Langsung ke konten utama

MIMPI BURUK


Dengkuran papa membuat aku terbangun dari tidurku, rasanya aku tidur sudah begitu lama malam ini. Tepatnya jam 2 malam, aku terbangun dari tidurku ketika aku tersadar papa sedang menggenggam tanggan kanan ku yang tertempel cairan bening yg digantung itu, infus. “Papa khawatir?” Tanya batin ku, entahlah baru saja papa marah besar karena aku ketahuan sedang ngedate dengan kakak kelas ku di sekolah. Seingatku begitu, aku ketahuan makan siang berdua dengan kak kevin, pacarku. Ketika papa dan kawan – kawan kantornya juga hendak datang makan di tempat kami makan tersebut untuk istirahat sejenak, mungkin.

Mungkin saja papa sudah mengomeli kak Kevin. Terakhir kali diatas motor, kak kevin benar – benar ingin bertemu papa “gila si kak kevin” gerutu batinku. Kami berhasil kabur dari kejaran papa waktu itu, mungkin karena itulah kak kevin membuat inisiatif menemui papa untuk meminta maaf hihi, Gentle Man!. “Sepertinya papa sudah mulai luluh setelah ngomong panjang lebar sama kak kevin hihi” tuturku dalam batin, membuat wajahku membuat raut senyum kecil.

Tapi entah apa yang sebenarnya terjadi, tiba – tiba saja aku sudah berada di ruangan putih besar, mengenakan kaus putih berbalut dengan selimut biru khas rumah sakit. Kakiku rasanya keram, sakit sekali dan kepalaku juga terasa aneh, kucoba untuk merabanya, ternyata ada sebuah perban di kepalaku. Pening, entah kenapa juga leher, tangan dan seluruh badanku rasanya begitu sakit.

Aku berusaha untuk mengingat apa yang terjadi namun semakin aku berusaha untuk mengingatnya, kepalaku terasa 2 kali lebih pening, “akan aku tanyakan pada papa nanti kalo papa sudah bangun”. Aku pikir papa dapat mendengar isi hatiku, langsung saja sesaat setelah aku mengatakan hal tersebut papa langsung terbangun dari tidur lelapnya yang berdengkur.

 

“Kila, sayang. Anak papa!” Ucap papa

 

Ditatapnya lama aku oleh papa, tanpa basa – basi seketika papa berhambur memelukku, aneh. Tentunya aku curiga, Sepertinya ada sesuatu yang sudah terjadi. Tapi kali ini aku tidak peduli, aku hanyut dalam dekapan papa. Dekapan papa tak memperbolehkan ku untuk mengatakan sepatah kata apapun, dekapannya sungguh sangat kuat, hampir saja mematahkan rusukku rasanya, dadaku sesak!.

 

Tiba – tiba saja aku mendengar isak tangis. Tangis papa lepas begitu saja, suaranya begitu rapuh, membuat hatiku semakin terhanyut dalam dekapannya, mendengar tangisan papa yang begitu jarang terjadi, air mata mengucur begitu saja, seperti ada sesuatu yang menyesakkan hati, aku tidak mengerti.

 

“Papa?. Kila sesak pa”, kataku

 

Namun papa tidak mengubrisnya, papa malah makin mengeratkan dekapannya kepadaku. Kali ini papa melepaskan dekapannya, ditatapnya lama aku. “Biar aku tanyakan sekarang saja” kataku dalam batin.

 

“Papa, kila kok bisa ada di rumah sakit si pa?, ini juga apa si pa ngapain diperban segala?”

Tegasku bertanya pada papa. Lagi - lagi papa tidak mengubris perkataanku, entah apa yang terjadi kepada Papa.

 

 “Ck, papa kenapa si? Papa ngigo?”, kataku kesal lagi.

 

Kemudian tanpa basa – basi apapun, papa berdiri dan keluar dari ruangan rawat inapku. Diambilnya handphone miliknya yang tergeletak diatas meja beserta jas kerja hitam yang papa kenakan tadi siang saat terakhir kali aku melihat papa sebelum terbangun dari tidurku di rumah sakit.

 

“Papa mau kemana?” dengan sedikit berteriak aku bertanya kepada papa, namun papa hanya melihat sedikit kearahku dari arah pintu keluar tersebut dengan mata berair dan langsung saja pergi tanpa menjawab pertanyaan dariku.

 

“Papa aneh banget, kila ngga ngerti sama papa!”. Untuk ketiga kalinya, papa tak mengubrisku.

 

Dengan perasaan marah, aku pun langsung menidurkan badanku diatas kasur putih itu, aku tidak terlalu berharap papa akan kembali menemuiku, mungkin saja papa teringat siang tadi ketika aku ketahuan sedang makan berdua dengan kak kevin.

 

 

Flashback 6 bulan yang lalu ~

 

“KIL? DICARIIN KAK KEVIN! CEPETAN!!!” Naya berteriak, tentu saja aku kaget. Aku sendirian di dalam ruang kelasku yang sunyi. Senin, hari ini adalah job day alias hari piketku dikelas, hari ini tiba – tiba saja Thalitha, Gibran, dan teman piket kelasku pulang lebih cepat entah mungkin mereka lupa bahwa hari ini adalah piket kami atau mungkin saja mereka sengaja meninggalkan ku dan ingin membolos piket, entahlah aku tidak peduli!.

 

“Killll!?, ah lama banget! Cepetan!” seru Naya.

Segera ia merangkul ku dan menarikku keluar. Kemudian aku melihat seseorang membawa satu pot tanaman bunga mawar yang sudah berbunga, dan ketika sudah berada di depan pintu kelasku itu, sudah ada orang itu. Seorang laki – laki!, Kak Kevin. Dan….

 

“S- s- syakila, hari ini kamu harus tau. Entah sejak kapan aku ngerasain perasaan suka ini, kamu tau? kamu itu baik, kamu juga cantik. Aku suka sama kamu, kamu mau nggak  jadi pacarku?”

