Besok adalah
hari dimana ujian akhir semester dilaksanakan sehingga sekolah diliburkan untuk
persiapan. Jadi akupun merasa bisa sedikit bersantai sebelum menghadapi
rentetan ujian yang akan memberikan kemumetan untuk otakku. Apalagi, di hari
pertama ujian aku akan dihadapkan dengan soal-soal Fisika dan SKI, sungguh perpaduan
yang sangat sempurna sampai-sampai aku sangat berterimakasih kepada Pak Mulyadi-wakil
kepala sekolah Granada Islamic Boarding School-bidang kurikulum- yang telah
berbaik hati menyatukan kedua pelajaran tersebut dalam satu waktu.
Saat sedang
asyik-asyiknya berbaring sambil menonton drakor (drama korea) tentang dokter
dan tentara yang melaksanakan tugas di sebuah kota terpencil di Afrika -dan itu
semakin membuatku ingin menjadi dokter-, aku dikagetkan oleh sebuah suara.
“Woy Taniaa! Lagi
ngapain lo?” kata Ira -teman kamarku di asrama- yang tiba-tiba duduk dikasurku.
“Ck, apaan sih lo
dateng-dateng langsung teriak gitu. Ngagetin tau, lagi seru banget nih!” kataku
kesal.
“Astaga! Nih anak
bukannya belajar malah drakoran. Belajar woy! Besok Fisika loh, udah gitu sama
SKI lagi,” katanya sambil mengintip drama yang sedang kutonton.
“Tanpa lo ingetin gue
juga udah inget kok Raa, tapi kan kata Pak Malik kita itu gak boleh terlalu
stress mikirin pelajaran. Jadinya gue menghibur diri pake drakor, ” ucapku
kepadanya.
“Ini nih yang namanya
salah paham. Maksud Pak Malik itu kita jangan sampe stress karena terlalu
banyak belajar. Lah ini, lo belajar aja belum, gimana stressnya coba,” katanya
mengomeliku.
“Yaelah Raa, santuy
aja kali, belajar nanti malem juga masih bisa kali,” sanggahku.
“Emang ya ni anak, dibilangin
yang baik baik malah ngeles. Udah deh terserah lo aja, gue mau belajar dulu,”
ucapnya sambil berjalan menuju meja belajarnya.
“Bodo amat deh dia mau ngomong apa,” ucapku dalam
hati.
***
Kemudian aku pun melanjutkan tontonanku hingga beberapa episode,
dan tak terasa azan Ashar pun berkumandang. Akupun beranjak dari kasurku untuk
mengambil air wudhu dan pergi ke Musholla. Setelah sholat aku memutuskan untuk
belajar SKI. Namun setelah melihat
materinya yang begitu banyak, rasa malaspun menghampiriku sehingga akupun
beralih untuk belajar Fisika. Akupun memulai dengan mengerjakan soal-soal bab
satu tentang momen Inersia, namun aku hanya bisa menjawab beberapa soal standar
karena aku tidak terlalu mengerti. Sehingga aku merasa menyesal karena sering
tidur ketika Pak Malik menjelaskan, padahal beliau sudah menjelaskan dengan
sangat detail tapi tetap saja tak ada satupun yang benar-benar melekat di
kepalaku, aku hanya mengerti ketika beliau menjelaskan dan memberi contoh soal.
Namun saat beliau memberi tugas dan meninggalkan kelas, aku merasa penjelasan
beliau yang kutangkap tadi sirna begitu
saja. Entah mengapa bisa seperti itu, aku juga tidak mengerti.
Lalu aku mencoba mengerjakan bab dua, namun tetap terjadi
hal yang sama sehingga akupun menyerah dan memutuskan untuk belajar bersama
teman-teman sekelasku nanti malam.
***
Setelah melaksanakan sholat Isya, akupun membawa buku
Fisika dan SKI beserta perlengkapan tidurku ke ruang belajar di lantai tiga
asramaku karena aku berniat untuk menginap disana. Sesampainya disana, aku
menemukan teman kelasku, Tia dan Fira dan beberapa dari kelas lain sudah mulai
belajar. Kemudian aku bergabung dengan mereka dan kami membahas soal-soal yang
ada di buku, namun ketika masuk dua bab terakhir aku merasa sangat mengantuk.
