2013:18) berpendapat Al-Qur’an menurut
istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan
redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima
oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.
Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang sempurna.
Dan disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang isinya tidak
akan berubah sampai kapanpun.
3. Tafsir
QS. Al-Anbiya[21]:30
Surah Al-Anbiya’ adalah
surah ke-21 dalam Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah sehingga termasuk
golongan surah makkiyah. Pada surah Al-Anbiya' ayat ke 30 Allah SWT berfirman :
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ
شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka
mengapa mereka tidak beriman?”(QS. Al-Anbiya’[21]:30).
Menurut Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir
as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H. Ayat ini ditafsirkan memiliki makna Apakah mereka (yang kafir terhadap
Rabb mereka dan mengingkari pengikhlasan ibadah bagiNya) tidak menyaksikan
sebuah obyek kasat mata yang akan mengantarkan mereka menuju keyakinan bahawa
Allah, Dia-lah Rabb segala sesuatu, Dzat Yang Maha Terpuji, Dzat Yang Mahamulia
dan Dzat yang disembah semata. Dengan menyaksikan langit dan bumi, maka mereka
akan menjumpainya dalam keadaan “suatu yang padu,” bagian ini (langit) tidak
terlihat adanya mendung maupun hujan. Sementara itu, bagian yang lain (bumi)
terlihat diam mati, tanpa tumbuh-tumbuhan padanya. “Kemudian Kami pisahkan,”
langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuhan. Bukankah Dzat yang menciptakan
mendung di langit, setelah kondisi cuaca cerah tanpa ada awan-awan tipis, dan
menempatkan air yang deras di dalamnya, kemudian menghalaunya menuju daerah
yang mati, yang penjuru-penjuru wilayahnya sudah penuh dengan debu dan airnya
sudah semakin menipis, selanjutnya Dia menurunkan hujan di tempat itu, sehingga
tanah menjadi bergoyang dan begerak serta berkembang dan menumbuhkan tanaman
indah dari setiap jenisnya, yang beragam bentuk dan manfaatnya, bukankah
demikian itu merupakan petunjuk bahwa Dia-lah Dzat yang Mahabenar, sedangkan
selain-Nya merupakan sesembahan yang batil. Dia-lah Dzat Yang Menghidupkan
orang-orang yang mati dan Dia-lah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?
Karena itu, Allah berfirman, “Maka mengapa mereka tiada juga beriman,” dengan
keimanan yang benar, tanpa diselipi unsur keraguan dan kesyirikan.
Menurut
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI Orang-orang kafir tidak berpikir jernih
dalam mengamati fenomena alam, padahal peristiwa yang ada di alam ini merupakan
bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak. Allah bertanya,"dan
apakah orang-orang kafir, kapan dan di mana saja mereka hidup, tidak
memperhatikan secara mendalam bahwa langit dan bumi sebelum terjadi ledakan
besar, keduanya dahulu menyatu, kemudian kami pisahkan antara kedua-Nya dengan
mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi seperti apa adanya; dan kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; 'kehidupan dimulai dari air
(laut), makhluk hidup berasal dari cairan sperma dan air bagian yang penting
bagi makhluk hidup' maka mengapa mereka, orang-orang kafir itu tidak tergerak hatinya
untuk beriman kepada Allah'"31. Pada ayat ini Allah mengarahkan pandangan
manusia kepada gunung-gunung dan jalan-jalan, serta daratan yang luas di bumi.
Dan kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh dengan maksud
agar ia, bumi dengan putarannya yang cepat sekali itu, tetap mantap, tidak
terjadi guncangan bersama mereka, manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan kami
jadikan pula di bumi jalan-jalan yang luas supaya semua makhluk dapat dengan
tenang menjalani kehidupan, dan pada akhirnya agar mereka mendapat petunjuk
Allah, baik yang diberikan melalui wahyu maupun petunjuk Allah berupa fenomena
alam yang membentang luas ini.
Menurut
tafsir Ibnu Katsir Allah Ta’ala berfirman mengingatkan tentang kekuasaan-Nya
yang sempurna dan kerajaan-Nya yang agung. {اَوَلَمْ
يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا} “Dan
apakah orang orang kafir itu tidak mengetahui,” yaitu orang-orang yang mengingkari Allah dan
menyembah selain Dia. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah adalah Rabb
Yang Maha Esa dalam menciptakan segala sesuatu lagi bebas dalam penataan, maka
bagaimana mungkin layak Dia diibadahi bersama selain-Nya atau disekutukan dengan selain-Nya ?. Apakah
mereka tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya bersatu, yaitu
seluruhnya sambung menyambung, bersatu dan sebagainya bertumpuk diatas nbagian
yang lainnya pertama kali ?. Lalu, satu bagian yang ini terpecah belah , maka
langit menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dunia dan bumi
dipisahkan oleh udara, hingga hujan turun dari langit dan tanah pun
menumbuhkan tanam-tanaman. Untuk itu, Dia berfirman , {وَجَعَلْنَا
مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ } “Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapa mereka tidak beriman ?.” Yaitu, mereka menyaksikan
berbagai makhluk, satu kejadian secaara nyata . Semua itu adalah bukti tentang
adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi Maha Kuasa atas yang
dikehendaki-Nya.