 

Sontak saja pertanyaan tadi membuatku kaget bukan main, jantungku rasanya ingin keluar menembus selaput pembungkusnya, tulang-tulangku,aaarrghtt! sangat berdebar, panas dingin bercampur aduk rasanya, tidak jelas!. Kupikir ia dapat mendengarkan suara jantung ku yang berdebar sangat keras ini. Rasanya ingin mati di tempat, “oh nooo!!! apa yang bisa kulakukan” gerutuku sendiri, bibir ku rasanya membeku, tidak sanggup mengatakan sepatah kata apapun.

 

“Kil, jawab dong?” Tanya kak Naufal dan beberapa temannya yang juga berdiri di hadapanku

 

“Kil?, iya engga? Biar jelas nih kasian kak kevin tuh pot bunganya kayanya berat!” kata Naya, memang temanku yang satu itu tidak tahu malu danasal ceplos melulu ah!, “apakah dia tidak mengerti posisi ku?!, bagaimana berdebarnya aku!” gerutuku lagi dalam batin.

 

“Kila?” Panggil laki – laki itu, aku pun tersadar dari lamunan ku. Kulihat wajahnya yang terlihat sedikit memerah dan terlihat menantikan jawaban apa yang akan ku berikan.

 

“Hah? iya kak. Kila mau jadi pacar kakak” Jawabku saja dengan refleks, singkat.

Langsung saja, orang – orang yang di sekitar kami berteriak tak jelas. “yang di tembak aku atau mereka si?!” tuturku dalam hati.

           

Dan menggemaskan malu – malu, kakak itu memberi ku sebuah pot bunga berwarna coklat yang terbuat dari tanah liat yang sudah ditumbuhi sebatang bunga mawar dengan kuncupnya yang sudah berubah menjadi bunga berwarna pink, itu sangat cantik. Itu adalah satu dari banyaknya hal manis yang kuterima ketika berpacaran dengan kak kevin, kakak kelas satu tinggkatku di sekolah.

 Aku mengenalnya sebagai kakak kelas yang lumayan friendly kepada semua adek kelas, dia juga salah satu tim basket di sekolah, dia sangat tinggi. Selain itu, kak kevin juga pintar dalam pelajaran Matematika bahkan Fisika dan dia lumayan tampan dan senyumnya begitu manis “kenapa dia membuatku selalu tergila gila?” Tanya batinku setiap saat ketika melihatnya.

Pernah sekali ketika kami ngedate untuk pertama kalinya, ia mengecup keningku, sontak pipiku memerah aku terkejut bukan main atas kelakuannya itu. Pyuhhh aku tidak sanggup berkata – kata.

 

“Kila kamu lucu banget! Pipinya sampe merah gitu hihihi! mau lagi hmm?” kata kak kevin

 

“Kak kevin kila malu, kakak ngga boleh gitu lagi!” aku mangut – mangut tak terima atas kelakuannya. Namun lagi – lagi ia malah mencubit pipiku, rasanya sakit. “Tapi masalahnya, kenapa dia selalu saja dapat meluluhkan ku?!”

 

/////

 

“Sudah pagi, tapi papa masih saja belum datang menemuiku” tuturku dalam batin. Aku melihat satu tas ransel hitam lumayan besar di dekat tempat tidurku, entahlah! aku tidak begitu peduli apa isinya, Aku akan mencoba menelpon papa sekarang tapi sedari tadi aku tidak melihat Handphone ku. Aku sudah merasa lebih baik dari semalam, tak ada lagi keram di kakiku, dan juga rasa pening pada kepalaku.

 

“Mungkin aja dibawa pulang papa nih Hp kila.” kataku menduga – duga. Perutku bergejolak, terasa sangat lapar, namun tak seorang pun suster yang datang kemari untuk menyajikanku sarapan, aneh.

 

“padahal ini ruang VVIP, tapi kok susternya lelet si?!” Gerutuku.

 

            Aku berinisiatif untuk pergi ke dapur Rumah sakit untuk mengambil sendiri makananku karena perutku sungguh sudah benar-benar sangat lapar. Aku pun mencoba untuk turun dari kasur secara perlahan, hmmm seingatku kemarin kakiku mati rasa, tapi sekarang kakiku sudah baik – baik saja. “pyuhh, syukurlah” ucapku.

 

Aku pun mengenggam tiang infus ku, mencoba menyeretnya agar tidak terlepas dari genggamanku. perlahan aku berjalan keluar dari ruangan ku itu, ku coba berinteraksi dengan pasien atau pun suster yang aku lewati di setiap space rumah sakit, namun tak satupun yang membalas sapaanku itu. “Apakah mereka ngeri melihat bekas darah di perbanku ini? hmm atau mungkin saja mereka terlalu sibuk mengurus pasien, hingga tidak mengubrisku” tuturku mengada – ngada, sedikit positif thingking.

Rasanya darah dari kepalaku terus saja keluar, membuat perbanku rasanya sedikit basah karena darah. Namun tak ku temukan perban ataupun alat lain yang bisa aku gunakan untuk mengganti perbanku ini tadi pagi. Kupikir nanti saja setelah aku menyelesaikan sarapanku. Setelah menyusuri beberapa ruangan aku pun sampai di tempat itu. “KITCHEN”

 

Di dapur tidak ada satu orang pun yang dapat aku mintai tolong untuk mengambilkan ku makanan. “Biar aku coba ambil sendiri saja”. Kuambil piring dan gelas yang ada di atas meja makan itu dan ku penuhi gelasnya dengan air putih, sejak semalam aku memang sudah merasa sangat haus. Aku bahkan tidak mengingat kapan terakhir kali aku minum air dan makan nasi.

