Langsung ke konten utama

Contoh Proposal Penelitian

 

 


HUBUNGAN TEORI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

DALAM AL-QUR’AN DENGAN TEORI BIG BANG

 

A. LATAR BELAKANG

            Al-Qur’an diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui perantara malaikat jibril. Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat dan tanda kenabian Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berfikir dan mengkaji segala sesuatu ataupun kejadian yang terjadi di alam semesta ini. Allah SWT berfirman dalam  Al-Qur’an :

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

Artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar[39]:41)

            Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memiliki akal dan pikiran. Akal dan pikiran ini haruslah digunakan untuk mengamati dan mengkaji fenomena-fenomena yang ada di alam semesta ini. Karena itu, manusia pada zaman dahulu banyak memikirkan dan mempertanyakan segala sesuatu di dunia ini. Mereka itulah yang kemudian akan menjadi ilmuwan. Hasil pikiran mereka kemudian diolah dalam rangkaian kata-kata sehinngga menjadi teori. Dengan bantuan alat sederhana, ilmuwan zaman dahulu mampu untuk menjelaskan tentang banyak hal yang ada di alam semesta ini dengan teori-teori yang ditemukannya.

Ilmuwan muslim pada zaman dahulu dalam melakukan penelitian tentunya tidak lepas dari ayat-ayat Al-Qur’an. Berbeda dengan zaman sekarang ini, kebanyakan muslim hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab yang hanya dibaca atau bahkan hanya dijadikan sebagai pajangan saja. Sangat jarang orang yang mau mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan menghubungkannya dengan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Karena Al-Qur’an bukan hanya kitab yang membahas ilmu tentang agama dan hubungan antar manusia saja. Namun, juga mengandung berbagai macam ilmu. Seperti ilmu fisika, astronomi, kimia, geografi, kebumian, dan lain-lain. Namun, tentu seluruh ilmu yang ada dalam  Al-Qur’an hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang mau berfikir dan mengkaji tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Karena dengan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan tanta-tanda kebesaran Allah maka para ilmuwan muslim zaman dahulu dapat melahirkan berbagai macam teori yang masih digunakan sampai sekarang.

Teori-teori sains yang ada pada zaman dahulu tentu ada yang mengalami perubahan berkat kemajuan teknologi. Berkat kemajuan teknologi juga banyak masalah yang sulit dipecahkan menjadi lebih mudah untuk diselesaikan. Begitu juga dengan teori proses pembentukan alam semesta ini. Para ilmuwan di zaman ini telah melahirkan banyak teori baru tentang pembentukan alam semsta. Salah satu teori pembentukan alam semesta yang terkenal adalah teori Big Bang. Namun, teori yang ada belum tentu benar tidak seperti kebenaran Al-Qur’an yang bersifat mutlak. Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap agar orang orang tidak hanya menganggap Al-Qur’an sebagai kitab yang hanya berisi aturan-aturan keagamaan saja. Namun juga, sebagai sumber ilmu-ilmu yang ada.

Karena itulah, penulis mengambil judul “Hubungan Teori Penciptaan Alam Semesta Dalam Al-Qur’an Dengan Teori Big Bang” untuk mencari hubungan antara teori Big Bang dengan teori penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an.

 

 

 

 

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana hubungan penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an dengan  teori Big Bang ?

C. BATASAN MASALAH

Penelitian ini hanya difokuskan pada hubungan Teori Big Bang dengan teori penciptaan alam semesta dalam QS. Al-Anbiya’[21]:30 dengan menggunakan Tafsir Ibnu Katsir.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui hubungan penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an dengan  teori Big Bang.

E. MANFAAT PENELITIAN

1.      Manfaat Teoritis

Memberikan informasi kepada pembaca tentang hubungan penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an dengan  teori Big Bang.

2.      Manfaat Praktis

Sebagai referensi untuk peneliti yang ingin mengambil penelitian serupa.

F. KAJIAN PUSTAKA

a.      Definisi Istilah dan Teori

1.      Penciptaan dan Alam Semesta

Menurut KBBI (1994:191) penciptaan berasal dari kata cipta (kesanggupan) yang berarti pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru. Menurut A. W. Munawir (1997:966) Kata ‘alam (العالم) secara bahasa berarti seluruh alam semesta. Jika dikatakan al-kauny (الكوني): al-‘alamy (العالمي) artinya yang meliputi seluruh dunia. Alam semesta fisik didefinisikan sebagai keseluruhan ruang dan waktu (secara kolektif ruang-waktu) dan isinya (Michael Zeilik dan Stephen A. Gregory : 1998) .