”Hoaaam, ngantuk
banget gue,” ucapku, dan teman-temanku melihat ke arahku sambil menatapku
tajam.
“Eh kenapa? Kok kalian
ngeliatnya gitu banget?” tanyaku heran.
“Ini baru jam setengah
sebelas woy, cepet banget lo ngantuknya,” kata Tia- salah satu teman kelasku.
“Kan ngantuk itu
manusiawi guys, jadi wajar dong kalo gue ngantuk,” kataku.
“Tapi lo kan udah
tidur siang, masa baru jam segini udah ngantuk,” balas Tia.
“Dia mah bukannya
tidur siang malah drakoran,” sambut Fira.
“Pantes aja kalo gitu,
makanya kalo dikasi waktu buat istirahat itu ya istirahat jangan lakuin yang
lain. Gini kan jadinya sekarang,” ucap Tia kepadaku.
“Iyadeh gabakal gue
ulangin lagi kok, tapi gimana dong sekarang gue kan kalo udah ngantuk gabisa
loading apa-apa” kataku pasrah.
“Yaudah deh kalo gitu
lo tidur aja dulu ntar kita bangunin jam 11 deh, tapi kalo lo gak mau bangun ya
itu resiko lo sendiri ” kata Fira.
“Okedeh, gue tidur
dulu kalo gitu inget ya bangunin ntar,” kataku akhirnya.
“Iya elah bawel banget
dah, tidur aja cepetan ntar keburu jam 11,” omel Tia.
Kemudian akupun
tertidur, dan mereka melanjutkan belajar lagi. Namun rasanya baru sebentar
sekali aku memejamkan mata, aku sudah mendengar suara Fira.
“Taniaaa ayo bangunn!
Udah jam 11 nih,” ucapnya sambil menggoyangkan badanku, namun aku merasa mataku
tidak bisa terbuka hingga aku hanya menyahut padanya.
“Gue masih ngantuk
Fir, 30 menit lagi deh abis itu gue janji bakal bangun,” ucapku.
“Gak boleh! Ntar lo
malah keterusan sampe pagi,” omelnya.
“Tapi gue beneran ngantuk
banget nih,” kilahku.
“Yaudah, tapi ntar
kalo lo gak mau bangun jangan salahin gue loh ya,” lanjutnya.
Aku tak sempat
menjawab lagi karena aku sudah terlelap dan masuk ke dalam indahnya mimpi. Aku merasa tidurku sangatlah nyenyak hingga
sebuah suara membuatku terjaga.
“Ayoo bangun bangun!
Sholat tahajjud, mandi, belajar. Udah jam 3!” teriak Ustadzah Biba.
Akupun kaget dan
terbangun kemudian aku melihat sekeliling, teman-temanku sudah terbangun dan
sedang belajar. Seketika jantungku berdetak lebih cepat keringat dingin menetes
di dahiku, aku langsung teringat bahwa
aku belum selesai belajar fisika dan sama sekali belum belajar SKI.
“Nyenyak banget ya
tidurnya, baru bangun jam segini,” sinis Fira padaku.
“Kok lo gak bangunin
gue sih? Kan gue belum belajar!” keluhku.
“Heh enak banget ngomongnya,
kita tuh udah bangunin lo sampe tiga kali, lo-nya aja yang gak bisa bangun!”
ucapnya kesal.
“Iya bener tuh, kita
udah pukulin, cubitin tetep aja lo tidurnya kayak batu.” sambut Tia.
“Masa sih? Gue minta
maaf deh udah suudzon sama kalian. Kalo gitu gue balik ke kamar dulu,” ucapku
sambil beranjak dari tempat dudukku.
“Yaudah, jangan lupa
belajar ya,” ucap Tia.
Kemudian aku berjalan
dengan langkah gontai menuju ke kamarku. Sesampainya disana, aku langsung mandi
dan mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat tahajjud. Aku berdoa kepada
Allah agar ujianku hari ini berjalan dengan lancar, walaupun aku tau bahwa aku
tidak berusaha dengan maksimal. Setelah itu aku pun belajar SKI, namun aku baru
membaca sedikit ketika azan Subuh berkumandang. Maka akupun beranjak dari
dudukku dan berjalan menuju musholla. Setelah melaksanakan sholat dan sarapan,
aku kembali ke kamar untuk bersiap-siap dan ternyata jam sudah menunjukkan
pukul 06.15, sehingga setelah selesai menyiapkan semuanya aku langsung
berangkat ke sekolah.