Kuambil beberapa sendok bubur dari panci, dan kuambil beberapa sendok koya kutambahkan di atas buburku dan irisan ayam tentunya. Langsung saja, aku melahap makananku itu hingga habis, selepas itu, ku geletakkan begitu saja piring dan gelas itu tanpa ku cuci. Rasanya sangat mengenyangkan sekaligus lega, aku sudah mengisi perutku yang lapar dan sekarang, kaki juga kepalaku sudah terasa membaik.

Sekarang aku akan kembali lagi ke kamarku dan akan kucoba hubungi papa dengan telpon rumah sakit di kamar untuk menjemputku sekarang juga. “PAH KILA UDAH SEHAT!!!” semangat 45 membara dalam dada.

Aku ingin segera kembali ke rumah, ke kamar ku, ke kasurku dan minum susu hangat dan tentu saja yang terpenting meminta maaf kepada papa atas kejadian yang kemarin.

“ OHIYA! TENTU SAJA AKU JUGA HARUS BERTEMU KAK KEVIN!!!”

Sudah 2 malam aku dirumah sakit, namun kak kevin dan teman temanku tak kunjung datang menjengukku, aku sangat merindukan kak kevin.

 

“Kak kevin baik – baik aja ngga ya?” aku bertanya Tanya pada diriku sendiri.

 

 Aku sangat khawatir kepadanya, takut yang buruk – buruk terjadi kepadanya, lantas ku tepis semua perasaan buruk itu. Sudah sore, namun Papa masih belum kemari menengok keadaanku, perutku juga sudah merasa lapar karena lagi – lagi tak ada suster atau siapa pun yang datang ke ruanganku untuk memberiku makanan ataupun camilan. Tapi ada yang aneh, seingatku tadi pagi aku melihat sebuah tas hitam besar diatas sofa, tapi sekarang dimana tas itu. “Aneh sekali?!”

 

“Aduhhh, kayanya kalo nunggu papa untuk datang menjemput sepertinya bakalan lama nih, mending pulang sendiri aja deh.”

 

Akhirnya aku berinisiatif untuk pulang sendiri, lagipun seingatku rumah sakit ini tak begitu jauh dari rumahku dan juga aku terlalu jenuh menunggu papa atau siapapun untuk kemari. Aku takut mati disini, bukan mati kesakitan tapi mati kelaparan!, aku tidak perlu mengemas barang apapun karena aku tidak memiliki barang apapun yang akan aku pulangkan. Dan kupikir juga papa sudah membawa semua barang – barangku itu dengan tas hitam itu.

 

“Yaudah deh, kayanya kila langsung cus aja ke rumah”. Ucapku

 

Kulepas jarum infus itu dari tanganku secara perlahan, aku pun tak perlu mengganti Outfit ku, lagipula aku tidak membawa baju apapun ke rumah sakit. Akupun mencoba berjalan keluar dari rumah sakit, sesampainya aku di depan rumah sakit itu, terlihat seorang pak security yang sedang berjaga. Ku hampiri pak security itu untuk membagikan perasaan bahagiaku,

“Hai pak, Selamat soree!”Sapaku dengan ramah.

Namun ia malah tidak mengubrisku, melihatku saja tidak padahal jelas – jelas aku sedang berdiri di hadapannya tersenyum kepadanya. Ia malah tidak bereaksi apapun, “tidak ramah!!”.

 

Aku melihat beberapa tukang ojek yang sedang duduk santai di ujung jalan, kupikir aku akan naik ojek saja. Tapi masalahnya setelah kuraba raba kantong kanan dan kiri celana ku, tak selemnar atau sepeser uang pun yang ku temukan.

 

 “Sungguh sial! Jika sudah begini aku jalan saja deh ck.” Gerutuku

 

Hari ini sungguh jauh dari kata ‘menyenangkan’, mulai dari papa yang tidak datang menjengukku ditambah tak seorang pun yang mengubris bahkan menyahuti panggilanku dan tentu saja karena hari ini aku belum makan dengan benar. “Akan aku balas semuanya ketika sudah sampai di rumah” Hasutku pada diri sendiri.

 

Aku sudah berjalan lumayan jauh dari Rumah sakit tadi, “untungnya rumah sakitnya ngga jauh deh dari rumah. Jadi sebelum malam, aku udah bisa sampai rumah dan makan ck, mandi dulu aja deh, belum mandi dari kemarin” khayalku dalam batin, tentu saja aku berkhayal memakan makanan rumah yang benar- benar aku rindukan, terlebih 2 hari ini aku tidak pernah makan dengan benar “ya setidaknya nyampe rumah aku makan dessert dulu, abis itu baru deh makan yang berat – berat”.

 

Sudah sekitar setengah jam aku menyusuri jalan ini dan yang benar saja aku masih berjalan, rasanya seperti tak sampai – sampai di penghujung jalan, rasa - rasanya rumahku tidak terlalu jauh dari rumah sakit ini ah entahlah, padahal aku sudah berkhayal melakukan hal - hal menyenangkan sesampainya di rumah.

Pancaran berwarna orange sang surya mulai redup berubah menjadi orange kemerahan dari sebelah upuk barat. Kuyakinkan diriku untuk terus berjalan, meski sudah terasa sangat melelahkan namun apa lagi yang dapat ku perbuat.

Terlihat sebuah pantulan cahaya dari arah timur, cahayanya sangat terang hingga membuat mataku silau, ternyata itu adalah sebuah mobil berwarna hitam sedang melaju dengan kecepatan sedang. Kuberanikan diriku untuk mencoba memberhentikan mobil itu “siapa tau, mas – mas drivernya baik dan mau ngaterin aku balik” pikirku.

Ketika mobil itu sudah mendekati tempatku berdiri, aku pun mencoba mengayun – ayunkan tanganku ke arah jalan sebagai kode untuk memberhentikan mobil itu. Dan benar saja, mobil itu berhenti tepat di seberang jalan tempat aku berdiri. Kupikir mungkin saja dia menghentikan laju kendaraannya karena mengerti kodeku. Dikarenakan mobil pria itu ada di seberang jalan, kupikir aku akan menyebrangi jalan ini untuk menghampirinya.