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta adalah proses pengadaan sesuatu yang baru yaitu berupa ruang-waktu dan segala isi di dalamnya. Baik itu berupa bintang, planet, asteroid dan benda-benda lainnya. Penciptaan alam semesta ini sangatlah teratur sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Anbiya[21]:33

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Dan Dialah yang manciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menciptakan alam semesta ini dengan sangat teratur. Karena setiap benda yang ada di alam semesta ini selalu beredar dalam garis edarnya masing-masing. Sehingga, benda-benda tersebut tidak akan saling berbenturan.

2.      Pengertian Al-Qur’an

Ansori (2013:17) berpendapat bahwa Al-Qur’an ecara bahasa diambil dari kata:  قرا – يقرا – قراة yang berarti sesuatu yang dibaca. Menurut Quraish Shihab (2007:3) Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an   Al-Karim, bacaan yang sempurna lagi mulia itu.

 Ansori (2013:18) berpendapat Al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang sempurna. Dan disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang isinya tidak akan berubah sampai kapanpun.

3.      Tafsir QS. Al-Anbiya[21]:30

Surah Al-Anbiya’ adalah surah ke-21 dalam Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah sehingga termasuk golongan surah makkiyah. Pada surah Al-Anbiya' ayat ke 30 Allah SWT berfirman :

اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”(QS. Al-Anbiya’[21]:30).

 Menurut Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H. Ayat ini ditafsirkan memiliki makna Apakah mereka (yang kafir terhadap Rabb mereka dan mengingkari pengikhlasan ibadah bagiNya) tidak menyaksikan sebuah obyek kasat mata yang akan mengantarkan mereka menuju keyakinan bahawa Allah, Dia-lah Rabb segala sesuatu, Dzat Yang Maha Terpuji, Dzat Yang Mahamulia dan Dzat yang disembah semata. Dengan menyaksikan langit dan bumi, maka mereka akan menjumpainya dalam keadaan “suatu yang padu,” bagian ini (langit) tidak terlihat adanya mendung maupun hujan. Sementara itu, bagian yang lain (bumi) terlihat diam mati, tanpa tumbuh-tumbuhan padanya. “Kemudian Kami pisahkan,” langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuhan. Bukankah Dzat yang menciptakan mendung di langit, setelah kondisi cuaca cerah tanpa ada awan-awan tipis, dan menempatkan air yang deras di dalamnya, kemudian menghalaunya menuju daerah yang mati, yang penjuru-penjuru wilayahnya sudah penuh dengan debu dan airnya sudah semakin menipis, selanjutnya Dia menurunkan hujan di tempat itu, sehingga tanah menjadi bergoyang dan begerak serta berkembang dan menumbuhkan tanaman indah dari setiap jenisnya, yang beragam bentuk dan manfaatnya, bukankah demikian itu merupakan petunjuk bahwa Dia-lah Dzat yang Mahabenar, sedangkan selain-Nya merupakan sesembahan yang batil. Dia-lah Dzat Yang Menghidupkan orang-orang yang mati dan Dia-lah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Karena itu, Allah berfirman, “Maka mengapa mereka tiada juga beriman,” dengan keimanan yang benar, tanpa diselipi unsur keraguan dan kesyirikan.

Menurut Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI Orang-orang kafir tidak berpikir jernih dalam mengamati fenomena alam, padahal peristiwa yang ada di alam ini merupakan bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak. Allah bertanya,"dan apakah orang-orang kafir, kapan dan di mana saja mereka hidup, tidak memperhatikan secara mendalam bahwa langit dan bumi sebelum terjadi ledakan besar, keduanya dahulu menyatu, kemudian kami pisahkan antara kedua-Nya dengan mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi seperti apa adanya; dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; 'kehidupan dimulai dari air (laut), makhluk hidup berasal dari cairan sperma dan air bagian yang penting bagi makhluk hidup' maka mengapa mereka, orang-orang kafir itu tidak tergerak hatinya untuk beriman kepada Allah'"31. Pada ayat ini Allah mengarahkan pandangan manusia kepada gunung-gunung dan jalan-jalan, serta daratan yang luas di bumi. Dan kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh dengan maksud agar ia, bumi dengan putarannya yang cepat sekali itu, tetap mantap, tidak terjadi guncangan bersama mereka, manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan kami jadikan pula di bumi jalan-jalan yang luas supaya semua makhluk dapat dengan tenang menjalani kehidupan, dan pada akhirnya agar mereka mendapat petunjuk Allah, baik yang diberikan melalui wahyu maupun petunjuk Allah berupa fenomena alam yang membentang luas ini.

