Hati terasa remuk
Langit seakan runtuh
Kapal berlabuh terkoyak badai kehidupan
Angin hempaskan segala harapan
Tinggalkan angan-angan kehampaan
Tidak mungkin ini terjadi
Semua sudah diperhitungkan
Usaha sudah dikerahkan
Sekuat tenaga melangkah menuju harapan
Namun kenyatan hempaskan mimpi di tengah jalan
Apa daya hanyalah manusia biasa
Tak memiliki kuasa dalam menetukan
Ingin rasanya semua berjalan normal
Sesuai harapan menggapai tujuan
Namun ternyata tidak
Kenyataan tak sejalan dengan pemikiran
Takdir tak sejalan dengan kemauan
Apa daya hanya bisa pasrah dalam doa
Mungkin ini cara tuhan untuk memberi pesan
Agar merubah haluan dalam mencapai tujuan
Atau hanya sekedar ujian
Bagi ketegaran hati dalam mencari sang ilahi.
“Siapa sih yang bikin puisi kayak gitu?.” Ucap
siswi SMA bertubuh ideal dengan rambut lurus sebahu yang diombre warna merah
muda dan dibiarkan terurai, ketika membaca sebuah puisi entah karya seorang
siswa ataupun siswi yang ditempelkan di mading sekolah hari itu. Siswi itu
adalah Agnetta Laurinda Salvia,
biasa dipanggil Netta. Dia adalah anak angkat dari pasangan Alif dan Azura.
“Kurang kerjaan amat taruh puisi kayak gitu di mading sekolah!.” Lanjutnya
seraya pergi meninggalkan mading sekolah yang baru saja ia baca.
“Nettaa, dari mana aja sih daritadi? Lama banget!.” Tanya seorang siswi berambut hitam panjang yang terlihat sudah tidak sabar menunggu Netta di depan kelasnya. Siswi itu adalah sahabat Netta, Alena.
“Dari kamar mandi. Ngapain lo nunggu gue disini?.” Jawab Netta.
“Nih. Gue baru aja dapet alamat emailnya Gavin. Anak baru yang cool itu loh.” Lena memberikan sebuah potongan kertas kecil berisi alamat email tersebut.
“Gue gak butuh ini. Lagian gue gak tertarik sama cowok itu.” Ucap Anetta dengan malas.
“Jangan gitu dong Nett. Kamu belum bisa move on ya dari Alvaro?.”
“Jangan ungkit masa lalu deh. Masa lalu biarlah berlalu.” Ucap Netta kesal. Lena menatap Netta tajam dan seolah-olah mengatakan bahwa dia tidak percaya dengan apa yang Anetta katakan barusan.
Empat tahun yang lalu...
Ketika itu Anetta yang berumur 13 tahun dan baru saja masuk ke sebuah SMP terfavorit di Bandung bersama adik angkatnya yang hanya berbeda beberapa bulan darinya. Orang tua angkat yang mengadopsi Anetta termasuk orang kaya yang setiap harinya sibuk bekerja. Pada saat itu sedang diadakan MOS, kegiatan rutin yang dilakukan setiap kali penerimaan murid baru. Seorang senior laki-laki datang ke kelas Netta untuk memberikan arahan kepada junior-juniornya. Orang itu adalah Alvaro, ketua MPS di SMP tersebut. Sejak pertama kali melihatnya, Netta sudah sangat terpesona dengan wajahnya yang tidak terlalu putih, hidung mancungnya, mata hitamnya, dan badannya yang tinggi tegap serta kharisma kepemimpinannya.
Jika orang lain beranggapan bahwa itu hanya perasaan kagum saja. Yaa awalnya, Netta berpikir seperti itu juga. Namun, lama kelamaan Netta semakin tertarik kepadanya, Netta semakin penasaran untuk mengetahui segala sesuatu tentangnya. Setiap hari Netta memperhatikan Alvaro diam-diam dan memikirkannya setiap saat. Netta tidak berani mengungkapkan perasaaannya. Karena Alvaro terlalu sempurna, begitu populer, dan banyak yang mengaguminya, bahkan mencintainya.
Sudah hampir dua tahun, Netta memendam perasaannya kepada Alvaro. Dari banyaknya cara seseorang mencintai orang lain, mencintai diam-diam adalah yang paling menyakitkan. Akhirnya keesokan harinya, Netta memutukan untuk pergi menemui Alvaro dan mengungkapkan persaannya selama ini. Setelah sampai di depan kelasnya, hati Netta berdegup sangat cepat, wajahnya begitu panas, dia gugup sekali.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba seseorang teman kelas Alvaro menghampiri Netta. “Mau ketemu siapa dek?.” Ucapnya.
“A.. Aku ingin bertemu.. Kak Alvaro.” Ucap Netta dengan gugup.
“Dia tidak masuk hari ini. Ada acara keluarga katanya.”
“Oo ya sudah kak. Kalau begitu aku pamit dulu kak. Makasih ya kak.”
Saat itu Netta merasa sangat kecewa karena tidak bisa bertemu Alvaro. Setalah kejadian tersebut, Netta memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Saat dirumah, Netta dikejutkan oleh sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan ataupun bayangkan selama ini. Alvaro, orang yang selama ini yang Netta cintai ada dirumahnya. Alvaro duduk di sofa ruang tamu bersama kedua orang tuanya. Dan disitu juga terdapat orang tua dan adik angkat Netta. Mereka seperti sedang mendiskusikan sesuatu yang sangat penting.
“Netta, kenalkan mereka adalah calon keluarga
baru kita.” Kata ibu. Netta semakin penasaran dengan apa yang ibunya ucapkan.
“Iya betul kak. Dia adalah calon tunanganku. Namanya Alvaro.” Kata adik angkat Netta.
Mendengar hal tersebut perasaanku sangat kacau. Tanpa berkata apapun Netta langsung berlari ke kamarnya dengan menahan tangisnya. Mereka heran dengan kepergian Netta yang tiba-tiba. Di kamar, Netta sangat ingin menangis tapi ia tak bisa. Hatinya sangat sesak. Bahkan bernafas pun sangat sulit. Menahan sakit yang sangat dalam yang tak bisa ia keluarkan membuatnya lelah dan tertidup lelap.
Saat Netta bangun, ia merasa bangun dari tidur yang sangat panjang. Netta tidak mengingat apapun. Beberapa menit kemudian, ibu masuk ke dalam kamarku.
“Netta, kamu udah sadar?.” Tanyanya.
“Emangnya aku kenapa?”
“Kamu tidur sudah 2 hari dan baru bangun sekarang. Kamu bahkan melewatkan acara tunangan adikmu tadi malam.” Ucap ibu.
Netta seperti mendapat guncangan yang dahsyat dengan mendengar ucapan ibunya tadi. Semenjak kejadian tersebut, Netta mengurung dirinya di kamar selama seminggu. Netta merasa hidup tapi tidak, mati tapi tidak juga. Setelah merenung selama seminggu, akhirnya Netta tersadar. Hidupnya masi panjang. Netta harus bisa melupakannya bagaimanapun caranya.
“Netta! Kenapa ngelamun sih?.” Ucap Alena
membuyarkan lamunan Netta.
“Gak apa apa. Udah mau bel nih. Masuk kelas yuk!.” Ajak Anetta mengalihkan pembicaraan. Sejak saat itu, Netta berpikir untuk fokus terhadap pendidikan dan masa depannya saja.
Satu hal yang harus diketahui. Semakin besar
kau berharap maka semakin besar luka yang akan kau dapat. Kita hanya boleh
berharap kepada Allah SWT. Karena Allah tidak akan pernah mengecewakan kita.