 

DWARRRRRRRRRRRR//////

 

 

Tak ku lihat ada sebuah kendaraan dari arah timur yang melaju bak kilat, langsung saja aku tertabrak oleh kendaraan tersebut. Entahlah itu mobil atau pun motor aku tak tahu intinya sekarang aku tak dapat melihat apapun, buram. “Dimana pria tadi yang memberhentikan mobilnya itu” Tanyaku dalam batinku.

Di dalam ruangan putih ini aku terbangun, lagi – lagi di tempat yang sama seperti sebelumnya. Ruang VVIP bertuliskan nomor 1122. Aku bingung, lagi- lagi kepalaku rasanya sangat pening sekali, kali ini tak kalah pening dari sebelumnya. Kejadian menjelang maghrib tadi terlintas hanya bagaikan mimpi semata.”akankah itu semua hanya mimpi? Tanyaku dalam batin.

Aku mencoba untuk bangun dari tempat tidur ku, tiba – tiba saja seorang laki – laki berkemeja hitam dengan balutan jeans muncul dari arah pintu, membawakanku sepiring makanan dan segelas susu coklat.

 

“Udah kamu makan dulu sekarang!, kamu harus makan untuk re-store energi kamu!” ucapnya lembut.

 

Aku tak sanggup lagi, air mataku mengucur deras. Laki – laki ini adalah kak Kevin, kekasihku. Aku berhambur ke pelukannya. Pria yang sudah lama aku tunggu untuk menjengukku kemari. Ya tuhan, tak sanggup aku berkata apapun. Dilepasnya pelukanku itu, dan disuapinya aku nasi dengan ayam itu.

 

“Sebenarnya kamu ngga boleh makan ini kil, Cuma kak kevin tau kamu pasti kepengen banget makan ini, nasi padang ayam pop?” ucapnya, dengan mata memerah sedikit berair.

 Dia menangis? Tanyaku dalam batin. Mungkin saja kak kevin iba melihat kondisiku ini, disuapinya terus aku secara perlahan.

 

“Kak kevin makan juga, ayoo!!! Kila suapin.”

“Kil, kakak udah makan, sekarang kila aja yang makan ya!” Jawabnya,

 

 Ia terus saja memalingkan wajahnya dari arahku, entahlah aku tidak mengerti. Kurebut piring putih itu darinya, kutaruh diatas meja rumah sakit itu. Kudaratkan dekapanku lagi padanya

 

“kak kevin?! haloo??” panggilku bingung.

“Kak Kevin kenapa? Kila keliatan menyedihkan ya kak? perban ini?” Tanyaku.

 

Tak ada jawaban atau sanggahan apapun darinya, hanya terdengar isak tangis saja. Dieratkannya dekapannya kepadaku, sungguh rasanya sesak sekali. Seluruh badanku rasanya seperti remuk dalam dekapannya.

 

“Kila?”

“Kilaaaaa”

“Kesayangan kakak” Ucap kak kevin beberapa kali

 

Suara tangisnya kini semakin meninggi. Membuat seluruh ruangan ini penuh dengan rasa kesedihannya. Kesedihan yang sudah ia pendam lama ini kini ia keluarkan sekaligus didalam dekapannya ini, entah kesedihan apa yang dirasakannya. Kucoba untuk melepaskan dekapannya itu, ku genggam erat tangannya, takkan kubiarkan lagi dia jatuh dalam jurang kesedihannya itu.

 

“Kak kevin kenapa? Kakkk?? cerita sama kila!!!” Seruku.

 

 Dari posisi sedikit menunduk ia menegakkan sedikit kepalanya hingga membuat mata kami bertemu sejenak, namun tak bertahan beberapa detik ia kembali tertunduk menghadap ke arah lantai kamar itu. Ku usap puncak kepalanya, rambutnya hingga tengkuknya.

Kumajukan sedikit wajahku ke arahnya, kemudian kuangkat sedikit dagunya hingga membuat matanya yang berair itu kembali bertemu dengan mataku.

“Kak? apa yang terjadi?” tanyaku penasaran, tangisnya tak kunjung berhenti membuatku sedikit curiga entah apa yang sebenranya sudah terjadi

 

“kila? Kakak belum siap untuk menceritakan semua ini.”

Jawabnya, Cerita apa? aku semakin penasaran ditambah kebingungan

 

“Kak kevin, emang kakak belum siap kenapa?!”

 

 Tanyaku lagi dia sama sekali tak mengubris perkataanku, tangisnya malah semakin pecah semakin kebingungan .

 

“Kak! Kila bingung sama semuanya. Kenapa orang – orang ngga ada yang ngubris pertanyaan kila?! Ngga ada suster yang datang kesini buat nyajiin kila makanan atau apapun. Dan yang lebih membingungkannya lagi nggada satupun orang yang nengokin kila kerumah sakit even itu papa atau teman – teman akrab kila sendiri. Ngga ada kak! apa mereka ngga tau hari – hari berat yang kila alami disini? Bahkan kila sendiri juga ngga tau apa yang terjadi sama diri kila sendiri dan sekarang kakak. Kenapa kakak tiba – tiba ada disini?!”

 

Tanyaku dengan nada sedikit meninggi, lantas raut wajahnya seketika berubah menjadi pucat tegang. Mulutnya tak terbuka sedikitpun. Tidak ada jawaban apapun.

 

“Kak kevin?! Kila nanya sama kakak apa sesusah itu buat ngejawab pertanyaan kila?!”

 

Mirisnya, tetap saja tak ada sepatah kata apapun yang terucap darinya. Dan

 

“kilaa” lirihnya

 

Tiba – tiba saja ditariknya tanganku, membawaku keluar dari ruangan ini. Dibawanya aku menuju depan rumah sakit ini, dan aku masih ingat tempat ini. “Tempat kejadian kemarin sore” tuturku dalam batin.