Isma’il
bin Abi Khalid berkata: “Aku bertanya kepada Abu Shalih al-Hanafi tentang
firman-Nya {اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ
كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ }”Bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya.” Maka dia menjawab: “Dahulu langit itu satu,
kemudian dipisahkan menjadi tujuh lapis langit. Dan dahulu bumi itu satu,
kemudian dipisahkan menjadi tujuh lapis bumi.” Demikian yang dikatakan oleh
Mujahid dan dia menambahkan: “Dahulu, langit dan bumi tidak saling
bersentuhan.”
Sa’id
bin Jubair berkata: “Bahkan, dahulu langit dan bumi saling bersatu padu. Lalu,
ketika langit diangkat dan bumi dihamparkan, maka itulah pemisahan keduanya
yang disebutkan oleh Allah dalam Kitab-Nya.” Al-Hasan dan Qaradah berkata: “Dahulu,
keduanya menyatu, lalu keduanya dipisahkan dengan udara ini.”
Dan
firman-Nya {وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ
شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ} “Dan
dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup,” yaitu asal setiap yang
hidup.
Dari
berapa tafsir yang berbeda tentang surah Al-Anbiya’ ayat 30, tidak ada
perbedaan penefsiran antara tafsir Ibnu Katsir dengan tafsir yang lain yaitu bahwa
orang-orang kafir tidak memperhatikan bahwa langit dan bumi itu dalam satu
kesatuan yang padu. Hingga, Allah SWT memisahkan keduanya. Kemudian, diturunkan
oleh-Nya air dari langit sehingga terciptalah kehidupan di bumi.
4. Teori
Big Bang
Dalam bahasa Indonesia Big
Bang dapat diartikan sebagai “ledakan besar”. Istilah Big bang
pertama kali diciptakan oleh ahli astrofisika asal Universitas cambridge Fred
Hoyle pada tahun 1949. Istilah ini ia ciptakan dengan maksud untuk mengejek,
karena ia sendiri tidak mempercayai teori Big Bang. Fred Hoyle sendiri
merupakan salah satu tokoh yang menyatakan bahwa alam semesta selalu berada
dalam keadaan tetap bahkan hingga waktu yang akan datang.
Teori Big Bang yang
dikembangkan oleh George Lemaitre mengatakan bahwa, pada mulanya alam semesta
ini berupa sebuah “primeval atom” yang berisi semua materi dalam keadaan yang
sangat padat. Selain daripada itu, yang ada hanyalah kekosongan. Suatu ketika
atom ini meledak dan seluruh materinya terlempar ke ruang alam semesta. Sejak
itu dimulailah ekspansi (mengembang) yang berlangsung ribuan juta tahun, dan
akan terus berlangsung jutaan tahun lagi. Timbul dua gaya yang saling
bertentangan, yang sehingga alam semesta masih terus akan mengembang
(ekspansi). Pada suatu saat nanti ekspansi tersebut pasti berakhir.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa menurut Teori Big Bang, seluruh materi dan energi
dalam alam semesta ini pernah menyatu dalam bentuk bola raksasa. Bola raksasa
ini kemudian meledak dan seluruh materi mengembang karena energi ledakan yang
sangat besar. Ledakan inilah yang kemudian disebut sebagai Big Bang.
Menurut George Gamow,
setelah Big Bang terjadi, seharusnya masih dapat ditemukan sisa radiasi
ledakan itu dan radiasi ini harus tersebar merata di alam semesta. Kemudian
pada tahun 1965, radiasi itu tanpa sengaja ditemukan oleh Robert Prenzias dan
Robert Nilson. Radiasi itu tidak berasal disatu titik tetapi tersebar merata
seperti yang telah disebutkan oleh George Gamow. Radiasi ini kemudian dipercaya
sebagai sisa-sisa dari peristiwa Big Bang.
5.
Bukti-bukti yang mendukung Teori Big Bang
·
Pengembangan alam semesta
Seorang ilmuwan bernama Edwin Hubble berhasil menemukan
bahwa semua galaksi yang ada di alam semesta ini selalu bergerak menjauh satu
sama lain dengan kecepatan tertentu. Hal ini kemudian yang membuat alam semesta
selalu mengembang setiap waktu ke segala arah.
Saat Big Bang terjadi sejumlah energi yang sangat
besar dikeluarkan yang menyebabkan partikel-partikel tersebar ke segala arah
dengan kecepatan tertentu. Partikel-partikel inilah yang kemudian menjadi
cikal-bakal terbentuknya benda-benda langit. Energi kinetik pada benda benda
tadi masih bertahan hingga sekarang. Karena energi itulah yang menyebabkan
galaksi-galaksi di alam semesta ini masih terus bergerak menjauh. Sebagaimana
roti yang semula hanya gumpalan kecil kemudian dioven hingga mengembang.
Seperti itulah kiranya proses pembentukan alam semesta menurut teori Big
Bang.