Menurut tafsir Ibnu Katsir Allah Ta’ala berfirman mengingatkan tentang kekuasaan-Nya yang sempurna dan kerajaan-Nya yang agung. {اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا} “Dan apakah orang orang kafir itu tidak mengetahui,”  yaitu orang-orang yang mengingkari Allah dan menyembah selain Dia. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa dalam menciptakan segala sesuatu lagi bebas dalam penataan, maka bagaimana mungkin layak Dia diibadahi bersama selain-Nya  atau disekutukan dengan selain-Nya ?. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya bersatu, yaitu seluruhnya sambung menyambung, bersatu dan sebagainya bertumpuk diatas nbagian yang lainnya pertama kali ?. Lalu, satu bagian yang ini terpecah belah , maka langit menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dunia  dan bumi  dipisahkan oleh udara, hingga hujan turun dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman. Untuk itu, Dia berfirman , {وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ } “Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak beriman ?.” Yaitu, mereka menyaksikan berbagai makhluk, satu kejadian secaara nyata . Semua itu adalah bukti tentang adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi Maha Kuasa atas yang dikehendaki-Nya.

Isma’il bin Abi Khalid berkata: “Aku bertanya kepada Abu Shalih al-Hanafi tentang firman-Nya {اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ }”Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.” Maka dia menjawab: “Dahulu langit itu satu, kemudian dipisahkan menjadi tujuh lapis langit. Dan dahulu bumi itu satu, kemudian dipisahkan menjadi tujuh lapis bumi.” Demikian yang dikatakan oleh Mujahid dan dia menambahkan: “Dahulu, langit dan bumi tidak saling bersentuhan.”

Sa’id bin Jubair berkata: “Bahkan, dahulu langit dan bumi saling bersatu padu. Lalu, ketika langit diangkat dan bumi dihamparkan, maka itulah pemisahan keduanya yang disebutkan oleh Allah dalam Kitab-Nya.” Al-Hasan dan Qaradah berkata: “Dahulu, keduanya menyatu, lalu keduanya dipisahkan dengan udara ini.”

Dan firman-Nya {وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ} “Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup,” yaitu asal setiap yang hidup.

Dari berapa tafsir yang berbeda tentang surah Al-Anbiya’ ayat 30, tidak ada perbedaan penefsiran antara tafsir Ibnu Katsir dengan tafsir yang lain yaitu bahwa orang-orang kafir tidak memperhatikan bahwa langit dan bumi itu dalam satu kesatuan yang padu. Hingga, Allah SWT memisahkan keduanya. Kemudian, diturunkan oleh-Nya air dari langit sehingga terciptalah kehidupan di bumi.

 

4.      Teori Big Bang

Dalam bahasa Indonesia Big Bang dapat diartikan sebagai “ledakan besar”. Istilah Big bang pertama kali diciptakan oleh ahli astrofisika asal Universitas cambridge Fred Hoyle pada tahun 1949. Istilah ini ia ciptakan dengan maksud untuk mengejek, karena ia sendiri tidak mempercayai teori Big Bang. Fred Hoyle sendiri merupakan salah satu tokoh yang menyatakan bahwa alam semesta selalu berada dalam keadaan tetap bahkan hingga waktu yang akan datang.

Teori Big Bang yang dikembangkan oleh George Lemaitre mengatakan bahwa, pada mulanya alam semesta ini berupa sebuah “primeval atom” yang berisi semua materi dalam keadaan yang sangat padat. Selain daripada itu, yang ada hanyalah kekosongan. Suatu ketika atom ini meledak dan seluruh materinya terlempar ke ruang alam semesta. Sejak itu dimulailah ekspansi (mengembang) yang berlangsung ribuan juta tahun, dan akan terus berlangsung jutaan tahun lagi. Timbul dua gaya yang saling bertentangan, yang sehingga alam semesta masih terus akan mengembang (ekspansi). Pada suatu saat nanti ekspansi tersebut pasti berakhir.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut Teori Big Bang, seluruh materi dan energi dalam alam semesta ini pernah menyatu dalam bentuk bola raksasa. Bola raksasa ini kemudian meledak dan seluruh materi mengembang karena energi ledakan yang sangat besar. Ledakan inilah yang kemudian disebut sebagai Big Bang.