Sedikit demi sedikit kak Kevin mulai menjauh dariku, dilepasnya genggaman tanggannya itu dari tanganku. Entah apa yang kak kevin coba lakukan tiba – tiba saja ia sudah berada tepat diseberang jalan, dihadapanku. Ku coba untuk melangkah mengikuti kak kevin, ke seberang jalan tersebut. Aku mulai melangkah, dan…

 

Tepat ketika aku berada di tengah jalan itu kakiku rasanya tak dapat terangkat, semacam magnet yang menariknya sehingga aku sendiri tidak dapat beranjak dari tengah jalan itu, aku tidak tahu. Kak kevin pun mendekat keraahku, digenggamnya tanganku

 

“ini portal kil, disinilah batasmu.” Ucapnya

 

“Portal apa kak? kila ngga ngerti. Batas apa lagi kak?” jawabku

 Lagi – lagi ia membuatku benar – benar kebingungan, ditambah tak ada jawaban darinya.

 

Kemudian ditariknya aku kembali masuk ke rumah sakit itu. Sesampainya di depan rumah sakit itu, kulihat security yang kemarin. “Tidak ramah” aku mangut – mangut tak suka.

 

“Kil. Coba deh securitynya disapa!” Seru kak kevin.

“Aneh sekali, untuk apa aku melakukan hal bodoh ini. Terlebih lagi kemarin security ini sempat mengacangi ku sungguh kesal”. Gerutuku dalam batin.

 

Kucoba untuk menyapa security itu namun lagi – lagi masih seperti kemarin, tidak ada jawaban apapun. Ini aneh, aku sungguh tidak mengerti. Kucoba lagi untuk menyapa security itu namun lagi – lagi tak diubris. Kak kevin ini securitynyaa kenapa?! Ini yang kedua kalinya kak. Kemarin kila juga nyoba buat negur securitynya tapi ngga diubris.” Kataku sambil berlari kearah kak kevin.

 

“Sekarang coba di pukul!” seru kak kevin

“Loh! Kak kevin gimana si aneh banget. Ngga mungkin nanti kila dilaporin ke polisi kak!”

 

Balasku, serius ini sungguh aneh. Kemudian tanpa ragu ku kepal tanganku dan kucoba untuk memukul tangan kiri security tersebut namun

“HAH?! ANEH ANEH KOK KOK?!!!!!” Tanganku menembus tangan kirinya. Kembali kucoba untuk memukulnya lagi, kali ini di bagian muka. NAMUN APA YANG TERJADI!!!! TANGANKU? TANGANKU? YATUHANNNN APA YANG TERJADI.

 

Aku membalikkan badanku, kulihat kak kevin yang berada tepat di belakangku. Dia kembali menangis. OH TUHANNN AKU HANCURRR APA SALAHKUU?!!! APA SEMUA INII???, Tanyaku pada batinku, rasanya sangat hancur. Tak sampai situ, ditariknya lagi tanganku masuk ke kamar ku itu. VVIP 1122. Dan kali ini ia menunjukkan nama pasien yang dirawat di kamar itu, mataku langsung saja tertuju pada ….

 

Almh. Raghea Athlana Syakila

Senin, 09/11/23

 

Tangisku pecah, mataku terbelalak melihat nama panjangku sendiri ber-cap almarhumah. Sungguh aku tidak sanggup lagi. TUHANN!!!!! APA SEMUA INI? APA YANG HARUS AKU LAKUKAN SEKARANG???. Teriak batinku.

 

“Kil, kakak ngga sanggup ngeliat kamu kaya gini. Sumpah kakak ngga sanggup!!” Ucap kak kevin disertai isak tangisnya.

 

“PLIS KAK? INI SEMUA APA?!” ucapku, sungguh aku tidak mengerti.

 

Disodorkannya aku selembar kertas koran oleh kak kevin, tentu saja aku bertanya -tanya koran ini memuat apa. Aku meraihnya, kemudian membacanya. Di bagian kanan paling bawah koran tersebut tertera judul dengan huruf yang besar serta dicetak tebal, ‘SEORANG REMAJA PEREMPUAN DI MUTILASI DAN DISIMPAN DI DALAM LEMARI PENDINGIN OLEH AYAHNYA SENDIRI.’ Ada pula judul lain dibagian atas yang tertulis lebih mencolok dengan gambar ‘POLISI BERHASIL TEMUKAN MOTIF PEMUTILASIAN SADIS SEORANG AYAH KEPADA PUTRINYA SENDIRI.’

 

Sungguh mataku semakin terbelalak melihat gambar dari berita yang termuat dalam koran tersebut. Oh tidak! itu akuu!!!! Raghea Athlana Syakila, aku?, anak papa. Aku tak sanggup lagi, ku coba bersandar pada dinding kamar itu, namun kakiku tak kuat lagi menahan tubuhku. Aku terhempas, terjatuh, tertunduk lesu. Sungguh aku benar – benar bingung.

            Kak kevin duduk tepat dihadapanku, di lantai kamar itu. Digenggamnya tanganku. Kali ini dia menatap mataku dan perlahan, dikecupnya keningku. Diangkatnya daguku perlahan.

 

“Sekarang kamu punya portal, pembatas kil. Yang pertama tadi, ditengah jalan. Itu portalmu, kamu ngga bakalan bisa melewati batas itu.” Ucap kak kevin

 

“Kamu ingat kecelakaan yang menimpa kita sebulan lalu?” Tambahnya bertanya kepadaku

 

“Sebulan? B-b-b-bukannya itu 3 hari yang lalu kak? hah?!” jawabku, lagi – lagi aku terkejut atas pernyataan itu. Hati ini sungguh sesak sungguh! Entah perasaan apa ini?!

 

“Kamu meninggal kil. Kamu udah meninggal!” Tegas kak kevin disertai isak tangisnya yang tak dapat di-rem lagi olehnya.

