Rabu, 22 September 2019. Tepatnya pada pukul 24:00
Kevin dan Reno masih
terjaga di kamarnya. Kevin untuk menunggu pengumuman Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional yang diadakan oleh
Universitas Lampung. Waktu pun telah memasuki hari kamis Kevin dengan segera Kevin membuka laman
web universitas tersebut dan muncullah pengumuman daftar finalis LKTI yang akan
menuju ke babak final. Dengan hati yang berdebar-debar bercampur keringat dingin
yang terus bercucuran Kevin dengan pelan-pelan mescrol mouse
laptopnya sambil melihat satu persatu nama finalis yang lolos. Ketika tatapannya telah sampai
membaca pada kolom yang ketujuh, disana tertulis nama Kevin Sanjaya, Reno Barak dan SMA Harapan
Bunda yang sontak membuat paru-paru mereka terhenti bernapas sejenak. Setelah itu, mereka pun langsung berteriak
kegirangan.
“Alhamdulillah..... Tim Kita lolos
ke final Broooo”
“Gilaaaa nggak
nyangka Gua Vin.” Kevin dan Reno pun langsung sujud
syukur dan saling berpelukan sebagai bentuk kebahagiaan dan rasa syukur yang mereka dapatkan.
“Nggk sia-sia ya Vin perjuangan kita selama ini, akhirnya
tembus juga kita ke nasional,” kata Reno.
“Iya, memang Allah itu akan memberikan hambanya sesuai
dengan apa yang dia usahakan dan seberapa besar pengorban yang kita lakukan,” sambut
Kevin sambil mengelus-elus pundak Reno.
“Benar Kevin, emang Allah itu Maha Adil sama
hamba-hambanya.”
Setelah
beberapa menit berlalu, jarum pendek telah menunjuk ke angka satu. Rasa kantuk
pun mulai menyerang mereka setelah mencari informasi tentang mekanisme peserta
lomba untuk tingkat nasional.
“Huaaa...(sambil menutup mulutnya dengan tangannya) udah
capek gue ni Vin”
“Iya gue juga sama ni,” jawab Kevin dengan nada yang agak
kecil.
“Iya dah kalo gitu Bro, gue balik pulang dulu ya. Udah
larut malam ni juga”
Ketika Reno hendak membuka pintu kamarnya
Kevin. Tiba-tiba Kevin memanggil Reno dari belakang.
“O iya, ada gue pesan sesuatu ni ke elo”, dengan wajah
agak serius sambil menatap ke Reno
” Iya ada apa lagi?”
“Gue minta tolong ni. Kita ini baru lolos ke babak final,
berarti masih ada tahapan satu lagi untuk meraih peredikat juara. Jadi, jangan
sampai dengan kita baru lolos ke babak final ini kita bisa lupa daratan.
Artinya dengan apa yang kira raih saat ini jangan kita berubah menjadi sombong
dan ria. Soalnya hal itu yang bisa menghancurkan kita dalam waktu sekejap. Oke”
dengan bahasa yang lembut ke Reno.
“iya, pasti kok Vin” dengan santai Reno menjawab ujaran
dari Kevin.
“Oke dah, sampai ketemu besok di sekolah,” sambil membuka
pintu kamarnya Kevin.
Reno pun berjalan menuju rumahnya yang hanya
berjarak 2 rumah dari rumahnya Kevin. Saat di perjalanan, terbesit di dalam
hati Reno,
“Ini kalo di post di sosial media, pasti banyak yang akan
komen.”
Sesampai di rumahnya, Reno langsung mengambil
smartphonenya kemudian ia membuat instastory di sosmednya. Setelah itu
dia pun tidur.
Keesokan harinya, sesampai Kevin di sekolah
banyak sekali temannya yang mengucapkan selamat kepadanya.
“Selamat ya Vin, emang hebat Lo”, sambil tersenyum dan
menganggukkan kepalanya.
“Loh, siapa ya yang sudah membeberkan info kalo aku lolos
ke babak final lomba KTI di Lampung ini?” pertanyaan tersebut terbesit di
pikirannya.
