Langsung ke konten utama

La: Relasi Dunia

 

          “Aku… berada dimana ?” Ucapku.

Bagaimana aku tidak kebingungan, ketika aku membuka mataku aku terkejut melihat tempat di sekitarku. Aku tidak mengingat apa-apa saat itu, yang kuingat hanyalah namaku. Disana aku melihat benda-benda hijau mengelilingiku, diatasku ada benda yang bersinar serta menjulang tinggi. Cahayanya begitu terang dan panas, mataku tak sanggup melihatnya.

“Benda apa ini? Cahayanya begitu terang.” Ucapku.

Setelah itu, akupun berdiri, aku mencoba untuk berjalan. Dalam perjalanan, aku melihat benda yang lain lagi. Benda yang tinggi, menempel di tempatku berdiri, atasnya dipenuhi cabang, dan di cabangnya dipenuhi oleh benda hijau yang berbeda dengan benda hijau yang kupijak sejak tadi. Tapi, benda hijau itu, menghalangi cahaya terang dari benda yang di atas itu.

“Bagaimana bisa cahaya yang seterang itu tidak dapat menembus benda hijau yang diatas itu, padahal cahayanya begitu terang menyilaukan mataku.” Begitu pikirku.

Aku pun beristirahat di bawah benda itu. Entah mengapa, ketika aku berada di bawah benda itu, aku merasa sangat nyaman. Karena telalu nyaman berada di bawah benda itu, aku pun tertidur.

 Saat tertidur, aku memimpikan tentang sebuah tempat, tempat yang sangat luas, menurutku luasnya sama seperti tempatku sekarang ini. Di sana, aku melihat makhluk-makhluk yang sama rupanya seperti diriku, mereka semua sangat beragam rupa dan warna. Mereka di sana saling menyakiti, menyiksa, dan membunuh satu sama lain. Selain itu, aku juga melihat makhluk itu sedang bersenang-senang bersama makhluk yang lain, dan di lain sisi aku juga melihat makhluk itu terlihat sangat kesusahan. Apa yang terjadi kepada mereka, hidup mereka sangat berbeda, kenapa mereka tidak saling membantu satu sama lain, bukannya mereka semua sama sepertiku ? Setelah itu, aku melihat makhluk itu bersama dengan makhluk yang lain. Entah apa yang mereka lakukan, gerakan mereka sangat aneh, mereka saling memasukkan bagian tubuh mereka ke makhluk yang lain dan setelah itu, mereka memberikan benda tipis yang banyak ke makhluk yang mereka masuki tadi.

Mimpiku semakin dalam, aku melihat benda tempatku istirahat ini, dirusak oleh makhluk-makhluk sepertiku juga. Aku tidak mengerti maksud mereka melakukan itu, setelah mereka merusak benda itu, mereka malah membuat tempat yang mereka gunakan untuk istirahat bersama dengan makhluk-makhluk yang lain. Setelahnya aku melihat makhluk lain, mereka seperti tidak memiliki akal dan pikiran, bentuknya juga sangat berbeda dariku, ada yang kakinya lebih banyak dariku, ada yang kulitnya lebih tebal dariku, ada yang berleher panjang, hidung panjang dan lain sebagainya. Awalnya mereka hidup dengan tenang, tetapi saat makhluk yang sepertiku itu datang, makhluk itu membunuh mereka dan mengumpulkannya untuk dijadikan berbagai macam hal. Dan ketika mereka telah berkurang, makhluk itu mengurung mereka di sebuah tempat untuk dipertontonkan.

Semakin dalam mimpiku, semakin aneh yang kulihat. Aku melihat tempat luas yang berisi, aku tidak tahu isi dari tempat itu, yang kulihat benda itu bergerak-gerak. Makhluk-makhluk sepertiku menjadikan tempat itu sebagai tempat untuk membersihkan tubuhnya dan benda-benda yang dimilikinya, mereka seakan-akan ditelan oleh tempat itu. Dan tak henti-hentinya aku dibuat heran oleh kelakuan makhluk-makhluk itu, mereka membuang sesuatu yang menjijikkan ke tempat itu, dan mempersempit tempat itu.

Aku pun bangun dari mimpiku, entah apa maksud dari mimpiku itu, aku tidak mengerti. Saatku membuka mata, aku melihat sebuah benda, bentuknya hampir sama seperti tubuhku. Saat aku bermimpi tadi, aku melihat benda itu dibuat oleh makhluk sepertiku. Mereka membuatnya dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan mereka.

Aku mencoba untuk menyentuhnya dan sesaat sebelum aku menyentuhnya, benda itu berdiri dan berbicara kepadaku.

“Halo manusia, hari yang cerah untuk beristirahat di bawah pohon bukan ?”

Aku kebingungan dengan apa yang dia katakan. Manusia ? Pohon ? apa itu ? aku pun menanyainya tentang perkataannya dan tempat ini.

“Apa itu manusia ?” Tanyaku

“Manusia itu, adalah dirimu ini, makhluk yang berakal, berperasaan, dan berkeinginan tinggi namun hanya mengikuti naluri dan nafsu mereka layaknya seekor binatang.”

“Lalu, binatang itu apa ? Oh ya tadi kamu mengatakan pohon, pohon itu apa ?”Tanyaku kembali.

“Binatang itu, adalah makhluk juga sepertimu tapi mereka tidak berakal, mereka hanya melakukan apa yang mereka ingin lakukan, ketika mereka ingin makan, ketika mereka memertahankan wilayah mereka, ketika mereka ingin mencari pasangan, mereka belomba-lomba untuk membunuh sesama mereka.” Jawab benda itu, setelah itu benda itu menjawab kembali pertannyaanku.

“Pohon itu, makhluk sepertimu juga, mereka memang makhluk hidup, tapi mereka sama sekali tidak memiliki akal dan nafsu, mereka tidak bisa bergerak bebas seperti makhluk yang lainnya, mereka membuat makanan mereka sendiri dari lingkungannya dan akhirnya makhluk lain mengambilnya begitu saja.” Jawabnya.

Aku mencoba mencerna kata-katanya, masih banyak kata yang tidakku mengerti saat itu, aku menanyakan apa yang masih tidak ku mengerti lalu benda itu menjawab pertanyaanku. Sudah berapa banyak pertanyaan yang ku tanyakan ke benda itu, benda itu masih bisa menjawabnya.