 

“Penyesalan terbesar kak kevin kil. Kematian kamu! Sungguh, seandainya saja waktu itu kakak ngga ngebut – ngebutan. Kamu ngga bakalan jadi kaya gini!”

 

“Hidup dengan penuh rasa bersalah dan mimpi buruk ini, kakak ngga bisa kil!!!. Ditambah lagi kakak ngga sempet buat liat mukamu untuk terahir kalinya, bahkan sampai hari pemakamanmu pun, kakak ngga bisa hadir karena kakak sendiri ngga punya keberanian untuk mengahadapi papa saat itu.”

 

///// flashback malam pemakaman, Kila

 

Malamnya Kak kevin datang ke pemakamanku, kak kevin melihat seorang pria sedang berusah menggali kuburanku dengan sekop merah dan ternyata itu papa. Papa menyeret mayatku dan dimasukkannya aku di dalam bagasinya. Kak kevin membuntuti papa, sampai rumah.

Sesampainya dirumah papa membuka kain kafan yang melekat ditubuhku itu. Dan kembali papa menyeret mayatku itu.

 

SSSRRRRR SSRRRRRRR /////////

 

Suara itu terdengar dari bagian belakang rumah, dapur. Itu adalah suara mesin pemotong pohon, oh tidak! ketika kak kevin mencoba mengintip dari bagian jendela dapur itu, papa mencium keningku dan papa mulai memotong kaki kiri dan kananku dengan mesin itu.

Darah segar mengucur deras dari kaki kiri dan kanan ku itu, bukan main papa malah mengambil gelas dan menaruh gelas itu dibawah kakiku itu. Apa yang dilakukan papa dengan gelas dan darah itu?! Papa meminumnya? Huekk hueekkkkk!!!!, sungguh itu sangat menjijikkan. Kak kevin tak sanggup meyaksikan semua itu, tak sanggup.

 

PAPA  KILA SALAH APA PA? TEGANYA PAPA!

 

///// FLASHBACK PAGI KEJADIAN

 

“Selamat pagi cantikku” bisik kak kevin dari belakangku seraya menyodorkan sebuah lunchbox kepadaku, akupun segera membalikkan badanku. Benar saja senyum itu sungguh manis, sumpah aku tidak tahu kupu – kupu jenis apa yang tiba - tiba saja menyelinap masuk ke dalam perutku rasanya aneh sekali bercampur geli.

 

“Wuuuu!! kak kevin ngga gentle man. Ngasinya dari belakang” kataku.

 

“Yakan namanya juga surprise, ngga mungkin kakak bakalan ngasinya dari depan. Kan kila jadi bisa liat huft” kata kak kevin.

 

“Hehe, kila bercanda kak” dengan posisi menunduk kuusap lembut rambut kak kevin. Dia pun berdiri dan duduk berdekatan di sebelahku, dibukanya luchbox yang dibawanya

 

“Kil, sarapan yuk ” katanya, mengajakku.

 

 “Kakak sarapan aja, kila udah sarapan tadi di rumah. Papa bikin mie goreng enak tadi pagi” balasku.

 

“Yaudah” jawabnya.

“Kil, ntar siang kita makan ya. Ada tempat makan baru tau deket sekolah” Ajak kak kevin

“Hmmm, kila lebih kepengen makan di Warteg yang di depen si kak, pengen makan nasi padang hehe” jawabku

 

“Oh boleh deh kalo gitu, enak juga makan nasi padang ditambah es teh manis” balasnya ditambah dengan senyum.

 

“Hu um, nanti kila tunggu kakak di kelas ya, abis piket. Okey?” Tanyaku

“Okey, siap kil, nanti kakak samperin deh” Jawabnya.

 

“Pelajaran ke 7 telah berakhir, saatnya kembali ke rumah masing – masing, selamat beristirahat, besok kembali dengan semangat baru.”

 

Alarm sekolah telah berbunyi, dan kelas hari ini sudah habis. Akupun bergegas untuk membersihkan kelasku agar kak kevin tak perlu menunggu terlalu lama.

 

“Kil? Udah kelar bersih – bersihnya?” dari arah pintu sedikit mengintip, kak kevin.

“Iya kak, udah kelar. Yuk” jawabku

 

Kami berjalan menuju parkiran sekolah tempat kak kevin memarkir motornya, akhirnya kami beranjak dari sekolah menuju Warteg, tempat yang akan kami singgahi untuk makan siang hari ini.

 

“Mari pak security” Kata kak kevin dan dibalas ramah oleh pak security sekolah.

“Kil, pegangan kak kevin mau naikin kecepatan nih” kata kak kevin

“Udah kak, pelan – pelan aja. Ini kak kevin udah ngebut tau” Jawabku

“Ini beneran udah ngebut kil? Tanya kak kevin

“iya kak, udah cukup!” Jawabku

 

Diperlambat laju sepeda motor miliknya, dibuatnya kaca spion motonya mengarah tepat di wajahku

 

“Sorry kil, ini udah pelan kan sekarang?” Tanya kak kevin seraya melihatku melalui spion motor miliknya.

“Iya kak, gini ajaa” Jawabku

Aku tersenyum melihatnya dari arah spion motornya, “benar – benar manis” tutur batinku. Akhirnya kami sampai di Warteg tersebut, kami pun memesan makanan dan minuman yang akan kami santap untuk makan siang ini.

 

“Nasi padang ayam popnya 2 ya bu!, dengan es teh manisnya 2” kata kak kevin memesan

“Oke mas, totalnya 45 ribu”

 

Seraya menunggu makanan kami datang, aku dan kevin mengambil beberapa foto bersama, lagi – lagi di cubitnya pipiku. Dia selalu mengatakan kalau aku terihat lebih lucu ketika marah, entahlah “kak kevin emang rada nyebelin”. Akhirnya makanan kami datang.