Tanpa berpikir panjang Kevin langsung saja
masuk ke kelasnya untuk bertemu dengan Reno. Di dalam kelas, sudah banyak
temannya yang mengerumuni Reno untuk menanyakan dan memberikan selamat kepada Reno.
Dari depan kelas, Kevin langsung memanggil Reno dengan raut wajah yang kurang
enak. “Reno!” Dengan santai Reno menjawab panggilan dari Kevin.
“Eh Kevin. Selamat pagi bro. Ayo sini duduk dulu” Dengan
raut wajah yang sudah memerah Kevin menarik Reno dari kerumunan teman-temannya
itu kemudian membawanya menuju ke luar kelas.
“Eh, Ren. Baru tadi malam gue kasih tau Lo, buat jangan
ngepost info ini” dengan suara agak tinggi Kevin berkata seperti itu ke Reno.
“Sudah lah Vin, jangan terlalu di bawa serius. Wajarlah
kalo kita sampein info gembira ini ke temen-temen,” dengan gaya yang santai Reno
ke Kevin.
“Wajar gimana? Liat aja tadi, gimana senengnya Lo
menerima pujian dari temen-temen ni.” Sambil mendorong Reno.
”Santuy dong” Reno membalas dengan nada tinggi pula.
Kemudian Reno sambil menarik nafas dalam-dalam. Ia pun meminta maaf ke Kevin
atas perbuatan yang telah ia lakukan.
“Udah gue dah yang salah, gue minta maaf kalo dah lakuin
kayak gini. Gue nggk mau gara-gara ini kita bakalan gagal pergi ke Lampung buat
lomba.”
Dengan sabar pula, Kevin mengingatkan kepada Reno unuk
tidak terlena lagi atas prestasi yang didapatkan ini. Akhirnya mereka berdua
masuk ke kelas bersamaan.
“Kringgg...kringggg” beker pertanda istirahat, berbunyi.
“Reno, ayo kita pergi ke ruangannya Pak Budi. Buat ngasi
tau lomba kita ini sama minta arahan juga dari beliau”, ujar Kevin sambil
memegang pundak Reno.
”Oh iya. Ayo dah”, dengan nada agak terkejut.
Mereka berdua pun pergi menuju ke ruang guru
untuk bertemu dengan pembimbing KTI mereka Pak Budi. Sesampai di ruang guru,
terlihat di kursi tamu sedang duduk Pak Budi sambil membaca koran harian yang
di temani dengan secangkir kopi hangat di mejanya.
“Permisi pak” (sambil mengetuk pintuk ruang guru)
“Oh Kevin, Reno. Ayo sini duduk dulu!” Sambil tersenyum
pak budi menyuruh mereka berdua untuk masuk dan duduk di dekatnya.
“Maaf sebelumnya Pak. Hmm...jadi gini Pak. Alhamdulillah
KTI kami lolos ke babak final”. Kata Kevin ke Pak Reno sambil menundukkan
kepalanya.
“Alhamdulillah, syukur dah kalo gitu. Ternyata kalian
lolos ke babak final. Ini merupakan buah dari ikhtiar kalian selama beberapa
bulan ini yang patut bagi kalian untuk mensyukurinya”. Dengan bahagia dan
senyum yang lebar Pak Budi menyampaikan itu kepada Kevin dan Reno.
“Iya, Pak. Insyaallah sekitar 1 pekan lagi waktu yang
diberikan oleh panitia untuk persiapan persentasi karya tulis kita di sana Pak”
“Oh gitu ya. Kalo gitu mulai sekarang kalian fokusin dah
untuk persiapan presentasi kalian sama semua kebutuhan kalian pas lomba disana.
Untuk transportasi dan yang berkaitan dengan logistik nanti pak guru yang akan
urusin. Sekarang kalian tinggal berusaha semaksimal mungkin untuk disananya,
iya”
“Siap pak” dengan tegas mereka menjawab bersamaan
wejangan dari pembimbing KTI mereka itu.
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin, demi membawa nama
baik sekolah kita ini,” dengan semangat Reno berkata seperti itu ke Pak Budi.