“Hmm… menurutmu kita berada di mana sekarang ?” Pertanyaanku tidak habis-habisnya saat itu.

“Kita saat ini berada di dunia ‘irasional’, dunia hampa, tak terbatas luasnya, dan tidak dapat dicapai oleh akal manusia.” Jawab benda itu semakin membuatku tidak mengerti tentang dunia ini.

Tiba-tiba, benda itu menjulurkan tangannya ke hadapanku, dia seakan-akan ingin mengajakku untuk berkeliling tempat ini. Kuraih tangannya dan berdiri, kami pun berjalan menelusuri dunia ini. Tengah perjalanan kami menemukan tempat baru, tempat yang kulihat  di mimpiku, di mana manusia sepertiku membersihkan tubuhnya. Aku kembali bertanya ke benda itu, dia menjawabku.

“Itu laut, tempat yang indah bukan ? Tidak seperti duniaku. Yah, walaupun aku tidak memiliki perasaan, ‘tapi aku bisa mengerti perbedaan dunia ini dengan dunia asalku.”

“Memangnya duniamu itu seperti apa ?” Tanyaku.

“Duniaku… entahlah, aku tidak bisa mendeskripsikannya, soalnya duniaku itu lebih tidak rasional dari dunia ini.” Jawab benda itu membuatku penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi di dunianya, Apakah benar kondisi dunianya seperti mimpiku tadi. Aku merasa ingin ke sana untuk melihat dunia itu langsung dengan mata kepalaku sendiri.

Kami melanjutkan perjalanan, aku berjalan sambil melihat sekitar. Walau yang terlihat hanya benda benda hijau kecil yang terhampar luas. Setelah lama berjalan, aku melihat benda hijau yang sangat besar. Awalnya aku mengira benda besar itu adalah benda hijau kecil yang kuinjak ini, tapi setelah kutanya ke benda itu, dia berkata bahwa itu bukanlah benda, tapi itu adalah tempat yang disebut pegunungan.

Kami terus berjalan sampai benda yang bersinar di atas itu hampir jatuh. Aku bertanya-tanya, apa yang terjadi kalau benda bersinar itu jatuh ke tempat ini. Benda itu lalu menjawabku, bahwa benda bersinar itu tidak jatuh, tetapi pergi menjauhi kami.

Tak lama kemudian, benda bersinar itu menghilang, tempatku menjadi gelap karena tidak ada cahayanya. Kamipun diam dan beristirahat. Kulihat atasku begitu banyak benda kecil yang bersinar, cahayanya tidak begitu terang dan tidak panas sama sekali.

“Itu adalah bintang, mirip seperti benda yang bersinar tadi, namun tempatnya jauh lebih tinggi dari benda itu.” Jawab benda disampingku.

Tadi kamu bertanya seperti apa duniaku di sana, Apakah kamu ingin tahu tentang duniaku ?” Benda itu bertanya kepadaku.

“Iya.” Aku menjawabnya dengan cepat.

Benda itupun bercerita tentang dunianya, dia menyebutkan banyak sekali tempat dan benda yang belum kutahu. Dia terus bercerita hingga akupun tertidur.

Saat aku bangun.

“Di…mana ini ? nyaman sekali disini.” Kataku keheranan.

Aku melihat sekitar, dan ternyata aku sudah berada di dunia lain dengan wujudku yang lebih besar. Entah mengapa, saat aku berada di dunia ini aku mengetahui benda-benda yang ada disini, apa karena benda itu aku tidak tahu.

“Oh, jadi ini yang disebut ranjang kayu, memang nyaman sih tapi… hmm, ini kayu ?, kayu itu dari mana ?.”

Aku berdiri dan berkeliling di sekitar tempatku berada.

“Apakah ini yang disebut rumah ?, Eh… tunggu dulu tempat ini dibuat dari apa, tempatnya begitu panas, mungkin aku harus keluar dulu dari tempat ini.”

Aku keluar dari tempat itu, di luar sana aku melihat wilayah yang sangat damai, orang-orangnya hidup dengan tentram, suasana disana menyejukkan diriku yang kepanasan di dalam rumah tadi. Sesaat aku melihat luar, aku melihat ke atas. Disana aku melihat benda yang mirip dengan benda bercahaya di dunia tempatku sebelumnya.

“Heee, apakah itu matahari ? berarti adakalanya dia akan menjauhi tempat ini.”

Aku mencoba berkeliling di sekitar wilayah itu.

“Whoaa… benar-benar wilayah yang sangat damai, apakah ini dunia yang diceritakan oleh benda itu ? hehehe, memangnya ini tahun berapa, apakah disini ada yang namanya televisi  ?” Aku berbicara sendiri sambil berjalan.

Aku sangat senang berada di tempat itu, penduduknya memiliki kepercayaan yang berasal dari langit, Tuhan yang mereka imani berbeda-beda, namun mereka saling menghormati satu sama lain. Tidak ada rasa dendam dan iri hati di antara mereka, mereka saling membantu satu sama lain, mereka berdagang tanpa ada kecurangan, mereka saling bertegur sapa, dan ketika kelompok satu beribadah, kelompok yang lain tidak mengganggunya.

Setelah lama berkeliling tempat itu, matahari sudah pergi menjauhinya. Aku segera kembali ke rumahku. Setelah tiba di rumah, aku menulis pengalamanku di sebuah lembaran. Entah lembaran apa itu, aku tidak tahu betul dari apa benda itu dibuat. Aku menulis semua yang kulihat di tempat ini, hingga aku tidak sadar aku telah tertidur sambil memegang penaku.

Tempat kedua, saatku membuka mata sudah ada monitor komputer di depanku dengan tulisan yang sudah kutulis di dalamya.

“Tung… tunggu dulu, bukanya aku…, hmm apakah ini yang disebut superpower ?” Aku berbicara sendiri sambil memerhatikan tubuhku yang agak berbeda dari tubuhku sebelumnya. Di tempatku sekarang, tubuhku seperti lebih besar dibandingkan dengan tubuhku sebelumnya. Akupun mencoba berkeliling rumah. Disana aku menemukan sebuah cermin, aku melihat diriku di cermin itu.

