Malam
itu rintik hujan turun membasahi kota metropolitan. Membawa siapapun yang
berada disana dapat merasakan ketenangan yang amat mendalam. Tidak terkecuali
Hafdy Dwi Sanjaya , seorang remaja yang sedang menikmati kopi hangat di tengah
dinginnya malam. Suasana itu membawanya teringat pada kenangan masa lalu
bersama sahabatnya, Aldo Nugroho.
Teringat
masa masa dimana mereka selalu bertengkar karena memperebutkan tamia milik
mereka. Senyum tipis terukir di bibir Hafdy ketika mengingat masa-masa itu. Tak
terasa, waktu cepat berlalu. Kini ,mereka sudah remaja,sudah tidak lagi
memperebutkan hal hal sepele. Semakin dewasa maka semakin besar pula masalah
yang mereka hadapi. Hafdy sangat rindu bermain dan bercanda bersama Aldi lagi.
Namun kini,keadaannya berbeda. Jangankan ada kesempatan untuk bermain bersama
lagi,untuk saling menegur dan menukar kabarpun sangat sungkan.
Aldi
yang dulunya merupakan orang yang sangat hangat terhadap Hafdy,kini telah
berubah drastis. Perubahan ini semakin terasa ketika mereka menyukai wanita
yang sama. Seolah kini mereka tengah bersaing memperebutkan apa yang mereka
inginkan. Jika dulu tamialah yang mereka perebutkan namun kini Yuni
Apriliana,sosok wanita yang mampu memikat hati Aldi dan Hafdy. Terkadang kisah
percintaan anak remaja itu sulit di tebak. Begitu rumit dan banyak
rintangannya. Kini, yang Hafdy rasakan hanya rindu akan sahabat kecilnya itu.
Tak terasa,butiran air mata jatuh membasahi pipi Hafdy.
“Ish!buat
apa aku menangisi hal seperti ini!”ujar Hafdy sambal menghapus kasar air mata
yang mengaiir di pipinya.
Namun
Hafdy mengakui ia sangat merindukan sahabatnya itu. Rindu inilah yang
membuatnya menjadi orang yang lemah, merasa tak berdaya. Kenangan masa lalu
bersama Aldo selalu menghampiri pikirannya. Aldo lah orang yang selalu ada
untuknya. Dia yang selalu menghibur Hafdy disaat Hafdy sedang ada masalah. Aldo
segalaya bagi Hafdy. Ketika sedang asik menyelami kenangan masa lalunya bersama
aldi,Bik Inah datang menghampiri Hafdy.
“Permisi
mas,itu ada temennya mas yang sudah menunggu di teras.”ujar Bik Inah.
“Iyahak?perasaan
aku ga punya janji sama temen aku deh.”sahur Hafdy.
“Coba
di temui dulu sebentar,soalnya bibi liat wanita itu sangat sedih dan sedang
dalam masalah.”saran bik Inah.
“Hah?wanita?”ucap
Hafdy dengan wajah yang terkejut.
Hafdy
pun bergegas menemui wanita yang bayangan sudah terlihat dari tempat dia
berdiri. Betapa kagetnya Hafdy ketika mengetahui wanita itu adalah Yuni.
“Yuni?”sapa
Hafdy kepada wanita yang sedang mengusap wajahnya dengan tissue tersebut.
“Hafdy…”sontakYuni
memeluk sosok lelaki yang ada di depannya.
Seketika
suasana menjadi hening menyisakan suara rintik hujan yng perlahan mulai reda.
“Ada
apa malam-malam mampir kemari Yun?” kata Hafdy memecahkan keheningan.
“Aldo,Aldo,Aldo”
Ujar Yuni sambal menguatkan pelukannya pada Hafdy.
“Aldo
kenapa?”jawab Hafdy.
Hafdy
pun melepaskan pelukan dari Yuni dan mempersilahkan Yuni untuk duduk di kursi
teras rumahnya.
“Sekarang
kamu tenang dulu,ceritakan apa yang terjadi dengan Aldi.”Pinta Hafdy.
“Aldi”hanya
itu kata yang terucap dari bibir Yuni.
“Iya
Yuni. Sekarang kamu Tarik nafas terus keluarin sambal senyum.”saran Hafdy
Yuni
pu mencoba mengikuti saran Hafdy. Ia pun menarik nafasnya dalam dalam dan
mengeluarkannya sambal tersenyum. Hafdy memang selalu bias membuat Yuni selalu
merasa nyaman.
“Bagaimana?sudah
mulai tenang kan?”Tanya Hafdy.