Mereka berdua pun pergi meninggalkan ruang
guru dengan raut wajah yang bahagia. Saat perjalanan menuju kelas sambil mereka
berbincang-bincang.
“Ren, nanti sore kita kumpul ya buat kerjain KTI ni”
“Iya, pasti Bro”
Waktu sore pun telah tiba. Mereka pun bertemu
di Rumahnya Kevin untuk mengerjakan proyek KTI mereka. Namun, disaat Kevin
sedang sibuk mengerjakan proyek KTInya. Reno, sambil tiduran dia sedang asik
membalas chat dari teman perempuannya tanpa menghiraukan Kevin yang sedang
bekerja disampingnya. Akan tetapi, Kevin hanya diam melihat tingkah laku
temannya itu dia hanya menunggu kepekaan dari Reno untuk mau membantunya
mengerjakan KTI itu. Enam hari telah berlalu, kelakuan Reno tidak pun kunjung
berubah dia tetap sibuk dengan gawainya itu sambil senyum sendirian melihat
gawainya.
Saking geramnya melihat Reno yang asik bermain
gawai, Kevin pun dengan cepat mengambil gawai yang ada di tangan Reno kemudian
ia membaca chatan di gamainya Reno itu. Ternyata, Reno sedang chatan dengan
teman perempuannya yang sedang mengucapkan selamat dan menyanjung Reno atas
prestasinya itu.
“Reno, udah berapa kali saya bilang ke kamu. Kita itu
tidak boleh terlalu berbangga dengan apa yang kita dapatkan saat ini. ini itu
masih belum apa-apa. Masih ada tahapan selanjutnya. Jangan sampai gara-gara
kebanggaan mu ini membuat mu lupa akan tujuan utama kita” sambil melempar gawai
tersebut ke kasurnya.
“Eh, biasa aja elo. Gue kan Cuma balas chat dari teman
gua. Ndk papa juga kan mereka ucapin selamat ke Gua. Ini kan sebagai bentuk
penyemangat buat gua.”
“Penyemangat, ini yang kamu bilang penyemangat. Lihat sekarang,
kamu itu nggk pernah ikut kerja bantuin gua, kamu itu cuma fokus sama gawai mu
ajak selama ini. Seolah-olah kamu itu seperti orang yang lagi haus sama
sanjungan. Sadar nggak?”
Dengan merasa bersalah, Reno pun pergi dari
rumahnya Kevin. Sesampai di rumah, rasa bersalah Reno terus menghantuinya.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengechat Kevin untuk meminta maaf atas
perilakunya tadi.
Keesokan harinya, hari yang ditunggu-tunggu
pun telah tiba. Mereka pun telah mendarat di Bandara Internasional Lampung.
“Vin, Lampung ni Bro. Tumben gue kesini ni. Gila
bagusnyaaa” sambil membuat video di akun Instagramnya.
“iya, gue juga tumben kesini” dengan senyum tipis Kevin
meyahut.
Saat di dalam bis perjalanan menuju penginapan
“Reno, kata panitia ini. mulai besok kita akan presentasiin KTI kita” sambil
membaca chat dari grup WA finalis yang ia miliki. Reno hanya menganggukkan
kepalanya. Sambil fokus ngevlog di dalam bis yang mereka tumpangi itu.
Sesampai di tempat penginapan, Kevin pun
langsung beristirahat karena lelah dari perjalan jauh yang mereka tempuh sekitar
5 jam di perjalan udara. Namun, keadaan Reno sebaliknya. Dengan semangat ia
sangat ingin sekali pergi jalan-jalan untuk mengeksplor keindahan dari Kota Lampung.
“Vin, gue keluar bentar ya. Mau liat-liat daerah Lampung
bentar”
“Iya dah, tapi jangan sampai terlalu malam. Ingat besok
kita mau presentasi. Jadi kita harus fit besoknya ni. Ya”
“Siap pak ketua”
Akhirnya Reno pun pergi keluar dari
penginapan. Dia pergi mengelilingi daerah Lampung menggunakan ojek online yang
telah ia pesan sebelumnya. Saat di kendaraan, niat buruknya pun datang untuk ke
sekian kalinya ,” Ini kalo gue post ke instastory gua, pasti bakalan banyak
yang bakalan iri ke gua ni”
Tanpa menghiraukan nasehat dari Kevin, Reno
pun mengunggah video vlog yang telah ia buat di selama di Lampung itu.