“Heee… jadi begini wujudku ketika remaja, hmm… diriku lumayan juga” Kataku di depan cermin. Setelah itu aku berjalan ke lemari dan membukanya. Aku melihat pakaian yang sangat banyak dan mataku salah fokus saat melihat pakaian yang sangat aneh menurutku.

“Pakaian jenis apa ini, apakah di dunia ini aku harus memakai pakaian ini, bukannya sekarang aku sedang memakainya juga, ya… memang lebih nyaman sih dibandingkan saat aku tidak memakainya di tempatku sebelumnya. Dadaku jadi tertahan karenanya.”

Aku kembali berkeliling hingga aku menemukan benda yang kucari di tempatku sebelumnya.

“Jadi seperti ini bentuk televisi itu, bentuknya hampir mirip seperti komputer itu sih… tombol power-nya mana ya ?”

Setelah itu aku menyalakan televisi itu. Disana, aku melihat tayangan di sebuah tempat  yang terjadi peperangan memerebutkan wilayah. Disana terdapat dua pihak, pihak pertama yaitu pihak bersenjata yang ingin memerebutkan wilayah itu dan pihak kedua adalah orang-orang yang ingin memertahankan wilayah mereka hanya dengan batu dan teriakan nama Tuhan mereka. Tayangan itu membuatku merinding saat itu, melihat ketidak-adilan yang ada di sana membuatku tidak bisa berpikir secara logis. Saat sedang menonton, aku dibuat kaget dengan tayangan itu. Aku melihat manusia-manusia dengan bentuk wajah yang sama persis dengan bentuk wajah manusia di tempatku sebelumnya itu. Setelah menonton tayangan itu aku mencoba mencari tahu tempat peperangan itu di internet dan yang aku dapat adalah tempat yang sama persis dengan tempatku sebelumnya.

“Tunggu dulu, bukannya leluhur mereka hidup dengan damai pada zaman dulu ? ada apa dengan mereka sekarang ?” kataku sambil memahami apa yang terjadi sebenarnya. Dan akhirnya aku menyerah untuk memikirkannya.

“Dunia ini, sangat tidak masuk akal.” Akupun berkata demikian.

Aku pergi keluar rumah untuk mencari ketenangan sehabis melihat tayangan yang tidak masuk akal itu. Saatku keluar rumah, aku melihat dunia yang berbeda. Manusia di sana sangat banyak, udaranya sangat kotor, ketenangan yang aku inginkan dicemari oleh bisingnya suara kendaraan dan manusia di sana.

“Aaaah… cukup, aku tidak tahan dengan suara ini.” Aku marah dan masuk kembali ke rumahku.

            Di dalam rumah, aku tidak tahu ingin melakukan apa, yang kulakukan hanya berbaring di atas ranjang kayu dengan kasur yang empuk sambil memikirkan tentang dunia ini. Tiba-tiba muncul di benakku untuk mencari sesuatu di internet. Aku mencari asal usul dari dunia ini, dan yang kutemui hanyalah asumsi-asumsi yang menurutku belum tentu benar kenyataannya.

            Big bang, Revolusi, Geosentris, Apa maksud semua ini ? Ini semua tidak masuk akal. Apakah mereka hidup disini hanya berbekal teori yang disepakati para pemimpin mereka tanpa ikut berpikir apakah teori-teori itu benar ?” Aku berkomentar seperti itu dan setelahnya, aku mematikan komputerku dan kembali berbaring.

            “Heeeh… Apakah ini yang disebut dengan stress ?” Kataku saat berbaring sambil membayangkan semua hal yang sudah kubaca. Beban pikiranku terlalu banyak saat itu, padahal aku baru tiba di dunia ini. Otakku serasa ingin meledak ketika membayangkan semua peristiwa di dunia ini. Hal-hal logis yang tidak masuk akal selalu muncul di dunia ini. Apakah ini yang disebut dunia nyata dan ‘rasional’ ?

Setelah membayangkan semua teori itu, aku tertidur. Saatku bangun di tempat ketigaku di dunia ini, aku berada di tempat yang ramai namun memiliki pemandangan yang indah. Lautan membentang luas di depanku, deburan ombak, suara angin, penampakan pulau di kejauhan dan juga gunung-gunung yang nampak di belakang membuat pikiranku yang awalnya ingin meledak menjadi lebih santai. Tubuhku juga semakin besar menurutku.

“Hmm… Sekarang keanehan apa yang terjadi, wah ada ransel.” Tanpa pikir panjang aku berkata seperti itu sambil melihat isi ranselku.

“Wah… apakah ini smartphone-ku, aku tidak yakin dengan hal ini padahal aku belum membelinya.” Kataku saat melihat benda canggih itu berada di dalam ransel-ku. Aku mengecek kembali isi ransel itu dan aku menemukan sebuah pistol.

“Tunggu, ini mau kuapakan ini benda. Hmm… setidaknya kusimpan dulu aja.” Pikirku sambil menyembunyikan pistol itu di dalam ransel-ku.

Aku berkeliling di sekitar tempat itu sambil menikmati keindahan yang dimiliki pantainya dengan pakaian yang menurutku sangat terbuka. Sebenarnya aku sangat malu mengenakan pakaian seperti itu, tapi saat aku melihat orang-orang disana mungkin mengenakan pakaian seperti ini di pantai sudah menjadi tradisi mereka.

Saat berada di pantai ini, aku mengingat kembali mimpiku yang dulu dimana manusia-manusia membuang hal-hal yang menjijikan. Aku langsung ingin membuktikan mimpi itu apakah mimpi itu benar atau tidak.

Aku berjalan mengikuti garis pantai dengan mengenakan pakaian itu yang ditutupi oleh jaket kulit berwarna merah tua. Selama berjalan, aku merasa orang-orang di sekitarku menatapku. Mereka menatapku seperti sebuah mainan yang ingin dimainkan. Aku mulai curiga saat itu, apa yang sedang mereka pikirkan.  Aku terus berjalan mengikuti garis pantai itu yang kulihat hanyalah pemandangan lautan dan pantai yang bersih tanpa adanya sampah dan limbah disekitarnya dan aku berjalan semakin jauh hingga aku menemukan jalan buntu.

“Oh… mungkin mimpiku yang seperti itu tidak benar kenyataannya. Ya jadinya sekarang aku harus kembali ke tempatku tadi.” Aku berkata seperti itu dan kembali menuju tempatku tiba tadi.