“Iya
Di”jawab Yuni sambal mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
“Kalau
mau cerita silahkan,bakal aku simak.”tawar Hady.
“Aku
ga ngerti harus cerita dari mana lagi di.”ujar Yuni dengan suara yang
bergemetar.
“Yaudah,kita
keluar yuk cari angin.”tawar Hafdy.
Yuni
pun menyetujui ajakan Hafdy. Mereka berencana untuk mengunjungi Kota Tua. IYA!
Kota Tua yang sangat bersejarah dalam hubungan mereka dulu. Kota yang menjadi
saksi bisu kebahagiaan mereka. Sepanjang jalan menuju kota tua Yuni merasa
sangat nyaman memeluk Hafdy yang sedang memboncengnya. Rasa sesal yang amat
mendalam kini menghantui pikiran Yuni. Mengapa iya sebegitu bodohnya
meninggalkan Hafdy dan memilih Aldi si cowo brengsek itu. Akhirnya, mereka
sampai di Kota Tua. Mereka bergegas mengunjungi Pak Noto,dagang sate favorite
mereka waktu mereka masih berpacaran.
“Aku
tau kamu pasti kangen kan makan sate Pak Noto.”ujar Hafdy menggoda Yuni
“Ih,
kok kamu bisa tau.”jawab Yuni
“Apasih
yang Hafdy gak tau tentang Yuni.”
“Bahasamu
masi saja seperti dulu. Kamu itu manusia langka.”seru Yuni sambal menggelengkan
kepalanya.
“jelas
dong, cuman satu orang seperti aku di planet ini.”jawab Hafdy dengan muka
datarnya.
Akhirnya
mereka memutuskan untuk duduk di dekat air mancur Kota Tua sambal memesan sate
Pak Noto.
“Gimana
Yun?udah mulai tenang kan?”Tanya Hafdy.
“Hmm
lumayan di.”jawab Yuni sambal mengatur nafasnya.
“Nih
aku ingettin sama kamu,kalo punya masalah itu jangan di pendem.Yah setidaknya
kalua kamu merasa tidak ada yang dipercaya untuk mendengar semua cerita
kamu,kamu bisa cerita di buku diary kamu. Disitu kamu ceritakan seluruh keluh
kesah mu.”tutur Hafdy.
“Iya
Di. Tapi untuk masalah kali ini,kamu adalah orang yang tepat.”jawab Yuni sambal
tersenyum.
“Alhamdulillah
kalua seperti itu. InsyaAllah aku akan menjadi pendengar yang amanah,Yun.”kata
Hafdy.
“Jadi
gini Di, kemarin aku ke kos kosan Aldi yang baru. Rencananya aku mau kembalikan
buku Anatomi yang aku sudah pinjam. Awalnya, kos kosan terlihat sepi. Aku coba
utuk membuka gerbangnya. Tapi,di kos kosan itu seperti tidak ada orang.
Alhasil,aku bisa membuka gerbang yang tidak digembok. Aku bergegas menuju kamar
Aldi. Aku berfikir ada taupun tidak Aldi disana,aku akan tetap mengembalikan
buku tersebut. Aku mencoba mengetuk pintu tersebut. Tanpa sengaja aku mendengar
suara seseorang dari dalam. Suaranya samar-samar,tapi aku masih bisa
mendengarnya.”jelas Yuni.
Suasana
hening sejenak.
“Terus
kamu ga coba untuk membuka pintunya?”Tanya Hafdy.
“Itulah
yang aku sesali Hafdy. Mengapa aku membuka pintu tersebut.”jawab Yuni sambal
meneteskan air matanya.
“Emangnya
apa yang kamu lihat?”Tanya Hafdy.
“Aku
melihat Aldi sedang tidur dengan seorang wanita. Aku tidak tau siapa wanita
itu.”kata Yuni dengan suara yang gemetar.
“Jadi,
maksud kamu Hafdy sedang melakukan hal yang tidak tidak dengan wanita itu?”kata
Hafdy dengan wajah penasarannya.
“Aku
tidak tau kepastiannya. Intinya saat ini aku kecewa dengan Aldi.”kata Yuni.
“Aku
ngerti perasaan mu sat ini Yun. Jangankan melihat hal yang seperti itu,melihat
kekasih kita berjalan mesra dengan orang lain saja kita sudah merasa sangat
tersakiti. Yah,seperti contohnya ketika kamu memilih untuk menjadi kekasihnya
Aldi dan meninggalkan aku.” Senyum tipis sinis tergambar di bibir Hafdy.