Menurut George Gamow, setelah Big Bang terjadi, seharusnya masih dapat ditemukan sisa radiasi ledakan itu dan radiasi ini harus tersebar merata di alam semesta. Kemudian pada tahun 1965, radiasi itu tanpa sengaja ditemukan oleh Robert Prenzias dan Robert Nilson. Radiasi itu tidak berasal disatu titik tetapi tersebar merata seperti yang telah disebutkan oleh George Gamow. Radiasi ini kemudian dipercaya sebagai sisa-sisa dari peristiwa Big Bang.

 

 

5.      Bukti-bukti yang mendukung Teori Big Bang

·   Pengembangan alam semesta

Seorang ilmuwan bernama Edwin Hubble berhasil menemukan bahwa semua galaksi yang ada di alam semesta ini selalu bergerak menjauh satu sama lain dengan kecepatan tertentu. Hal ini kemudian yang membuat alam semesta selalu mengembang setiap waktu ke segala arah.

Saat Big Bang terjadi sejumlah energi yang sangat besar dikeluarkan yang menyebabkan partikel-partikel tersebar ke segala arah dengan kecepatan tertentu. Partikel-partikel inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal terbentuknya benda-benda langit. Energi kinetik pada benda benda tadi masih bertahan hingga sekarang. Karena energi itulah yang menyebabkan galaksi-galaksi di alam semesta ini masih terus bergerak menjauh. Sebagaimana roti yang semula hanya gumpalan kecil kemudian dioven hingga mengembang. Seperti itulah kiranya proses pembentukan alam semesta menurut teori Big Bang.

·   Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis

Ketika Big Bang terjadi seluruh partikel berhamburan ke segala arah. Partikel-partikel ini bergerak dengan kecepatan tinggi yang diakibatkan tingginya temperatur saat ledakan terjadi. Partikel-partikel tersebut terdiri atas, proton, elekton, neutron, foton, dll. Semua pertikel yang terpencar ke segala arah memiliki kemungkinan saling bertumbukan. Ketika foton bertumbukan dengan suatu partikel, foton tersebut dapat dipantulkan ataupun dihamburkan. Hamburan foton ini kemudian menghasilkan radiasi gelombang yang lama kelamaan panjang gelombangnya akan mendekati gelombang mikro. Hal ini terjadi karena ketika suhu turun, elektron mulai bergabung dengan inti atom. Sehingga, ketika terjadi tumbukan antara foton dan atom netral yang sudah terbentuk, foton lebih sering dipantulkan daripada dihamburkan. Radiasi gelombang mikro inilah yang diamati oleh Arno Penzias dan Robert Wilson.

 

b.      Hasil Kajian yang Relevan Sebelumnya

1.      Penelitian Nidaa UIKhusna

Menurut hasil penelitian Nidaa UIKhusna yang berjudul “Studi Komperatif Antara Teori-M Stephen Hawking dengan Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya, Kementrian Agama RI” dapat disimpulkan bahwa konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan sains tidak bertentangan dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur’an. Namun, perbedaannya adalah menurut Teori-M Stephen Hawking alam semesta menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan karena adanya hukum Fisika yang bekerja. Sedangkan dalam al-Qur’an, Allah SWT menciptakan alam semesta dari ketiadaan.

2.      Penelitian Mersi Hendra

Menurut hasil penelitian Mersi Hendra yang berjudul “Konsep Penciptaan Bumi dalam Al-Qur’an (Studi terhadap QS. Al-Anbiya’[21]:30) Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar” dapat disimpulkan bahwa pada zaman awal penciptaan alam semesta (penciptaan langit dan bumi) keduanya merupakan satu kesatuan yang berpadu satu, tidak tercerai, tidak tanggal. Maka lama kelamaan terpisah-pisahlah diantara satu dengan yang lain. Jadi firman Allah yang berbunyi “...fafataqnahuma…” merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada langit dan bumi (diumpamakan cairan atom/segumpal) pertamanya berupa Big Bang yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke segala penjuru, yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.

G. METODOLOGI  PENELITIAN

1.      Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20-27 Oktober 2021.

2.      Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madarasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Lombok Timur.

 

3.      Objek Penelitian

Objek pada penelitian kali ini adalah teori penciptaan alam semesta baik itu menurut Teori Big Bang ataupun Menurut QS. Al-Anbiya[21]: 30.