Saatku berbalik badan, aku terkejut melihat dua orang sudah berdiri di belakangku. Mereka tersenyum ke arahku sambil melihat tubuhku dengan menunjukkan respon yang agak aneh. Saatku melewati mereka, tiba-tiba salah satu dari mereka memegang erat kedua tanganku. Aku mencoba melawan dan melepaskan tanganku, namun orang yang satunya mengikat kakiku. Aku berteriak meminta tolong akan tetapi tidak ada satupun orang yang datang menolongku. Akhirnya mereka mengikat tanganku dan akupun tidak dapat bergerak sama sekali.

Aku bertanya kepada mereka, sebenarnya apa yang ingin mereka lakukan kepadaku. Respon mereka hanya tersenyum kepadaku, mereka mengangkatku menuju ke sebuah rumah, aku melihat sebuah kapak di sana. Di rumah itu, mereka mulai memainkanku, mereka menjilati tubuhku, aku merasa tidak nyaman dengan hal itu. Aku terus melawan walaupun aku tahu perlawananku sia-sia.

Tak lama kemudian, mereka mulai menelanjangiku. Mereka kembali menjilati tubuhku, mereka memainkan tubuhku semakin kasar, jari-jari mereka menyentuh bagian tubuhku yang sensitif. Betapa malunya aku saat itu, kakiku direntangkannya hingga bagian bawah tubuhku terlihat dengan jelas oleh mereka. Bagian tubuhku yang tidak pernah kulihat sebelumnya dilihat oleh mereka bahkan mereka memotretku dan merekamnya.

Setelah itu mereka mulai melepas pakaian yang mereka kenakan. Saat itu aku sadar tentang apa yang mereka ingin lakukan. Kejadian yang muncul di mimpiku, dimana manusia saling memasukkan bagian tubuh mereka untuk bersenang-senang dan benar saja, mereka melakukan hal tersebut kepadaku. Awalnya aku berteriak kesakitan, namun setelah lama mereka melakukannya tubuhku terasa sangat aneh, pikiranku seakan-akan melayang, rasa stresku karena memikirkan dunia ini hilang akibat hal itu.

Mereka terus-terusan melakukan perbuatan itu kepadaku, mulutku, bawahku, belakangku mereka permainkan, hingga cairan yang ada di dalam mereka keluar memasuki tubuhku. Bagian dalam perutku terisi dan terasa aneh, diriku basah bermandikan keringat, pikiranku kososng akibat perbuatan mereka itu.

Setelah mereka melakukan itu kepadaku, mereka melepaskanku. Perlahan, mereka mulai mengendorkan ikatan tali yang ada pada tanganku. Setelah aku bisa bergerak bebas, mereka memberikanku uang yang banyak. Dari sana aku tersadar, manusia-manusia seperti mereka, adalah perusak dunia ini. Apapun yang mereka inginkan, mereka selalu mendapatkannya hanya dengan uang, bahkan uangpun mereka dapatkan dengan uang itu. Manusia di wilayah yang berbeda sedang berjuang untuk bertahan hidup dalam kerasnya dunia ini sedangkan mereka menghabiskan uang mereka hanya untuk kesenangan yang singkat.

Aku berdiri dan berjalan mengambil kapak yang kulihat tadi kemudian aku berkata kepada mereka saat mereka akan pergi meninggalkan rumah.

“Kalian, tidak pantas di dunia ini.”

Aku berlari dan mengayunkan kapak itu ke arah kaki mereka. Kapak itu tepat mengenai kaki mereka berdua. Mereka terjatuh dan berteriak kesakitan, aku kembali mengaynkan kapak tersebut dan akhirnya kaki mereka terpotong. Mereka sudah tidak bisa berjalan lagi, mereka berteriak sangat keras. Aku mengambil beberapa batu dan tali kemudian aku mendekati mereka kembali. Akupun mengikat tangan mereka, tak henti-hentinya mereka berteriak saat itu.

“Aaaah… bising, aku tidak tahan mendengar suara kalian, kalian lapar atau bagaimana ? ini batu untuk kalian.” Kataku sambil memasukkan batu ke mulut mereka satu per satu. Aku tertawa saat melihat mereka tersiksa.

“Aaaaahahaha, bagaimana ? oh ya, ini aku masih telanjang, apa kita akan bermain lagi ? aku masih pengen ni.” Kataku kembali kepada mereka sambil memasukkan batu sampai mulut mereka dipenuhi batu. Setelah penuh, aku mengikat rahang mereka hingga rahang mereka tidak dapat mereka gerakkan. Setelah itu, aku mulai memainkan tubuh mereka. Aku melakukan semua yang mereka lakukan kepadaku sebelumnya, hingga mereka mati karena kehabisan darah.

“Haaah ? cuma sampe segini ? masuk aja belum.” Kataku.

Aku sangat puas saat melihat penderitaan mereka, tidak henti-hentinya aku tertawa saat itu. Akupun mengenakan pakaian dan jaketku lalu pergi meninggalkan mayat mereka berdua.

Setelah kembali, aku pergi ke penginapan. Aku langsung berbaring di kasur sambil memainkan smartphone yang kebetulan ada di ransel-ku. Disana, aku melihat memo, isi memo itu adalah tulisan yang pernah kutulis di zaman sebelumnya. Zaman dimana manusia masih hidup damai tanpa ada permasalahan. Aku menangis saat membacanya, aku benar-benar merindukan zaman itu.

 Selesai kubaca, aku menulis tentang pengalamanku di zaman ini. Air mataku tak berhenti mengalir saat aku mengetik kata demi kata di memo itu.

“Aku, sudah rusak.”

Itulah kata terakhirku di memo itu. Walaupun aku sudah berhenti menulis, air mataku tidak bisa berhenti mengalir. Rasa stres yang hilang karena peristiwa tadi muncul kembali. Stresku semakin berat, rasanya aku sudah menjadi gila.

Aku tertawa, menangis, tertawa, menangis kembali. Kucari cara untuk menghilangkan stersku. Aku melihat pemandangan malam di pantai, mendengarkan musik, pergi ke tempat pemijatan, semua tidak berhasil menghilangkan stresku. Aku mencoba pergi ke luar untuk menghirup udara segar di pantai dan yang kutemukan disana banyak sekali manusia-manusia yang sedang berpesta menghabiskan uangnya. Mereka memakai obat, mabuk-mabukan, berdansa dengan lawan jenis mereka dengan mesra bahkan mereka melakukan hal itu.