“Bukan
gitu Hafdy. Kamu tidak tau apa yang terjadi sebenarnya.”jawab Yuni memegang
tangan Hafdy.
“Iya
Yun aku memang tidak tau. Yang ku tau hanya kamu meninggalkan aku demi Aldi.
Dan saat itu pula hubungan persahabatanku dengan Aldi kacau,tidak karuan. Ego
kita untuk mendapatkan kamu membuat kita lupa akan persahabatan yang kita sudah
bangun sejak belum mengenal kamu bahkan sejak kami masih kecil.” Jelas Hafdy.
“Bukan
gitu Hafdy.”ujar Yuni sambil bercucuran air mata.
“Sudah
Yuni,aku tidak berniat membuatmu bersedih. Aku hanya tidak suka melihat seorang
laki laki menyakiti hati perempuan. Aku tau wanita itu seperti Barbie,bisa
dimainkan sesuka hati. Tapi dalam prinsip hidupku tidak ada lelaki sejati
yang bermain Barbie.Aku kecewa dengan
kamu,mengapa kamu memilih Aldi daripada aku. Kecewa sama diri ku sendiri.
Mengapa tidak mampu mempertahankan mu.”jelas Hafdy.
“Maafkan
aku di. Bukan hanya kamu yang tersakiti waktu itu di. Aku juga. Sakit,kecewa
dengan keputusan yang sudah aku ambil. Tapi itu semua di luar dugaan ku.” Kata
Yuni.
“Jadi
maksud kamu,kamu juga tidak ingin bersama Aldi?”Tanya Hafdy.
“Iya,
aku melakukan itu karena aku berhutang budi dengan Aldi.”Jawab Yuni.
“Berhutang
budi? Maksud kamu apa?” Tanya Hafdy.
“Jadi
waktu itu abah sedang sakit. Batu ginjal Abah kambul lagi. Sedangkan ibu tidak
memiliki uang untuk membiayai perobatan Abah. Akhirnya,ketika Aldi datang ke
rumah untuk memberitahuku bahwa kamu tanding futsal hari itu. Namun sepertinya
Aldi mendengar perkataan Yuni dengan ibunya. Akhirnya dia menawarkan uang
pinjaman tuk perobtan Abah. Aku sempat menolak. Aku berfikir masih dapat
mengumpulkan uang untuk perobatan Abah. Namun saat itu aku melihat wajah ibu
yang begitu khawatir dengan keadaan Abah. Kami harus secepatnya mengobati
penyakit Abah. Saat itu, Aldi siap membantu pengobatan Abah berapapun itu.”kata
Yuni.
“Mengapa
kamu tidak menceritakan semua kepadaku?. Setidaknya aku bisa membantu
kamu.”Tanya Hafdy.
“Maafkan
aku,Hafdy. Aku binggung saat ini. Di pikiranku hanya bagaimana agar mendapatkan
biaya untuk pengobatan Abah secepat mungkin. Aku takut kehilangan
Abah,Hafdy.”jawab Yuni. Tangis wanita itu pun pecah.
Akhirnya
Hafdy memeluk Yuni dengan erat. Wanita yang selalu membayangi pikirannya.
Wanita yang walaupun saat itu meninggalkannya namun tidak ada rasa dendam dalam
hati Hafdy terhadap wanita itu. Yang ada malah rasa penyesalan yang ada dalam
hati Hafdy. Mengapa tidak bisa mempertahankan Yuni.
Saat
Yuni sedang menangis di pelukan Hafdy. Tidak di duga Aldi datang menghampiri
mereka. Aldi kanget melihat Yuni sedang memeluk Hafdy.
“Oh
jadi lo gini sekarang Di?” Tanya Aldo kepada Hafdy.
“IYA!mau
lo apa?!knp lu cuman bisa sakitin hati cewe aja?!ga gentle banget lu.” Kata
Hafdy
Aldo
pun merasa kesal dengan perkataan Hafdy. Akirnya, Aldo menghantam wajah halus
HAdy dengan tangannya. Yuni merasa kaget. Dia hanya bisa menangis melihat
pertikaian yang terjadi di depannya.
“Pukul
gue terus Do pukul. Gue ga nyangka ternyata lo se pengecut ini. Lo cuman bisa
nyakitin hati perempuan.” Ujar Hafdy sambil membersihkan darah yang berada di
ujung bibir tipisnya.