Dan hasilnya banyak temannya yang iri kepadanya. Kemudian perasaan Reno pun
semakin berbangga atas prestasi yang ia dapatkan. Malam pun tiba, Reno kemudian
kembali ke tempat penginapannya untuk beristirahat.
Waktu yang meneganggkan pun telah tiba, satu
persatu para finalis mempresentasikan KTI mereka dengan baik dan memukau para
juri. Rasa deg-degan pun menghampiri Kevin ketika melihat penampilan dari para
finalis lain saat itu. Ketika nama mereka disebut untuk diminta memperestasikan
KTI mereka. Dengan percaya diri mereka berdua pun maju ke depan sambil membawa prototype
yang mereka bawa.
Mereka pun mulai mempresentasikannya. Kevin
dengan lancar menjelaskan produk yang mereka miliki. Namun, saat bagian Reno
yang mempresentasikannya. Reno merasa gugup dan keringat dingin bercucuran
dibadannya, akibat kurangnya penguasaan materi dan kurangnya latihan yang ia
lakukan selama ini.
Untung saja Kevin bisa mengambil alih dari
tugas Reno tersebut. Sayangnya, ketika mereka selesai mempresentasikan KTI nya,
raut wajah dari para dewan juri agak kecewa atas penampilan mereka yang
terkesan kurangnya kerja tim diantara mereka.
Setelah beberapa jam mereka menunggu di aula
kampus. Saat yang ditunggu akhirnya tiba, pada sore itu pula pemenang dari
Lomba KTI nasional yang diadakan oleh Universitas Lampung itu diumumkan. Semua
jantung para finalis disana berdebar dengan sangat keras karena mereka sangat
optimis akan pulang membawa tropi yang telah terpampang di atas meja panggung. Perasaan itu juga sedang
dialami oleh Kevin dan Reno. Setelah acara pembukaan dan sambutan berlalu,
tibalah waktu pengumuman dimulai. Penyebutan dimulai dari juara 3 sampai ke
atas. Rasa deg-degan pun semakin keras terasa, saat juara 3 disebutkan ternyata
bukan nama mereka yang disebut melainkan nama orang lain. Hal itu ter terjadi
sampai juara ke 2.
“Reno, masak kita nggk dapet ni?” dengan suara kecil ia
menanyakan hal itu ke Reno.
“Ndk kok, pasti sekarang nama kita yang akan disebut.
Yakin dah”
Di saat pembawa acara menyebutkan nama yang
mendapat juara 1. Ternyata bukan nama mereka yang terdengar, melainkan nama
orang dari sekolah lain yang disebut. Rasa kecewa dan sedih yang sedang mereka
rasakan saat itu. Malu dan menyesal itulah yang hanya ada dalam benak pikiran
mereka. Terlebih lagi Reno, ia merasa sangat bersalah ke Kevin atas perilakunya
selama ini yang telah menghiraukan nasehat dari Kevin. Dalam hatinya ia
berpikir, “coba aja gua dengerin kata Kevin, pasti tim gua nggak bakalan kalah.
Ini semua salah gua”
Disampingnya Kevin menagis akibat kekalahannya
itu karena merasa bersalah tidak memberikan yang diharapkan sekolah kepadanya. Reno
pun mengelus pundak Kevin sambil berkata,” Kevin, gua nyeselll banget udah ndak
dengerin nasehat lu, sudah terlalu menyombongkan diri atas apa yang kita
miliki. Ternyata bener kata lu, kesombongan kita sendiri yang akan membinasakan
kita.”
Mereka pun pulang tanpa membawa sebongkah
piala apapun. Cita-cita untuk membawa nama baik sekolah hanyalah sebagai mimpi
semata. Rasa malu dan bersalah terus-menerus melanda mereka akibat dari
kesombongan Reno selama ini.