Seketika, aku menjadi marah. Emosiku benar-benar meluap ketika melihat perbuatan mereka. Aku kembali ke kamar penginapanku untuk mengambil pistol yang kusembunyikan di ransel-ku. Aku berjalan kembali menuju keramaian itu, aku duduk dan memesan minuman disana sambil menunggu korbanku selanjutnya.

Tak lama aku duduk, seseorang mendekaiku dan merayuku. Aku langsung memegang tangannya dan menariknya. Wajahnya tepat berada di depan wajahku, kudekatkan pistolku di bawah dagunya, kemudian…

Dor !

Aku menembaknya sehingga orang itu mati. Seketika orang-orang disana mulai panik, mereka berteriak dan berlari menjauhi tempat pesta.

“Aah… bisa diam ndak.” Kataku dengan suara yang agak ditinggikan.

Beberapa petugas keamanan yang datang mendekatiku aku tembak, orang-orang disanapun aku tembaki juga hingga peluru pistolku habis. Aku berlari dan bersembunyi di rumah tempat mayat-mayat pertamaku berada.

“Hmm… mungkin jika aku tidur, aku bisa pergi dari tempat ini.” Akupun mencoba untuk tidur di pojokan rumah tersebut dan aku tertidur.

Tempat keempat, aku berada di wilayah yang berbeda kembali. Aku menarik napas lega karena kejadian aneh ini, aku tidak jadi dipenjara karenanya.

Saat aku bangun di hari keempatku di dunia ini, aku menemukan sebuah buku dan busur panah dengan anak panahnya di sampingku.

“Hmm ? apakah aku kembali ke masa lalu ?” Aku bertanya kepada diriku sendiri sembari aku berdiri dari ranjangku dan melihat ke cermin.

“Emmm… apakah aku harus memotongnya ? ini terlalu panjang buatku.” Kataku sambil melihat diriku yang semakin tumbuh setiap harinya.

“Jadi benar ini yang namanya superpower… apakah aku boleh melakukan yang seperti ini ? bukankah ini disebut dengan melarikan diri ?” Aku melanjutkan pembicaraanku dengan diriku sendiri di depan cermin sambil memotong rambutku yang panjang.

Sambil merapikan rambutku, aku memikirkan kejadian kemarin. Saatku melakukan itu dengan mereka, saatku membunuh mereka, saatku menembaki mereka. Rasa stresku langsung hilang seketika, tetapi ketika aku sudah berhenti, rasa stresku muncul kembali. Dari kejadian itu aku berpikir untuk melakukan itu dan membunuh terus-menerus.

“Yang tidak pantas hidup di dunia ini, kumainkan saja. Setidaknya stresku bisa hilang karenanya. Jika aku bunuh mereka, tidak apa-apa kan ? Dunia ini kan menolak mereka… Hmm ? diriku lumayan juga ketika berambut pendek.” Kataku saat melihat penampilanku di depan cermin setelah aku memotong rambutku.

“Yup. Mari kita buang sampah-sampah itu ke tempat pembuangan akhir mereka.” Kataku di depan pintu. Aku menarik napas dan bersiap membuka pintu. Aku penasaran berada di zaman apa aku sekarang. Akupun membuka pintu dan melihat tempat yang damai. Sebuah kerajaan yang dihuni oleh orang-orang satu keyakinan. Namun, disana aku merasakan kentalnya perlakuan yang orang-orang itu lakukan pada kaum dibawahnya.

Aku berpikir sebaiknya aku menjadi salah satu kaum bawah tersebut.

“Mungkin, korbanku selanjutnya adalah para bangsawan disini.” Begitu pikirku.

Akupun ikut di penjualan budak disana, sebagai budak yang akan dijual. Saat tiba giliranku untuk ditawarkan, banyak orang yang ingin memilikiku. Sampai-sampai aku dilelang hingga hargaku mencapai harga rumah saat itu.

Aku dibeli oleh seorang bangsawan yang dikenal sangat kaya di kerajaan itu. Aku dibawa dengan sebuah kereta kuda yang sangat mewah. Beberapa jam kemudian, aku tiba di rumah yang sangat besar. Aku dibawa ke ruangan di bawah tanah, aku dilempar ke sebuah ruangan, mereka mengikatku dan melepas semua pakaianku dan setelah itu mereka meninggalkanku dan mengurungku di ruangan itu.

Rencanaku menjadi budak seks berhasil, Bangsawan itu melampiaskan rasa stresnya kepadaku, dia memainkan tubuhku. Dia mencambukku, dan memukulku. Rasanya memang sakit, tapi aku menyukainya. Aku terus menahan diriku untuk membunuh bangsawan itu. Jika aku membunuhnya sekarang, aku tidak bisa menikmati kenikmatan menjadi budak ini lebih lama.

Berhari-hari aku tidak tidur, jikaku tidur aku akan pindah dari tempat ini, aku masih belum puas dengan perbuatannya kepadaku, aku ingin sesuatu yang lebih, lebih nikmat dari yang ini. Setiap harinya, aku selalu dimainkan oleh bangsawan itu dan dua pekan aku lewati tanpa tidur dengan ditemani oleh tali yang mengikatku.

Pada hari ke-18, bangsawan itu membawa botol kaca berisi anggur (wine). Dia memecahkannya di atas kepalaku dan menuangkaannya ke mulutku secara paksa. Setelah itu dia meminum anggur yang masih berada di mulutku langsung dengan mulutnya. Saat itu, aku merasakan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan. Aku menjadi tergila-gila kearenanya, aku menggeliat terangsang karena lidahku tidak pernah dimainkan sebelumnya, sampai-sampai bagian bawahku mengeluarkan cairan yang baru aku tahu. Setelah anggur itu habis, bangsawan itu pergi.

Melihatnya pergi, aku mendapatkan peluang untuk pergi dari tempat ini. Aku mengambil pecahan botol kaca itu dan perlahan memutuskan ikatan yang ada di tubuhku dengan kakiku. Aku tidak tahu sejak kapan aku memiliki tubuh yang elastis dan kuat seperti ini, padahal aku tidak pernah diberikan makan oleh bangsawan itu. Setelah beberapa jam aku memotong tali tu, akhirnya aku bisa bergerak bebas. Aku memanjat tiang kayu tempatku diikat dan bersembunyi di langit-langit ruangan itu untuk menunggu bangsawan itu datang.