4.      Metode Pengumpulan data Penelitian

Pada penelitian kali ini peneliti menggunkan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data. Dimana peneliti akan mengumpulkan data dari dokumen, buku dan jurnal untuk mencari adakah hubungan antara teori pembentukan alam semsta dalam Al-Qur’an dengan Teori Big Bang.

5.      Metode Analisis Data

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metodologi korelasional. Dimana peneliti akan mencari hubungan antara dua variabel yang ada, yaitu teori pembentukan alam semesta dalam Al-Qur’an dengan Teroi Big Bang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

A.W. Munawir. 1997. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya : Pustaka Progresif.

Anshori. 2013. Ulumul Quran. Jakarta : Rajawali Press.

Deena, Maysa. 2019. Siap Jadi Juara Olimpiade Sains Nasional Astronomi SMA Sederajat. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS .

Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh. 2005. Tafsir Ibnu Katsir jilid 5. Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Hendra, Mersi. 2020. Konsep Penciptaan Bumi dalam Al-Qur’an (Studi terhadap    QS. Al-Anbiya’[21]:30) Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar. Bukittinggi : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Bukittinggi.

Quran Surah Al-Anbiya’ Ayat 30, https://tafsirweb.com/5542-quran-surat-al-anbiya-ayat-30.html. 15 Februari 2021 pukul 13.24.

Shihab, Quraish. 2007. Wawasan Al-Qur’an : tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat. Bandung : Mizan.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

UIKhunsa, Nidaa. 2013. KONSEP PENCIPTAAN ALAM SEMESTA (Studi Komperatif Antara Teori-M Stephen Hawking dengan Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya, Kementrian Agama RI). Jakarta : Fakultas Ushuluddin universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Yahya, Harun. 2003. Keajaiban Pada Atom. Bandung : Dzikra.

Yasin, Maskuri. 1995. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Zeilk, Michael dan Stephen A. Gregory. 1998. Introductory Astronomy & Astrophysics. United States : Saunders College Publishing.

Postingan populer dari blog ini

Teks Ceramah

 A. Definisi dan Ciri-Ciri Ceramah     1. Definisi Ceramah          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal atau pengetahuan. Ceramah juga berarti penuturan bahan pembelajaran secara lisan. Ceramah merupakan pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk mengenai suatu permasalahan kepada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Secara umum, ceramah mempunyai pengertian tentang suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu.         Pada dasarnya, pidato, ceramah, dan khotbah memiliki persamaan, yakni pengungkapan pikiran di hadapan banyak orang. Namun, dalam pelaksanaannya, antara pidato, ceramah, dan khotbah memiliki perbedaan. Pidato sering kita ikuti dalam acara-acara resmi, misalnya seminar, rafat pleno,. Ceramah diadakan untuk acara-acara tertentu, misalnya ceramah tentang kedisiplinan berlalu lintas, ceramah tentan

Teks Laporah Hasil Observasi

            Sebuah laporan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan. Kamu sering melakukan observasi atau pengamatan, tetapi belum memahami cara menyusun teks laporannya dengan baik. Untuk itu, kamu perlu memerhatikan penyusunan laporan hasil observasi yang kamu dengar atau kamu baca dari media televisi, koran, majalah, atau internet. A. Pengertian, Ciri-Ciri, Sifat, dan Contoh Teks Laporan Hasil Observasi 1. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi          Teks laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi/pengamatan. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi. 2. Ciri-Ciri Teks Laporan Hasil Observasi     Teks laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan teks lain.     1. Bersifat objektif, global, dan universal     2. Objek yang dibicar

ANEKDOT

A. Definisi. Ciri, dan Jenis Anekdot   1. Definisi Teks Anekdot     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau orang terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Orang-orang penting yang diceritakan dalam anekdot bermacam-macam, seperti tokoh politik, sosial, dan agama.  Sementara itu, peristiwa yang diceritakan dalam anekdot merupakan peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring perkembangan zaman anekdot juga digunakan untuk menceritakan tokoh dan peristiwa fiktif.     Anekdot mengandung humor. Humor dalam anekdot dibentuk dengan kelucuan atau kekonyolan tokoh. Tindakan ataupun ucapan tokoh menimbulkan humor karena adanya peristiwa ganjil yang mendasarinya. Humor juga dapat diciptakan melalui permainan kata, makna, ataupun pelesetan terhadap suatu kata ataupun frasa.     Humor dalam anekdot bukan hanya bersifat menghibur. Biasanya, dalam humor suatu anekdot terdap