· Radiasi latar belakang
gelombang mikro kosmis
Ketika Big Bang
terjadi seluruh partikel berhamburan ke segala arah. Partikel-partikel ini
bergerak dengan kecepatan tinggi yang diakibatkan tingginya temperatur saat
ledakan terjadi. Partikel-partikel tersebut terdiri atas, proton, elekton,
neutron, foton, dll. Semua pertikel yang terpencar ke segala arah memiliki
kemungkinan saling bertumbukan. Ketika foton bertumbukan dengan suatu partikel,
foton tersebut dapat dipantulkan ataupun dihamburkan. Hamburan foton ini
kemudian menghasilkan radiasi gelombang yang lama kelamaan panjang gelombangnya
akan mendekati gelombang mikro. Hal ini terjadi karena ketika suhu turun,
elektron mulai bergabung dengan inti atom. Sehingga, ketika terjadi tumbukan
antara foton dan atom netral yang sudah terbentuk, foton lebih sering
dipantulkan daripada dihamburkan. Radiasi gelombang mikro inilah yang diamati
oleh Arno Penzias dan Robert Wilson.
b. Hasil
Kajian yang Relevan Sebelumnya
1.
Penelitian Nidaa UIKhusna
Menurut hasil penelitian
Nidaa UIKhusna yang berjudul “Studi Komperatif Antara Teori-M Stephen Hawking
dengan Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya, Kementrian Agama RI” dapat
disimpulkan bahwa konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan sains tidak bertentangan
dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur’an. Namun, perbedaannya adalah menurut
Teori-M Stephen Hawking alam semesta menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan
karena adanya hukum Fisika yang bekerja. Sedangkan dalam al-Qur’an, Allah SWT
menciptakan alam semesta dari ketiadaan.
2.
Penelitian Mersi Hendra
Menurut hasil penelitian Mersi Hendra
yang berjudul “Konsep Penciptaan Bumi dalam Al-Qur’an (Studi terhadap QS.
Al-Anbiya’[21]:30) Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar” dapat disimpulkan bahwa
pada zaman awal penciptaan alam semesta (penciptaan langit dan bumi) keduanya
merupakan satu kesatuan yang berpadu satu, tidak tercerai, tidak tanggal. Maka
lama kelamaan terpisah-pisahlah diantara satu dengan yang lain. Jadi firman
Allah yang berbunyi “...fafataqnahuma…” merupakan isyarat tentang apa
yang terjadi pada langit dan bumi (diumpamakan cairan atom/segumpal) pertamanya
berupa Big Bang yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke
segala penjuru, yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah,
termasuk tata surya dan bumi.
G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
20-27 Oktober 2021.
2. Tempat
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di Madarasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Lombok Timur.
3. Objek
Penelitian
Objek pada penelitian
kali ini adalah teori penciptaan alam semesta baik itu menurut Teori Big
Bang ataupun Menurut QS. Al-Anbiya[21]: 30.
4. Metode
Pengumpulan data Penelitian
Pada penelitian kali ini
peneliti menggunkan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data. Dimana peneliti
akan mengumpulkan data dari dokumen, buku dan jurnal untuk mencari adakah
hubungan antara teori pembentukan alam semsta dalam Al-Qur’an dengan Teori Big
Bang.
5. Metode
Analisis Data
Pada penelitian kali ini
peneliti menggunakan metodologi korelasional. Dimana peneliti akan mencari
hubungan antara dua variabel yang ada, yaitu teori pembentukan alam semesta
dalam Al-Qur’an dengan Teroi Big Bang.
DAFTAR
PUSTAKA
A.W. Munawir.
1997. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya : Pustaka
Progresif.
Anshori. 2013. Ulumul Quran. Jakarta : Rajawali
Press.
Deena, Maysa.
2019. Siap Jadi Juara Olimpiade Sains Nasional Astronomi SMA Sederajat.
Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS .
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin
Ishaq Al-Sheikh. 2005. Tafsir Ibnu Katsir jilid 5. Pustaka Imam
Asy-Syafi’i.
Hendra, Mersi.
2020. Konsep Penciptaan Bumi dalam Al-Qur’an (Studi terhadap QS. Al-Anbiya’[21]:30) Menurut Hamka dalam
Tafsir Al-Azhar. Bukittinggi : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN
Bukittinggi.
Quran
Surah Al-Anbiya’ Ayat 30, https://tafsirweb.com/5542-quran-surat-al-anbiya-ayat-30.html. 15 Februari 2021 pukul
13.24.
Shihab, Quraish.
2007. Wawasan Al-Qur’an : tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat.
Bandung : Mizan.
Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
UIKhunsa, Nidaa. 2013. KONSEP PENCIPTAAN
ALAM SEMESTA (Studi Komperatif Antara Teori-M Stephen Hawking dengan Tafsir
Ilmi Penciptaan Jagat Raya, Kementrian Agama RI). Jakarta : Fakultas
Ushuluddin universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Yahya, Harun. 2003. Keajaiban Pada Atom. Bandung
: Dzikra.
Yasin, Maskuri. 1995. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Zeilk, Michael dan
Stephen A. Gregory. 1998. Introductory Astronomy & Astrophysics. United States : Saunders College
Publishing.