Tengah malam, bangsawan itu datang. Dia membuka pintu dan berjalan mendekati tempatku tadi. Dia panik karena aku tidak berada disana. Betapa beruntungnya aku saat itu karena bangsawan itu datang sendiri. Inilah saat-saat yang kutunggu.

“Heheee…Tepat sekali, aku sudah mengantuk saat ini, tak sia-sia aku mencintaimu.” Aku berkata seperti itu dan melompat menuju bagian punggungnya. Akupun menindihnya dan menyayat kulitnya tepat di atas tulang belakangnya. Dia berteriak kesakitan sampai mengeluarkan kotoran.

“Oh… ternyata kotoranmu seperti ini juga.” Aku mengambil kotorannya dan memasukannya ke dalam luka yang kubuat.

Perlahan-lahan, aku menguliti tubuh bagian belakangnya. Dia menggeliat kesakitan, mulutnya kupenuhi dengan kotoran yang keluar dari belakangnya. Aku tertawa melihat dia menderita seperti itu. Dan tak lama kemudian, suara langkah kaki penjaga datang mendekat. Aku kembali bersembunyi di langit-langit dan menunggu. Dua penjaga datang menghampiri bangsawan itu. Aku melompat dan menikam salah satu penjaga, kemudian aku mengambil pedang penjaga itu dan melawan penjaga yang satunya. Awalnya aku kesulitan untuk melawannya, aku terluka di beberapa bagian tubuhku akibat pedangnya.

Aku berpikir bagaimana cara untuk membunuhnya, penjaganya sudah sangat terlatih, dengan mudahnya dia menangkis seranganku. Seketika aku mendapatkan ide, aku langsung mencobanya. Aku mendekatinya dengan tenang dan tersenyum ke hadapannya. Penjaga itu sudah bersiap dengan pedangnya. Aku tetap berjalan dengan tenang dan tinggal beberapa langkah lagi aku di depannya, aku melempar pedangku dan berlari serendah mungkin. Penjaga itu tidak fokus dan hanya menangkis pedangku. Akhirnya aku membuatnya terjatuh dengan menendang kakinya. Kuhunuskan pecahan botol kaca yang masih kupegang ke bagian lehernya. Aku berhasil membunuhnya tapi dia berhasil menusuk tangan kananku dengan pedangnya.

Aku berhasil membunuh mereka semua walaupun aku mendapat banyak sekali luka. Aku mencabut pedang yang menusuk tanganku dan berjalan ke bangsawan itu. Aku memenggal kepalanya dan membawanya ke luar ruangan. Dengan tubuhku yang masih telanjang aku menelusuri rumah itu. Satu per satu ruangan kudatangi, ketika aku melihat manusia, aku membunuhnya dengan pedangku. Dan aku tiba di sebuah ruangan dengan hiasan pintu yang sangat mewah. Saatku membukanya aku melihat seorang wanita dengan dua anak yang kebingungan melihat penampilanku. Aku berpikir mereka adalah istri dan anak si bangsawan itu, akupun melempar kepala bangsawan itu ke hadapan mereka. Wanita itu berteriak dan dengan cepat aku mendekatinya dan memenggal kepalanya serta anak-anak mereka.

Mendengar keributan itu banyak penjaga yang datang. Aku berlari menuju jendela dan memecahkan jendela itu. Aku melihat keluar, dan ternyata aku berada di lantai dua. Tanpa pikir panjang aku lompat dari sana dengan tanganku berada di bawah.

Aku terjatuh dengan posisi sama dan berguling ke depan. Kedua tanganku patah, namun kakiku masih tidak apa-apa. Aku berdiri dan berlari menjauhi rumah itu. Beberapa penjaga mengejarku dengan kuda dan memanahiku. Akupun bersembunyi di ladang gandum dekat rumah itu. Mataku sudah tidak tahan, aku ingin tidur secepatnya. Aku terjatuh di tengah ladang dan tertidur.

 Tempat kelima, Aku berada di sebuah tempat di utara.

“Huuh… Kemarin sangat menakutkan, tega sekali mereka itu, membunuh wanita lemah sepertiku. Ngomong-ngomong ini tempat yang sangat dingin.” Kataku saat itu sambil berjalan mengambil jaket kulit yang berada di kursi.

Aku melihat tempatku berada, ternyata aku berada di tempat yang sangat megah. Saat kulihat isi lemariku, aku melihat pakaian yang sangat indah dengan perhiasan-perhiasan yng sangat banyak.

“Hmm… Jadi sekarang, aku menjadi bangsawan ?” Aku bertanya kepada diriku sendiri.

Aku keluar dari kamarku, aku disambut oleh pelayan-pelayanku. Mereka melayaniku dengan baik. Aku senang dengan pelayanan mereka tapi rasa stres ini tak kunjung menghilang. Aku pergi ke ruang makan dan sarapan, setelah itu aku kembali ke kamar. Aku melihat tanggal, ternyata sekarang adalah hari gajian para pelayan. Akupun mengambil perhiasan di lemariku dan memanggil mereka semua. Aku memberikan mereka perhiasanku satu per satu, mereka terlihat terkejut melihat perbuatanku. Aku hanya bisa tersenyum, di pikiranku aku ingin menjadi bangsawan yang baik ke pelayan dan budak-budakku. Aku kembali ke kamar dan berkemas untuk pergi mengelilingi wilayah ini. Aku membawa pakaian dan uang, di bawah lemariku aku melihat pistol dengan amunisinya. Aku sangat senang saat itu, akhinya aku memegang senjata favoritku.

Aku berpamitan ke pelayanku dan pergi sendirian tanpa diantar. Aku menghampiri tempat-tempat yang biasanya didatangi orang-orang untuk bersenang-senang. Disana aku menawarkan diriku, banyak yang memerebutkanku. Akupun menawarkan mereka, seberapa banyak uang yang mereka akan keluarkan hanya untuk bersamaku. Akupun berhasil mendapatkan orang yang cocok. Dia membayarku dengan 15 batang emas murni.

“Heee… satu lagi ada orang yang bodoh disini.” Pikirku dengan tersenyum.