“Gue
bener bener kecewa sama sikap lo ke cewe,Do. Padahal waktu kita kecil lo yang
selalu marah kalo gue gangguin anak anak cewe yang lagi main masak masakan di
komplek. Tapi sekarang, melukai hati wanita sudah menjadi hal yang biasa di
pandangan lo.” Kata Hafdy kepada Aldo.
Aldo
sangat merasa kesal mendengar perkataan Hafdy. Untuk yang kedua kalalinya Aldo
menghatam wajah Hafdy. Untuk kali ini Hafdy membalas hantaman Aldo dengan lebih
keras.Yuni pun berusaha untuk melerai keduanya namun tanpa di sengaja wajah
polos Yuni dihantam oleh Aldo. Sebenarnya Aldo tidak bermaksud mengahantam
wajah Yuni. Namun pada saat itu Yuni menghalanginya untuk menghantam wajah
Hafdy.
Sponta
Hafdy memeluk Yuni yang berusaha menahan sakit karena telah terhantam oleh
Aldo. Aldo hanya bisa diam mematung. Kemudian, Aldo mendekati Yuni yang tengah
berada di dekapan Hafdy. Hafdy pun merasa kesal melihat sikap Aldo kepada Yuni.
“Lo
emang cowo kurang ajar. Lo berubah Do. Aldo yang dulu paling anti namanya main
tangan. Aldo yang dulu paling gak suka liat cewe nangis. Sekarang apa?!dasar
pengecut,” ujar Hafdy sambil memeluk erat Yuni yang sedang menangis.
“Terserah
lo mau bilang apaa gue ga peduli Di. Lo ga tau apa yang buat gue bisa berubah
kaya gini. Yuni, gue ga bermaksud buat nyakitin lo, lagian lo juga ngapain sok
jadi pahlawan buat menghalangi gue kelahi sama Hafdy.”ujar Aldo.
“Dasar
lu cowo gak tau diri. Kerjaan lo itu cuman nyakitin hati cewe aja. Mau lo
apa?!” kata Yuni dengan nada tinggi.
“Iya
emang itu tujuan gue,gue pingin nyakitin cewe cewe yang berada di sekitar gue.
Termasuk lo.” Ujar Aldo.
“Apa
maksud lo?” ucap Hafdy sambil menaikan alisnya.
“Lo
masih inget kejadian 7 tahun silam. Kejadian dimana gue ngerasa seluruh
kebahagian gue udah ga mungkin terjadi lagi. Kejadian yang buat hidup gue bener
bener berantakan,hidup gue hancur saat itu.” Kata Aldo.
“Kejadian
7 tahun silam?maksud lo?” Tanya Hafdy.
“iya
7 tahun silam. Ayah dan bunda gue resmi bercerai. Semua itu karena Bunda gue udah
ngerasa ga nyaman dengan ayah gue. Yah kalo bisa dibilang Bunda gue udah punya
cowo lain. Kecewa banget gue saat itu. Gue ngerti apa yang Ayah rasain. Dan
kejadian inilah yang membuat gue benci sama Bunda gue. Gue udah mutusin untuk
mengakhiri segala hubungan gue sama Bunda. Dan kejadian ini yang membuat
pandagan gue sama wanita itu beda lagi Di. Sejak saat itu gue berfikir bahwa
wanita itu adalah malapetaka bagi laki laki.” Jelas Aldo.
“Jadi
maksud lo,lo negalmpasin rasa benci lo ke cewe cewe yang ada di sekitar lo?”
Tanya Yuni.
Aldo
hanya bisa terdiam. Memang betul kejadian perceraian ini benar benar membuat
Aldo tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Bunda Aldo benar benar di butakan akan cinta. Tidak
ada pilihan bagi Aldo saat Bundanya memutuskan untuk meninggalkan dia bersama
ayahnya. Yang Aldo rasakan saat itu adalah kebencian terhadap ibunya.
Sejak
kejadian itu, Aldo mencoba untuk mengilangkan rasa sakit nya. Dia memilih untuk
melampiaskan kepada wanita wanita yang ada di sekitarnya. Aldo berfikir bahwa
dengan menyakiti wanita yang ada di sekitarnya maka secara tidak langsung dia
menyakiti ibunya. Pikiran yang sangat
konyol dan tidak masuk akal.
“Sempit
banget pikiran lo Do. Pikiran lo masih kaya bocah. Lo itu harus bersyukur,ya
walupun lo kecewa banget sama bunda lo tapi lo gak boleh sampe benci sama bunda
lo.Gimana pun beliau yang sudah melahirkan dan membesarkan lo. Sebagaimanapun
bunda lo bikin lo kecewa,lo gak punya hak untuk benci sama bunda lo.”jelas
Hafdy.