 

“Makasi mba” kata ku

 

Ini adalah suapan ke 3 dari makananku, dari tadi aku sibuk menyuapi anakku ini. Belum sempat aku mencoba sambal hijau khas masakan padang itu, aku melihat seorang pria menggunakan jas hitam khas kantoran berdiri memperhatikan kami dari depan Warteg tersebut. Kupikir aku mengenal pria itu, setelah kuperhatikan dengan seksama teranyata itu adalah PAPA!!! Orang ter-strick di duniaku sedang memperhatikanku dari jauh bersama seorang pria yang sedari tadi aku suapi makanan itu.

Akhir – akhir ini papa memang sudah mulai curiga kepadaku, salahku tidak memberi tahu papa bahwa aku sudah memiliki kekasih disekolahku. Namun sepertinya tidak mungkin bila aku memberi tahu papa akan hal ini, karena tentu saja papa akan melarangku dan bisa jadi papa akan memindahkan aku ke sekolah lain agar aku tidak dapat bertemu dengan pria itu, papa memang se-strick itu.

Langsung saja papa berjalan cepat kearah kami berdua, belum sempat kak kevin meminum es teh manisnya itu langsung saja aku menarik tangannya dan menariknya keluar dari Warteg itu dari jalan keluar yang di belakang.

 

“KAK, CEPETANNN!!” seruku, tentu saja kak kevin yang tidak tahu menahu akan hal itu bertanya – tanya apa yang sebenarnya terjadi

“Kenapa kil? Hmm?” Tanya kak kevin.

 

Aku tak mengubris perkataan kak Kevin, yang terpenting disini adalah kami harus segera keluar dari tempat ini, “SEKARANG JUGAA!!!”.

Sesekali aku menengok ke arah belakang melihat papa yang semakin dekat, papa terlihat sangat marah aku takut sekali, “papa terlihat seperti harimau yang kelaparan begitu sangar”.

Kak kevin pun bergegas menyalakan motornya, aku pun naik ke atas motor kak kevin. Terlihat papa berhenti mengejar saat motor kak kevin sudah lumayan jauh dari parkiran Warteg itu. Raut wajah papa yang tadi, “OMG! Itu nyeremin banget” tuturku dalam batin.

 

“Kil. Tadi kenapa si? Kita kejar – kejaran sama siapa? Rentenir?” Tanya bingung kak kevin dengan sedikit bercanda

“Ck, bukan rentenirr, yakali kak! hmm a-a-a- anu kak. Pap-ppah!” jawab ku dengan nafas sedikit terengah - engah, karena berlari tadi.

“Lah papa? Kak kevin kirain siapaa?!” tegas kak kevin.

 

“Kenapa kita harus lari sih kil?! Seharusnya itu jadi kesempatan bagus buat kak kevin, biar kakak bisa salaman terus kenalan sama papa.” Kata kak kevin lagi.

“Kak, papa kila ngga bakalan ngetolerir hubungan kita kak!. Yang ada papa pasti bakalan minta kila buat putusin kak Kevin dan papa bisa aja nekat buat pindahin kila ke sekolah lain atau bisa juga pindah rumah biar kita nggabisa ketemu lagi.” Jelasku pada kak kevin.

 

“ Yakan, semuanya masih bisa di bicarakan baik – baik kil” balasnya.

“Yaudah iya, besok kalo misalkan kita ketemu papa lagi kita ngga usah lari lagi deh. Maafin kila kak!” Ucapku

“Hehe, lucu banget si kamu?! Iyaa ih ngga masalah. Maafin kak kevin juga ya tadi udah mikir yang aneh – aneh!” Balas kak Kevin

“ Hu um kak”

 

Aku mendekap kak kevin dari belakang, rasanya sangat lega tapi tetap saja “aku masih lapar” Ini sudah sekitar jam 4 sore, dan aku lapar. Aku masih ngiler sama sambal hijau tadi, tapi apa boleh buat kami malah meninggalkan makanan itu dengan utuh disana.

 

“Kila masih laper kan?, kita makan lagi yok.” Ucap kak kevin

“Hehe, iyadeh kak. To be honest Kila juga masih bener – bener laper” balasku.

 

Terus saja kami melihat gerobak tukang ketoprak di sebelah kanan jalan yang kelihatannya enak karena ramai yang datang.

 

“Kil, rame tuh mau ketoprak ngga?” Tanya kak kevin

“Iya kak mau, kila si ngikut. Apa aja kak” Jawabku

 

Kak kevin mengangguk, sekarang ia hendak membawa motornya ke seberang jalan tempat pedagang ketoprak itu. Dan benar saja kak kevin menarik kuat gas motornya membuat motornya melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Langsung saja Kak Kevin membelokkan motornya dan…..

 

 

“TITTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!” “DWARRRRRRRR” “PUSHHHH SYUUUUUU”

 

 

Kecelakaan itu sungguh tidak bisa kami hindari, dengan posisi kak kevin yang sudah benar – benar banting stir untuk berbelok ke arah kanan dan dari arah depan, sebuah mobil Fuso melaju dengan kecepatan tinggi. “Oh tidak, yatuhan selamatkan aku dan kak kevin! kami belum lulus SMA, jangan buat kami mati mengenaskan seperti ini!” Tuturku dalam batin.

 Kakiku mati rasa, aku tidak dapat menggerakkannya rasanya seperti terkilir namum versi 50 kali lebih sakit dari terkilir. Kulihat kak kevin berada di samping pojok dekat motornya, kudengar suara kak kevin terus – terusan memanggil - manggil namaku

 

 “KILAA?!”

 

“KILAAA???”

 

“KILAAAA”

 

            Beberapa kali suara itu terdegar hingga akhirnya pandanganku kabur dan hanya terdengar suara – suara orang orang asing yang nampaknya ingin membantu kami. Aku tak sadar dan tak mengingat apapun lagi.

Kak kevin menangis sejadi jadinya, penyesalan atas kematian seseorang yang dikasihinya itu benar – benar terlihat dari matanya. Kak kevin berhambur ke pelukanku, seraya terus meminta maaf kepadaku.