Aku bersama orang itu di sebuah kamar hotel. Kami bermain dan ketika dia lengah aku membunuhnya. Aku mengambil dompetnya dan mencari alamat rumahnya. Akupun membunuh keluarganya bahkan anak-anaknya yang masih kecil dan bayi.

Setelah itu akupun mencari korban baru hingga sembilan hari lamanya aku menahan rasa kantukku. Sudah dua puluh lima keluarga aku bunuh selama sembilan hari itu. Aku bermain, membunuh, bermain, membunuh dan seterusnya. Aku sudah benar-benar rusak, aku sudah tidak tahu apakah dunia ini masih menerimaku disini. 

“Apa sebutan yang pantas bagiku ? Apakah pelacur ?” Aku bertanya kepada diriku sendiri

Akupun kembali ke rumahku. Aku disambut oleh pelayan-pelayanku, aku tersenyum melihat keramahan para pelayanku. Aku bergegas menuju ke kamarku untuk tidur.

Tempat keenam, saatku bangun, aku terkejut. Perutku tiba-tiba membesar saat itu.

 “Oh tidak, aku sedang hamil. Umurku sudah pantas sih saat ini tapi… bagaimana caraku sekarang untuk bersenang-senang.” Aku berkata seperti itu.

Aku berjalan ke sebuah benda seperti komputer namun lebih canggih. Aku menghidupkan benda itu dan yang kulihat adalah memo yang sudah kutulis dahulu. Aku menangis saat membacanya, aku mengingat dosa-dosaku yang dulu. Dan sekarang aku sedang mengandung keturunanku yang tidak jelas siapa ayahnya. Apa yang harus kulakukan sekarang ini. Ternyata aku telah berbuat hal yang sangat merusak dunia ini lebih dari manusia di bumi ini. Aku telah membunuh anak-anak penerus yang mungkin saja merekalah yang merubah dunia ini menjadi lebih baik. Tak hentinya aku menangis merenungi dan memikirkan apa yang harus kulakukan sekarang.

Akupun pergi ke rumah sakit untuk operasi memindahkan bayi yang kukandung ke wadah buatan. Aku terkejut melihat hal itu, ternyata teknologi di zaman ini sudah sangat canggih. Setelah operasi aku diberitahu oleh dokter disana bahwa anakku adalah seorang perempuan sama sepertiku. Aku tersenyum dan berkata kepada dokter itu.

“Aku berpesan kepadamu, jika anak itu lahir, beri dia nama ……..”

Dokter itu menyetujuinya dan berjanji akan melakukannya. Aku kembali tersenyum dan mulai untuk berjalan pulang ke rumah. Saat aku berjalan aku masih tidak bisa menghentikan air mataku ini, ternyata aku kalah oleh air mataku. Mereka sangat kuat, aku bahkan tidak dapat melawannya.

“Ternyata, inilah musuh terkuatku.” Aku berkata seperti itu sambil tersenyum.

Setelah di rumah, aku mengisi memo itu kembali. Aku mengisinya dengan semua pengalamanku di dunia ini. Sambil menangis aku terus mengetik. Aku selalu membayangkan dosa-dosaku ketika membunuh anak-anak itu saat dirinya sedang ketakutan. Aku sangat menyesal, aku ingin mengulang dari awal untuk memperbaiki semuanya tapi ini sudah terlambat. Apapun yang akan aku lakukan, dosa ini tidak akan berkurang. Aku terus mengetik sampai akhirnya aku menuliskan kata-kata terakhirku di memo itu untuk anakku.

Halo, ini ibumu

Jika kamu membaca ini, berarti kamu sudah menjadi gadis yang kuat sepertiku.

Maafkan ibumu ini, aku meninggalkanmu ketika kamu masih dikandungan, aku meninggalkanmu dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, aku meninggalkanmu pada masamu untuk tumbuh dan berkembang dengan support dariku.

Maafkan ibumu ini, aku tidak bisa menuliskan kata-kata yang bisa memotivasimu, aku tidak bisa menuliskan kata-kata yang bisa membuatmu semangat menjalani hidupmu, aku tidak bisa menasehatimu dan mengajarimu.

Maafkan ibumu ini, aku hanyalah seorang gadis kecil dari dunia yang berbeda, aku menjalani hidup disini dengan penuh kenikmatan dan kebahagiaan. Namun, kenikmatan itulah yang menjadi dosaku.

            Maafkan ibumu ini, aku sudah menjadi wanita yang buruk, manusia yang buruk, terlebih lagi orang tua yang buruk. Janganlah kamu menjadi diriku ini, ketahuilah duniamu sangatlah luas, galilah semua potensi yang ada di sekitarmu, sesungguhnya potensi di dunia ini tak hingga jumlahnya.

Maafkan ibumu ini, hari ini adalah hari terakhirku disini, saat kamu sudah lahir, jagalah dirimu sendiri, godaan dunia ini adalah godaan yang sangat berat, sekalimu terikat dirimu akan tertelan olehnya.

            Maafkan ibumu ini, aku hanya bisa memberikan memo ini kepadamu, aku harap kamu dapat belajar dari pengalamanku, ambillah apa yang kamu anggap benar dan adil bagi dunia ini dan jauhilah apa yang menurutmu salah.

            Anakku, walau aku berada di dunia yang berbeda, aku tetap mencintaimu. Janganlah kamu takut menghadapi dunia ini, aku selalu berada di sampingmu, aku tidak akan meninggalkanmu, aku selalu menuntunmu, aku selalu ada ketika kamu dilanda kesusahan dan kesedihan. Oleh karena itu, cerialah, senyumlah, bahagialah, dan beritahukan aku jika kamu berhasil melakukannya.

           

Ibumu,

   Mikayla Az-Zahra

 

 

 

 

 

            Setelah menulis surat itu, aku mengambil pistol yang ada di dalam ransel-ku, aku mengarahkanya ke kepalaku. Inilah saat terakhirku disini.

            “Selamat tinggal dunia.”

Dor !

Aku mati dengan senjata favoritku. Akupun melihat tayangan kehidupanku di dunia itu setelahku menarik pelatuk pistol itu. Tayangan itu seperti film, dan setelah tayangan itu selesai tiba-tiba pandanganku menjadi gelap, kemudian…

            “Aku… berada dimana ?”

            “Benda hijau apa ini, benda ini banyak sekali.”

            “Cahaya apa yang keluar dari benda itu, begitu panas dan terang.”