“Momen
ini yang gue tunggu Di. Gue kangen lo nasehatin gue. Waktu gue lagi ada masalah
lo kemana aja Di. Padahal gue butuh lo saat itu.” Ucap Aldo sambil menangis.
“Iya
Aldo. Gue minta maaf karena gue ga pernah cerita ke lo. Gue terlahir dari
keluarga broken home. Sama kaya lo. Gue dibesarin sama nenek gue. Tepat ketika
kejadian perceraian kedua orang tua lo, ibu gue meninggal. Beliau meninggal
karena disiksa sama majikannya. Ibu gue seorang TKW.”ujar Hafdy sambil
meneteskan air matanya.
Keadaan
hening sebentar.
“Lo
harusnya bersyukur. Lo masih punya kesempatan berbakti sama bunda lo.” Ucap
Hafdy
“Tapi
gue kecewa dengan bund ague. Beliau tega tinggalin gue sama ayah.” Balas Aldo.
“Semua
itu kehendak Allah, Aldo. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Mungkin ini
memang jalan yang terbaik buat keluarga lo. Allah tidak pernah tidur. Lo
seharusnya berdoa, mohon sama Allah supaya bunda lo bisa kembali seperti dulu.
Semoga Allah membuka hati bunda lo. Dan semoga lo dan ayah lo dapat kebahagiaan
lagi.”ujar Hafdy kepada Aldo.
“Ga
semua cewe kaya gitu Di. Lo jangan berpikiran bahwa semua cewe bakal belaku
sama sperti apa yang bunda lo lakuin ke lo dan ayah lo.” Ujar Yuni.
“Ya
Allah maafin gue. Hafdy, Yuni, momen yang seperti ini yang gue tunggu. Ada
orang yang perhatian sama keadaan gue. Ada orang yang beri gue nasehat atas
segala masalah masalah yang gue hadapi.” Ucap Aldo.
“Gue
juga minta maaf, Aldi. Gue gak peka sama keadaan lo. Gue egois. Tapi saat itu
memang kondisinya tidak memungkinkan. Gue sedang dalam masalah yang berat juga.
Gue kehilangan orang yang benar benar gue cinta. Surga yang gue punya sudah
lenyap. Sedih rasanya, setelah sekian lama gue gak pernah bertemu dengan ibu
gue. Tetapi, ketika bertemu dengan ibu gue, beliau sudah di panggil oleh Allah
swt. Tapi ya bagaimana lagi. Allah swt lebih sayang sama ibu di.” Kata Hafdy.
“Seberapa
apapun rasa kecewa yang bunda lo kasih ke lo itu gak sebanding dengan jasa
beliau ke pada lo. Yang telah melahirkan, membesarkan, dan menjaga lo setulus
hati. Tidak baik jika kamu mebenci bunda mu.:kata Yuni.
“Gue
minta maaf sama lo, Yun. Gue tega berlaku jahat sama cewe sebaik lo. Gue tega
mengambil kebahagian lo sama Hafdy. Itu semua gue lakuin karena gue kecewa
dengan bunda gue. Maafin gue karena sudah maksa lo buat jadi kekasih gue. Gue
bener bener khilaf. Gue janji gue ga akan sakitin wanita lagi. Gue akan menjadi
laki laki sejati yang bisa menjaga kedua orang tua gue. Gue akan mecoba untuk
berhenti membenci orang tua gue.” Jelas Aldo.
“
Bagaimana pun ibu tetaplah ibu. Tidak ada mantan ibu tidak ada mantan anak.
Karena hubungan ibu dan anak itu sejatinya tidak pernah dipisahkan oleh
apapun.” Tegas Yuni.
“
Sekarang lo coba jalin silahturahi lagi dengan Bunda lo. Coba untung hubungi
beliau. Dan lo jangan malu untuk meminta maaf ke orang tua lo terutama bunda.”
Jelas Hafdy.
“Semoga
ini bisa menjadi pelajaran hidup yang berharga buat kita semua. Jangan pernah
bermain dengan yang namanya perasaan. Karena perasaan bukan hal dapat dipermain
mainkan.” Tegas Yuni.
Setelah
kejadian malam itu, Hafdy pun dapat memeluk erat Yuni seperti dulu lagi. Tidak
hanya itu sahabat yang amat ia rindukan pun dapat kembali bermain bersamanya.
Kejadian masa lalu yang menjadi jejak di masa depan. Perlajar hidup yang sangat
berharga bagi Aldo, Hafdy maupun Yuni.