Sebelum berangkat, saya mulai mengemas semua
jenis barang-barang pribadi yang dibutuhkan seperti peralatan shalat, peralatan
makan dan minum, obat-obatan, senter, batrai cadangan, sepatu gunung, tas carrier,
dan lainnya.Kami mulai mendaki dari pos registrasi pada pukul 09.00. Ketika itu
cuaca cukup bersahabat pada kami. Sebelum memulai pendakian kami berdoa
terlebih dahulu. Temen saya yang pemula pun bertanya “bang,jarak dari pos
registrasi sampai pos 1 brpa kilo???” kurang lebih 2 km”ujar temen saya yang
lain.”waahhh jauh juga yaa ternyata,auto pingsan kita nih” “elehhh itu belum
seberapa,perjalanan dari sini sampai puncak bagaikan perjalanan satu hari satu
malem,tapi saya udah terbiasa” ujar yang paling berpengalaman
“dahlaahh jangan nyerah sebelum mulai,tetap
semangat sampai titik semangat penghabisan”ujar si paling bijak. Saat sampai di
pos 1, kami istirahat sembari mencari sumber mata air sekaligus sarapan. Temen
saya yang pemula ngeluarin beberapa nasi bungkusnya sambil mengatakan “bang ini
dari ibu saya,kita makan bareng yokk itung-itung ngisi tenaga” kami pun
serempak mengatakan “ayokkk”
Saat itu jam masih menunjukkan pukul
11.00.Setelah selesai sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2 yang
jauhnya sekitar 1,5 km. Kami tiba di pos 2 sekitar pukul satu siang dan
langsung melaksanakan shalat zuhur. Setiba di pos 2,sipaling alim bilang” kita
shalat zuhur disini,dibawah sana ada telaga tempat ngambil air wudhu”sambil
nunjuk ke arah tengah hutan.
Setelah shalat kami melanjutkan pendakian
hingga tiba di pos 3, disana kami beristirahat sembari makan siang dan ngopi. Sipaling
berpengalaman nyeletuk”ini pos 3,pos terakhir sebelum nyampe di area camping
ground” si pemula nanya “camping groundnya mana?” “ituu yang di bukit paling
atas” sambil nunjuk kearah depan. Pos 3 merupakan pos terakhir sebelum sampai
di area camp. Saat semuanya telah selesai kami pun melanjutkan perjalanan. Dan
pada akhirnya kami sampai di area camp pada pukul lima sore. Disana kami
berdebat mau ngecamp disini atau di cemara baris. “disini aja,tempat campnya
lebih luas sama ada sumber air jugak dibawah” kata saya. Temen yang lain
membalas “di cemere baris aja,dekat sama puncaknya biar ndk capek kesana ndk
kejauhan jugak”katanya bersikeras. Lalu kami melakukan voting,dan yang terpilih
sebagai area camp adalah cemere baris.
Setelah sampai di cemere baris kami pun langsung
mendirikan tenda dan membuat api unggun,tapi beberapa teman kami masih jauh
dibelakang sana. Saya dan satu teman saya rela kembali mencari mereka. Akhirnya
kami menemukan mereka dibawah bukit. “Ada apa ini ?” celetukku “itu kakinya
kram” sahut seorang teman yang menopang tubuhnya. Terlihat kaki salah satu dari
mereka tengah dipijat menggunakan balsam. “laahhh kok dipijat siih?”gumamku.
sebab setauku bukan gitu caranya kalo kakinya kram. Tanpa basa-basi saya
langsung mengambil alih dan langsung menekan kakinya ke atas. Guna melancarkan
kembali peredaran darahnya.“Ayoo berangkat ,semangat tinggal dikit lagi bakalan
sampe di tenda biar saya aja yang bawa carriernya” dengan nada nyemangatin
“ makasi yaa maaf ngrepotin” balasnyaa.
kami tidak hanya ingin berdiam diri di area
camp, kami juga ingin summit sampai ke puncak tertinggi, yang tingginya nyaris
sama seperti gunung rinjani (3.726 mdpl). Kami memulai summit pada pukul 03.30
pagi. Ketika itu hari masih gelap dan jarak pandang kian sempit. Kami
menggunakan senter untuk menerangi dan menemukan jalur pendakian. Untuk sampai
ke puncak kami menghabiskan waktu sekitar 1 sampai 2 jam.
Ditengah perjalanan salah satu teman kami sakit perut.
“wee sakit perut saya nih tungguin bentar saya mau bab”
“iyaudah sana jauh-jauh jangan sampe baunya kecium sampe
sini,wkwkwk”dengan serempak kami pun
tertawa. “jangan lupa dicuci sampe bersih,dikubur aja kalo bisa” tambah salah
satu dari kami lagi. Lelucon inilah yang membuat suasana yang tadi sangat sepi
menjadi ramai kembali.
Akhirnya, kami sampai di puncak gunung pada
pukul 04.30. kami perlu menunggu beberapa waktu untuk menunggu datangnya waktu
subuh. Matahari pun mulai terbit. Saya sangat takjub melihat panorama alam yang
sangat indah, lebih indah dari melihat senyumnya dia. Setelah puas menikmati
dan foto-fotoan kami pun kembali ke area camp untuk sarapan pagi dan bersiap
pulang. Turun gunung tidak secapek saat mendaki,kami hanya menghabiskan sedikit
energy.
Bagi kami ini adalah pengalaman paling
mengesankan. Rasa capek, lelah, bahkan putus asa seketika lenyap karena
keindahan alam. Sipaling bijak berucap “Mendaki gunung itu sebuah tujuan,
tujuan kita untuk sampai ke puncak tertinggi seperti halnya kita menentukan
tujuan hidup. Ya,perjalanan ke gunung memang memberikan pengalaman berharga
tersendiri, dimana kita bisa bersahabat dengan alam, bahkan menemukan seseorang
yang benar-benar menjadikanmu sahabat. Semakin sering kau mendaki semakin bijak
perkataanmu.”itulah secuil kisah kami dan amanat bagi kita semua.