            “Di sebelah sana, benda apa itu ? kelihatannya begitu besar dan teduh, bahkan cahaya benda yang diatasnya tidak dapat menembusnya.”

            “Entah mengapa, saat berada di benda yang teduh ini, aku merasa sangat nyaman. Aku ingin tidur di tempat ini karenanya.”

*

*

*

“Halo manusia, hari yang cerah untuk beristirahat di bawah pohon bukan ?”

            Saat aku mendengar kata-kata itu, seketika aku mengingat dunia ini. Aku menangis dan memeluk robot itu. Aku mengingat pengalamanku di dunia robot ini. Pengalaman yang tidak akan aku lupakan. Dan akupun bertanya kepada robot itu.

            “Siapa yang membuatmu ?”

            Robot itu menjawab.

“Yang membuatku adalah, Gabriella Az-Zahra dan aku ditugaskan disini untuk menjemput Mikayla Az-Zahra di dunia ini, apakah itu kamu ?”

            Aku tersenyum mendengarnya, aku mengangguk dan berkata kepada robot itu

            “Ya, aku ibunya.”

            Robot itupun menjulurkan tangannya ke hadapanku, aku meraihnya dan berdiri. Tiba-tiba muncul sebuah pusaran.

            “Apa itu ?” Aku bertanya kepada robot itu.

“Itu adalah portal yang menghubungkan dunia ini dengan duniaku, kalau begitu ayo.” Jawab robot itu.

            “Ya.” Aku langsung menjawabnya. Dan kamipun memasuki portal itu.

            “Ella, tunggulah aku, aku akan datang.” Kataku ketika melintasi portal. Tak lama kemudian aku melihat seberkas cahaya. Aku yakin itu adalah akhir dari portal ini, aku sudah tidak sabar kembali ke dunia itu.

            Cahayanya semakin terang dan tak lama kemudian, aku tiba di sebuah ruangan. Disana, aku melihat seseorang yang sudah tua berbaring di ranjangnya. Robot itu mendekatinya dan membisikkan sesuatu kepadanya. Dan setelah itu, robot itu menyuruhku untuk mendekatinya.

            Aku mendekatinya dan melihat wajahnya. Ternyata dia sudah sangat tua, kulitnya sudah mengeriput dan warnanyapun pucat. Aku bertanya kepadanya.

            “Siapa anda ?”

            Dia hanya tersenyum kearahku. Aku bingung karenanya, akupun bertanya ke robot itu. Kemudian dia menjawabku.

            “Dia… adalah Gabriella, orang yang membuatku.” Jawab robot itu. Aku terkejut mendengarnya, aku langsung mendekatinya dan memeluknya. Aku tidak bisa menahan air mataku saat itu. Ternyata anakku yang sudah kutinggalkan, bisa bertahan sampai usia ini.

            “Ella… ini ibumu, maafkan aku karena sudah meninggalkanmu…” Kataku.

Reaksi Ella hanya tersenyum, mungkin dia sudah susah untuk berbicara, karena usianya sudah setua ini. Akupun mengusap air mataku, aku meminta kepada robot itu untuk mengembalikanku ke duniaku, robot itu menyetujuinya dan portal kembali muncul di tempat itu, Saat aku akan memasuki portal itu, aku mendengar suara yang sangat kecil sekali.

            “I-bu… aaa-aku… ber-ha-sil…”

            Itu adalah suara Ella. Akupun tersenyum ketika mendengar perkataannya. Sebelum aku memasuki portal itu, aku menjawab perkataannya.

            “Ya… Selamat, kamu sudah berhasil, ibu bangga atas perjuanganmu di dunia ini.”

Setelah itu aku langsung memasuki portal. Itu adalah saat pertama dan terakhirku bertemu dengan anakku. Aku tidak akan melupakan kejadian ini.

            Saat aku kembali ke duniaku, aku langsung menulis pengalamanku dengan sejenis batu ke sejenis batang pohon tempatku beristirahat tadi.

“Relasi duniaku dengan dunianya tak akan aku lupakan”

 

Postingan populer dari blog ini

Teks Ceramah

 A. Definisi dan Ciri-Ciri Ceramah     1. Definisi Ceramah          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal atau pengetahuan. Ceramah juga berarti penuturan bahan pembelajaran secara lisan. Ceramah merupakan pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk mengenai suatu permasalahan kepada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Secara umum, ceramah mempunyai pengertian tentang suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu.         Pada dasarnya, pidato, ceramah, dan khotbah memiliki persamaan, yakni pengungkapan pikiran di hadapan banyak orang. Namun, dalam pelaksanaannya, antara pidato, ceramah, dan khotbah memiliki perbedaan. Pidato sering kita ikuti dalam acara-acara resmi, misalnya seminar, rafat pleno,. Ceramah diadakan untuk acara-acara tert...

Teks Laporah Hasil Observasi

            Sebuah laporan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan. Kamu sering melakukan observasi atau pengamatan, tetapi belum memahami cara menyusun teks laporannya dengan baik. Untuk itu, kamu perlu memerhatikan penyusunan laporan hasil observasi yang kamu dengar atau kamu baca dari media televisi, koran, majalah, atau internet. A. Pengertian, Ciri-Ciri, Sifat, dan Contoh Teks Laporan Hasil Observasi 1. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi          Teks laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi/pengamatan. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi. 2. Ciri-Ciri Teks Laporan Hasil Observasi     Teks laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri yang membedakann...

ANEKDOT

A. Definisi. Ciri, dan Jenis Anekdot   1. Definisi Teks Anekdot     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau orang terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Orang-orang penting yang diceritakan dalam anekdot bermacam-macam, seperti tokoh politik, sosial, dan agama.  Sementara itu, peristiwa yang diceritakan dalam anekdot merupakan peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring perkembangan zaman anekdot juga digunakan untuk menceritakan tokoh dan peristiwa fiktif.     Anekdot mengandung humor. Humor dalam anekdot dibentuk dengan kelucuan atau kekonyolan tokoh. Tindakan ataupun ucapan tokoh menimbulkan humor karena adanya peristiwa ganjil yang mendasarinya. Humor juga dapat diciptakan melalui permainan kata, makna, ataupun pelesetan terhadap suatu kata ataupun frasa.     Humor dalam anekdot bukan hanya bersifat menghibur. Bia...