“kila maafin kak kevin kil! Kakak nggabisa ngelakuin apa – apa buat kamu untuk terakhir kalinya  bahkan saat papa menggali makammu dimalam pertama peristirahatanmu itu” ucapnya.

 Aku menangis sejadi – jadinya, aku sudah tiada. Tak ada apapun yang bisa kulakukan selain pasrah kepada sang penguasa alam, Tuhan yang Maha Esa dengan segala Kasih Sayangnya yang tak terhingga, mungkin saja tuhan mempunyai alur hidup lain untukku dan juga kak kevin, kekasihku.

Raghea Athlana Syakila, koma 7 hari dirumah sakit, meninggal karena kecelakaan motor. Senin, 9 November 2023 pukul 16.22 di tempat kejadian. Kepalaku terhentak keras ke arah ujung jalan yang lancip hingga membuat kepalaku retak, aku juga kehilangan banyak darah pada saat itu, disisi lain, mobil ambulance yang menjemputku itu terhalang kemacetan lalu lintas dan datang terlalu lama untuk pasien sekarat sepertiku.

 Itulah kisah akhir hayatku Raghea Athlana Syakila. 25 Oktober 2004 – 09 November 2023.

 

KRINGGGGGGGGG KRINGGGGG KRINGGGG

 

Bunyi jam weker kamarku itu, membuatku terbangun. Oh tidak! Ternyata semua itu hanya mimpi buruk semata. Pagi ini aku bangun dengan wajah pucat ditambah mandi keringat, sungguh sial! mimpi jenis apa yang tuhan kirimkan padaku tadi malam.

 

“ARGHTTTT SYUKURLAH ITU SEMUA HANYA MIMPI!” teriakku bahagia.

 

Namun ada sesuatu yang aneh pada diriku, kakiku mati rasa. Kucoba untuk merabanya dan….

 

KAKIKU SUNGGUH PENDEK, HANYA DUA JENGKAL, DAN DIMANA JARI – JARI MUNGILKUUU?! IBU JARI? JARI TELUNJUK? JARI TENGAH? JARI MANIS? JARI KELINGKING? DIMANA SEMUA ITU?!!!

 

 

Aneh, kusingkap selimut pink bunga – bunga itu dari kakiku dan ternyata…..

 

AKU BUNTUNG!!!!!

 

Oh tidak! Tangisku pecah melihat penampakan kakiku yang sungguh hanya sampai lutut dan tak memiliki jari – jari sama sekali. Kucoba memukul mukul pipiku dengan keras berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk tambahan yang dikirimkan tuhan padaku. Ternyata tidak! Ini sungguhan!!! INI REAL, NO FAKE!

 

 DRRTTT DRTTTT DRTTT….

 

Suara dering Hp ku diatas tumpukan buku yang ada di meja itu. Kuraih Hpku berharap itu bukan hal yang buruk lagi.

 

‘turut berduka ya kil’

 

‘turut berduka ya kilaa, kamu harus kuat!’

 

‘semoga kak kevin tenag di alam sana ya kil’

 

‘kamu arus kuat’

 

“don’t be afraid, god bless u!”

 

            HAH? OH TIDAKKK! APA SEMUA INI?! KAK KEVIN?  KAK KEVINN!!! APA YANG TERJADI DENGAN KAK KEVIN?!

Aku terus bertanya pada batinku, apa yang sebenarnya terjadi padaku dan pada semua orang?!

AKU SUNGGUH SUDAH GILA SUDAH GILA.

Postingan populer dari blog ini

Teks Ceramah

 A. Definisi dan Ciri-Ciri Ceramah     1. Definisi Ceramah          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal atau pengetahuan. Ceramah juga berarti penuturan bahan pembelajaran secara lisan. Ceramah merupakan pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk mengenai suatu permasalahan kepada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Secara umum, ceramah mempunyai pengertian tentang suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu.         Pada dasarnya, pidato, ceramah, dan khotbah memiliki persamaan, yakni pengungkapan pikiran di hadapan banyak orang. Namun, dalam pelaksanaannya, antara pidato, ceramah, dan khotbah memiliki perbedaan. Pidato sering kita ikuti dalam acara-acara resmi, misalnya seminar, rafat pleno,. Ceramah diadakan untuk acara-acara tert...

Teks Laporah Hasil Observasi

            Sebuah laporan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan. Kamu sering melakukan observasi atau pengamatan, tetapi belum memahami cara menyusun teks laporannya dengan baik. Untuk itu, kamu perlu memerhatikan penyusunan laporan hasil observasi yang kamu dengar atau kamu baca dari media televisi, koran, majalah, atau internet. A. Pengertian, Ciri-Ciri, Sifat, dan Contoh Teks Laporan Hasil Observasi 1. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi          Teks laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi/pengamatan. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi. 2. Ciri-Ciri Teks Laporan Hasil Observasi     Teks laporan hasil observasi memiliki ciri-ciri yang membedakann...

ANEKDOT

A. Definisi. Ciri, dan Jenis Anekdot   1. Definisi Teks Anekdot     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau orang terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Orang-orang penting yang diceritakan dalam anekdot bermacam-macam, seperti tokoh politik, sosial, dan agama.  Sementara itu, peristiwa yang diceritakan dalam anekdot merupakan peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring perkembangan zaman anekdot juga digunakan untuk menceritakan tokoh dan peristiwa fiktif.     Anekdot mengandung humor. Humor dalam anekdot dibentuk dengan kelucuan atau kekonyolan tokoh. Tindakan ataupun ucapan tokoh menimbulkan humor karena adanya peristiwa ganjil yang mendasarinya. Humor juga dapat diciptakan melalui permainan kata, makna, ataupun pelesetan terhadap suatu kata ataupun frasa.     Humor dalam anekdot bukan hanya bersifat menghibur. Bia...