Ketika aku tiba di
sekolah aku langsung menuju kelasku dan tidak menemukan siapapun disana.
Kemudian aku duduk di kursi dan mengerjakan soal-soal yang belum sempat kujawab
tadi malam. Jam menunjukkan pukul 07.15 ketika bel tanda masuk kelas berbunyi
dan aku masih belum sempat menyelesaikan semuanya, hingga aku hanya bisa pasrah
dengan semuanya.
“Assalamualaikum.
Selamat pagi anak-anak,” ucap Bu Lina selaku pengawas kami hari ini.
“ Waalaikumussalam, Bu,” jawab kami serempak.
”Hari ini kita akan melaksanakan ujian, mata pelajaran
pertama adalah fisika. Silahkan kosongkan meja dan siapkan alat tulis kalian
kemudian berdoa bersama ,” perintah
beliau.
“Iya Bu,” ucap kami lalu berdoa bersama.
Kemudian beliau mulai membagikan soal dan lembar jawaban,
dan mempersilakan menuis identitas terlebih dahulu. Setelah itu, kami
dipersilakan membuka soal dan menjawabnya dalam waktu 120 menit. Lalu aku
langsung membuka soal dan mengerjakannya.
Aku baru mengerjakan
setengah dari jumlah soal -dan itupun banyak yang terloncat- ketika bel
peringatan 10 menit dibunyikan. Akupun langsung panik dan ingin menangis saja
rasanya, lalu aku hanya menjawab apa yang aku yakini benar walaupun aku belum
menghitungnya. Aku benar-benar merasa pasrah dengan semua ini.
“Kringgggg… Kringgggg”
bel tanda waktu habis berbunyi.
“Waktu sudah habis.
Kalian bisa meninggalkan ruangan, tinggalkan soal dan jawaban kalian di atas
meja. Terimakasih,” ucap Bu Lina.
Kemudian akupun keluar
kelas dengan raut muka yang tak terbaca, aku ingin menangis dan marah dengan
diriku sendiri namun aku tau bahwa ini bukan waktunya. Sekarang aku harus
belajar SKI agar aku bisa menjawab soal-soalnya, tidak seperti fisika tadi.
“Lo rajin banget sih
,Tan. Udah istirahat masih aja belajar, mending ke kantin aja yuk!” ajak Tia.
“Enggak deh, gue belum
baca semua materi nih,” ucapku.
“Yaudah, lo mau nitip
sesuatu gak?” tanyanya padaku.
“Enggak Ti, makasih.
Gue masih kenyang nih,” jawabku.
“Okedeh, kita pergi dulu.
Byee,” ucapnya sebelum beranjak ke kantin.
Lalu aku melanjutkan
bacaanku. 30 menit kemudian bel masuk berbunyi, namun sekarang aku tidak merasa
gugup karena aku sudah belajar dengan maksimal. Kemudian aku masuk kelas, dan
ternyata soal telah dibagikan jadi aku langsung menjawabnya. Seperti yang sudah
kuduga aku bisa menjawabnya dengan lancar, sehingga aku bisa menyelesaikannya
sebelum bel berbunyi.
“Kringgg.. Kringgg,”
bel berbunyi kembali.
“Baik anak-anak, waktu
sudah habis. Silahkan meninggalkan ruangan, soal dan jawaban tetap diletakkan
di atas meja masing-masing,” kata Pak Ihsan selaku pengawas kami hari ini.
“Baik Pak,” ucap kami
serentak.
“Stand up please.
Let’s say greeting to our teacher,” pimpin ketua kelasku.
“Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,” ucap kami.
“ Waalaikumussalam
Warahmatullahi Wabarakatuh,” jawab Pak Ihsan.
Kemudian kami
meninggalkan ruangan dan kembali ke asrama. Setelah sampai di kamar, aku
langsung berbaring di kasur sambil memikirkan tentang fisika tadi. Aku masih
merasa kesal dengan diriku sendiri, namun aku tau itu tak ada gunanya lagi
karena hal tersebut sudah berlalu. Jadi aku berjanji pada diriku sendiri untuk
tidak mengulangi kesalahan yang sama di hari esok. Aku akan berusaha untuk
berubah menjadi lebih baik dengan rajin belajar dan tidak bermalas-malasan.